Amber memalingkan wajahnya. Dia makan tanpa menoleh sedikit pun ke arah Giovanni. Amber tahu pria itu mencoba menahan tawanya karena berhasil menggoda dirinya.

Tak di sangka olehnya maupun Giovanni, makanan sebanyak itu habis oleh Amber sendiri. Amber sampai menyandarkan punggungnya di kursi sambil mengelus perutnya yang terlihat sedikit membuncit itu. Giovanni menatap Amber dengan aneh.

"Kau itu manusia atau apa? Kau menghabiskannya seorang diri?"

"Karena aku kelaparan. Makanan di sini sungguh enak, jadi aku tidak bisa menahan diri!"

Giovanni menghela nafasnya, lelah akan tingkah gadis itu. Giovanni dan Amber keluar dari restoran itu setelah membayar dengan sejumlah uang yang tidak sedikit. Amber mengajak Giovanni pergi ke rumahnya, tanggal bayar sewanya sebenarnya sudah terlewat jadi pemilik rumah yang ia sewa ini pasti akan mendatanginya. Tapi sebelum itu terjadi, Amber ingin mengambil barang-barang berharganya lebih dulu.

"Kuncinya hilang, bagaimana aku bisa masuk? Gio, lakukan sesuatu tentang ini!"

Giovanni mendobrak pintu itu, bukan dobrakan tapi lebih ke dorongan dan pintu itu langsung terbuka. Amber menatap Giovanni dengan takjub, 'aku yakin jika dia pria manusia biasa, pasti butuh beberapa kali untuk mencoba mendobrak pintu ini.'

Giovanni menarik tangan Amber untuk memasuki rumah itu selagi Amber diam melamun. Giovanni membantu Amber membereskan barang-barangnya, untung barang-barang yang di bawa Amber waktu pindah ke sini tidaklah banyak jadi ini mempercepat pekerjaan mereka.

Giovanni tidak habis pikir, kenapa Amber harus mengambil semua barang-barangnya sedangkan di kastil tempatnya tinggal sekarang, semua kebutuhan materialnya tercukupi. Giovanni tidak berani mengatakannya karena takut Amber tersinggung.

Selesai dengan acara mengemasi barang, Amber dan Giovanni langsung berpindah dimensi menuju kastil bangsa vampir. Amber menata barang-barang miliknya di kamarnya masih dengan bantuan Giovanni tentu saja.

Semua barang-barang itu sudah tertata rapi di tempatnya, Amber mengistirahatkan tubuh letihnya ke ranjang. Amber menutup matanya namun tidak tertidur, membiarkan Giovanni yang masih setia berdiri di sana.

Amber merasakan tubuhnya seperti tertimpa sesuatu yang berat dan ia tahu sesuatu apa itu yang mencoba mengganggunya dengan mengendusi lehernya. Amber menarik wajah sang pelaku agar menatapnya.

"Kau lapar?"

Giovanni mengangguk polos seperti anak kecil membuat Amber gemas. Amber mengekspos sendiri lehernya agar pria itu mudah dalam acara makannya. Meskipun hal ini sudah sering ia alami, tapi tetap saja Amber merasa takut.

Giovanni menggenggam lembut tangan Amber, mencoba menenangkan gadis itu. Giovanni mengeluarkan taringnya dan menancapkan perlahan pada kulit leher Amber. Leher adalah tempat favorit Giovanni untuk menghisap darah. Giovanni menghisap darah Amber sedikit rakus.

Kepala Amber rasanya mulai berputar, dengan lemas dia mendorong dada Giovanni. Giovanni menjauhkan wajahnya, dari bibirnya menetes darah hingga menetes mengenai wajah Amber di bawahnya. Giovanni menjilat darah di wajah Amber.

"Darahmu tidak terlalu manis, kau masih memikirkannya?"

"Tentu saja. Terlupakan oleh semua orang yang aku cintai dan aku kenal, tidak mudah untuk melupakannya begitu saja tahu!"

