12.Gunung Terkutuk

33 2 0
                                    

"Saya Darmo, saya salah satu orang yang bisa melihat gunung itu. Di desa ini hanya ada 3 orang saja yang bisa melihat mereka, gunung terkutuk itu, dan hal lain nya yang ada disana."

"Pos, warung dan semua yang kalian lihat kemarin itu hanya ilusi mata saja, itu semua hanya ada di dunia ghaib, kalian telah di ubah penglihatan nya. Dan gunung itu tidak pernah ada, disana hanya ada lahan kosong yang sangat luas, tidak ada seorang pun warga desa yang berani kesana." Jelas Pak Darmo

"Jadi kemarin itu kita berada di dunia ghaib? Bukan dunia nyata?" tanya Ana di balas anggukan oleh Pak Darmo.

"Tapi apa yang membuat gunung itu memakan korban Pak?" kini Zara yang bertanya.

"Dulu desa ini dikenal dengan penari nya yang cantik-cantik, namun suatu hari salah satu penari kita meninggal karena di bunuh, anak nya tidak terima. Ada warga yang tidak sengaja melihat anak itu membawa kembali mayat ibunya yang sudah di kubur ke lahan kosong disana yang dulunya adalah tempat pentas menari di desa ini. Malam itu hujan sangat lebat turun, warga desa tidak tahu apa yang sedang terjadi, bahkan hujan turun sampai besok paginya."

"Setelah kejadian itu, setiap warga disini menggelar pentas menari, selalu saja gagal karena semua penari selalu mengalami kerasukan, atau gamelan yang tiba-tiba rusak dan hilang."

"Akhirnya warga desa tidak lagi ada yang mengadakan pentas seni atau menari. Lahan kosong itu dikenal angker dan siapapun yang berani datang kesana selalu kerasukan, saya hanya berharap desa ini kembali seperti dulu lagi, sering mengadakan pentas seni dan menari. Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi lagi," ujar pak Darmo menatap kosong ke arah luar.

"Tapi kenapa bapak dan warga disini gak coba berdoa bersama dulu sebelum mengadakan pentas seni? Mungkin itu akan membuat acara berjalan lancar?" saran Andre.

"Bisa saja, namun warga disini tidak memiliki keyakinan terhadap tuhan, kalian mungkin terkejut, namun ini benar adanya." ujar Pak Darmo terkekeh.

"Owh, gitu ya Pak." Andre menggaruk tekuk nya yang tidak gatal, Andre merutuki dirinya karena telah memberi saran seperti itu.

"Yasudah pak, kita mau minta buat anterin kita pulang bisa gak ya pak?" tanya Ana dibalas anggukan oleh Pak Darmo.

"Bisa, namun kita hanya bisa mengantarkan sampai batas hutan saja, nanti disana kalian saya siapkan kendaraan ya untuk sampai ke rumah kalian." mereka bertiga mengangguk setuju, warga disini sangat baik, namun sayangnya mereka tidak memiliki tuhan, mereka tidak percaya adanya Tuhan.

***

"Terimakasih ya Pak, Bu, kakak, Ade atas semua yang telah kalian berikan kepada kami, semoga kita bisa bertemu lagi ya. Dadah," ujar Ana. Mereka bertiga melambaikan tangan nya.

Ana, Zara dan Andre di antar oleh mobil Jeep milik Pak Darmo, yang Ana lihat hanya pak Darmo yang memiliki kendaraan roda empat disana, yang lain nya hanya memiliki kuda, dan sepeda saja.

"Nanti di kota, kalian bisakan rahasiakan desa kami? Kami tidak mau nanti akan banyak orang yang datang ke desa kami, cukup kalian saja." Pinta pak Darmo.

"Iya Pak, kita janji akan merahasiakan desa ini."

Perjalanan yang sangat jauh untuk menuju batas hutan, bahkan sampai berjam-jam. Kini mereka telah sampai di pinggir jalan raya, disana sudah ada sebuah mobil pick-up yang akan membawa ketiga nya pulang kerumah.

Pak Darmo membisikkan sesuatu ke supir mobil pick-up yang akan mengantarkan mereka itu. Entah apa yang pak Darmo bicara kan, yang pasti supir itu hanya mengangguk saja.

"Silahkan kalian naik mobil ini, semoga selamat sampai tujuan. Sesekali main ke desa kami ya, tapi ingat jangan bawa siapapun kecuali diri kalian bertiga!" peringat Pak Darmo.

"Iya pak, insyaallah nanti kita bertiga kesini lagi. Kita pamit ya pak," Ana, Zara dan Andre menyalami tangan Pak Darmo. Lalu mereka bergegas menaiki mobil pick-up itu.

Ada perasaan lega dalam diri Ana, Zara dan Andre telah bisa keluar dari hutan, desa dan jauh dari gunung terkutuk itu. Mungkin setelah ini, mereka tidak akan pernah mendaki lagi. Ya, mereka akan trauma mendengar kata mendaki.

****

"Jadi kalian tidak pernah tahu nama desa itu?" tanya lelaki YouTubers itu.

"Ya, kita tidak pernah tahu namanya." ujar Andre, satu-satunya pendaki lelaki yang selamat.

"Semua hal yang kita alami ini nyata, mau kalian percaya atau tidak itu urusan kalian." kini Ana yang berbicara.

"Kita hanya sekedar berbagi cerita pengalaman kita sebagai seorang pendaki, dan semenjak kejadian itu, kita belum pernah mendaki lagi. Rasanya masih ada trauma untuk kembali ke dunia alam," ujar Zara di balas anggukan oleh kedua teman nya.

"Cerita dan pengalaman yang sangat melekat di memori kalian, sedih, khawatir, menyesal dan perasaan kalian lainnya di rasakan pada saat kejadian itu. Gak bisa kebayang sih gimana kecewa nya kalian saat yang selamat hanya 3 orang,"

"Oke gays, terimakasih ya sudah mau menceritakan pengalaman nya. Nah untuk kalian di dalam kejadian tadi tuh banyak banget pelajaran yang harus kita ambil, kira-kira apa yang bakal kalian lakuin jika berada di posisi mereka? Komen di bawah ya!"

"Jangan lupa subscribe, like dan nyalain tombol notifikasi nya, see u...."

Lelaki YouTubers itu mematikan semua kamera nya.

"Makasih banget ya udah mau jadi bintang tamu di hari ini," ujar nya.

"Iya sama-sama," ujar mereka bertiga.

Udah selesai?

Udah donggg wkwk

Note dari author: CERITA INI HANYA FIKSI HAYALAN AUTHOR SAJA

Jadi kalian gak usah cari nama desa nya, karena ini hanya cerita hayalan author yang sedang gabut😭🙏🙏

See u di cerita lainnya Gaysss






































Well

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Feb 20 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Gunung SajenDove le storie prendono vita. Scoprilo ora