Bukan mengaduh kesakitan, Edgar malah tertawa geli mendapat reaksi Fale yang selalu berlebihan saat terkejut. Ah, senang sekali rasanya membuat wanita itu kaget.

"Nggak lucu tau!"

"Mau pulang jam berapa, Fal?" Kali ini Edgar bertanya serius. "Mau nginep di sini?"

Fale mulai bersandar pada punggung sofa sebelum mengembuskan napas kasar. "Kayaknya, sih. Mama minta gue nginep."

"Gue juga, deh."

"Kenapa kesannya jadi ikut-ikutan?"

"Ya emang."

Setelah jawaban santai itu terdengar, suara lembut dari seorang wanita baya masuk ke obrolan mereka. Fale dan Edgar kompak menoleh, melihat penghuni baru dalam rumah besar Wirasena berjalan menghampiri mereka.

"Eh, Tante Adel?" Fale mencoba bersikap santai meskipun sedikit gugup sejak bertemu dengan wanita itu. Entahlah harusnya ia tak perlu merasa seperti itu.

"Kalian di sini ternyata. Tante cari di taman belakang nggak ada, acara barbequean udah mulai, loh."

"Aku sama Fale nggak suka tempat ramai, Ma." Edgar yang menjawab sambil menggeser bokongnya saat sang ibu bergabung di sofa yang sama. "Mama bawa apa?"

"Kukis."

Adel memberikan nampan kecil berisi sepiring kukis dan dua cangkir teh pada putranya, lalu tersenyum melihat Edgar langsung menawari Fale yang langsung mencoba kukis buatannya.

"Tante yang buat?"

Adel mengangguk. "Gimana? Suka?"

"Suka, Tan. Enak nggak kayak kukis di toko-toko kue. Terus kayak ada wangi kayu manis gitu."

"Iya, Tante pakai itu sedikit."

Fale mengangguk santai dan refleks membuka mulut saat Edgar menyodorkan sepotong kukis yang atasnya berisi potongan buah kering ke depan mulutnya. Saat sadar ia melotot, bukan karena takjub dengan rasa kue kering itu melainkan terkejut kenapa respons tubuhnya begitu santai menerima apa yang diberikan Edgar. Melirik ke arah wanita yang duduk di samping Edgar, Fale rasanya ingin menutup wajah dengan bantal sofa karena merasa malu.

"Kalau yang ada potongan buah keringnya kesukaan Edgar, Fal. Tante buat banyak tadi sama Mama kamu. Besok kalau mau balik ke apartemen kamu bawa, ya."

"Oh, pasti Tan. Nanti Fale bawa pulang ke apart. Makasih, ya." Fale berdeham setelah berhasil menelan kukis yang rasanya sulit dikunyah. "Fale permisi ke kamar mandi bentar, Tan," sambungnya berusaha biasa saja tanpa melihat ke arah Edgar yang pasti sedang tersenyum puas melihat gerak-geriknya.

Fale tak berdusta tentang pergi ke kamar mandi. Namun, setelah membuang air kecil dan menenangkan jantung yang tiba-tiba bertalu karena terkejut dan malu, ia tak lekas menghampiri ibu dan anak yang mungkin masih ada di ruang bersantai. Fale memilih pantri untuk mengambil minuman. Mendorong sisa-sisa kukis di tenggorokan sambil beberapa kali menarik napas pelan.

Tadi saat menerima suapan Edgar yang kembali bertindak konyol, Fale melihat kernyitan samar di kening istri pamannya itu. Lantas tak lama tersenyum kecil menatapnya. Mungkin menangkap raut gugup yang saat itu tak bisa ia kendalikan.

Setelah dirasa berhasil memenangkan diri, Fale mulai kesal pada diri sendiri. Saat ini ia merasa bodoh dengan efek dari tindakan Edgar. Fale yakin ibunya Edgar tak akan curiga karena sudah hafal dengan sikap putranya, tapi ia tetap saja tak bisa bersikap biasa saja. Dua orang yang tadi di sofa masih terasa asing baginya.

Kembali membuka pintu kulkas untuk mencari sesuatu yang manis di sana, Fale dikejutkan dengan suara familiar yang membuatnya refleks menutup lagi benda di depannya sebelum menoleh cepat dengan raut terkejut.

Secret In Paris ✔️Where stories live. Discover now