"Maafkan aku, harusnya aku tidak bertanya seperti itu. Baiklah, aku akan keluar dan tidak akan mengganggu istirahatmu."

Giovanni bangkit dari atas tubuhnya tapi tangannya di tahan oleh Amber. Ada tatapan memohon di mata gadis itu agar dirinya tetap di sini menemaninya. Giovanni menurut, memilih berbaring di samping Amber dan menarik gadis itu ke dalam dekapannya. Amber menyembunyikan wajahnya ke dada pria itu.

"Kau minum rakus sekali!"

"Benarkah? Ha ha, aku tidak menyadarinya! Tapi aku melakukannya dengan lembut dan aku yakin itu tidak menyakitimu, namun justru sebaliknya. Kau menikmatinya, kan?"

Amber memberikan pukulan ringan di dadanya, membuat Giovanni tidak bisa menahan tawanya. Amber merasa jengkel dengan Giovanni karena merasa dirinya di permainkan oleh pria itu. Amber berbalik memunggunginya.

Giovanni memeluk Amber dari belakang serta mengendus aroma manis dari tengkuk gadis itu. Giovanni memainkan lidahnya dengan lihai di sana membuat Amber kelepasan mengeluarkan desahannya. Amber langsung menutup mulutnya, tidak percaya dengan suara yang tadi ia keluarkan.

Giovanni terus melakukan aksinya. Amber yang sudah tidak tahan dengan sensasi yang di buat oleh kenakalan Giovanni, mencubit pinggang pria itu keras. Giovanni berpura-pura merasakan sakit akibat cubitan yang di rasanya hanya mirip sentuhan biasa.

"Apa tanganmu ini perlu aku buat lemas agar tidak berani mencubit dan memukulku lagi?"

"Jangan coba-coba kau, Giovanni!"

"Ya ya ya, ratuku ini memang menakutkan!"

Hening beberapa saat di kamar yang di huni kedua makhluk berbeda jenis itu. Suara Giovanni memecah keheningan di sana.

"Am, kau mau menjadi ratuku, kan?"

Amber merespon pertanyaan Giovanni dengan anggukan. Giovanni terdiam sebentar sebelum melanjutkan ucapannya. Giovanni harus bisa meyakinkan gadis itu secepatnya

"Kalau begitu, kau bersedia menjadi bagian dari kami?"

Amber membuka matanya sekejap dan membalikkan badannya untuk berhadapan dengan Giovanni. Ada kerutan di dahi gadis itu yang menandakan dirinya tidak mengerti maksud perkataan Giovanni.

"Kau mau menjadi vampir sepertiku? Seorang ratu yang akan menjadi pendamping raja vampir, haruslah seorang vampir seperti kami. Kau mau kan, sayang?"

Amber terkejut. Memang dia ingin menjadi ratu pendamping Giovanni dan hidup bersama pria itu selamanya. Tapi apakah benar, dirinya siap jika harus meninggalkan status dirinya sebagai manusia? Amber belum memikirkan tentang itu. Lagi pula, bukankah dulu pria itu mengatakan tidak masalah dirinya menjadi ratu vampir meskipun dirinya masih menjadi seorang manusia? Lantas, kenapa sekarang pria itu berubah pikiran ingin merubahnya menjadi vampir?

Melihat reaksi yang di berikan Amber, membuat hati Giovanni di landa ketakutan. Takut akan penolakan dari Amber. Cukup lama balasan dari Amber, dan Giovanni masih menunggu.

"Ayo, jawablah. Kita tidak punya banyak waktu lagi. Acara pengangkatanku sebagai raja akan segera di laksanakan, aku ingin waktu itu pula aku bisa mengenalkanmu sebagai ratu ku, ratu bangsa vampir."

Amber masih terdiam, sibuk bergulat dengan pikirannya. Giovanni sudah tidak tahan, pria itu berdiri dan pergi menuju pintu. Tapi sebelum pintu itu terbuka, suara Amber menghentikannya.

"Aku mau."

AMBER and the vampire prince (END)Where stories live. Discover now