Jungkook berkata sambil menggaruk rambutnya yang acak-acakan jadi semakin berantakan, menguap lebar sampai terlihat menyakitkan lalu berdiri. Tangannya terulur untuk membantu Sera berdiri, tapi gadis itu sudah keburu bangun duluan.

"Ikut aku ke bawah." Jungkook keluar kamar tanpa ganti baju, cuma pakai celana selutut dan kaos hitam lengan pendek kusut yang mengekspos setengah tato di sepanjang lengan kanan.

Sera bergeming, lalu menahan teriakan saat Jungkook menarik tangannya.

"Kali ini jangan membantahku," kata Jungkook, suaranya terlampau tegas untuk dibantah. "Lain kali jangan sembarangan mempersilakan orang asing masuk ke rumah, kau mengerti?"

Genggaman Jungkook di pergelangannya terlalu kuat untuk dilepas, melihat raut serius di wajah Jungkook pertama kali membuat Sera bergidik ngeri, akhirnya dia ikut turun ke ruang tamu tanpa usaha melepaskan diri.

"Siapa sih, aku benar-benar kesal sekarang!" ucap Jungkook, lalu berhenti mendadak di lantai dua setelah ujung matanya melihat sosok tamu tidak diundang.

Sera otomatis menabrak punggungnya di belakang, dia berbalik dan tertawa geli melihat Sera mengeluh sambil mengusap kening. Masih dengan tawa yang belum reda, Jungkook mengusap kening Sera lalu naik ke puncak kepala, menyentuh helaian rambut Sera lembut dan hati-hati.

"Sakit sekali?" tanya Jungkook, rendah dan agak serak.

Sera menggeleng, dia mencoba melepaskan tangannya dari Jungkook tapi tidak berhasil. Gadis cantik di sofa berdehem kelewat keras, sebab diabaikan pemilik rumah. Sera memberi arahan ke Jungkook untuk melihat tamu mereka, tapi pria itu bahkan tampak tidak ingat bahwasanya ada tamu yang sedang menunggu.

"Tidak seharusnya kau terlalu ramah dengan pekerja rumahmu, Jungkook."

Jungkook mengalihkan atensi pada suara di sofa, dia mencebik melihat seseorang yang telah mengganggunya terlalu pagi. Sambil menguap—masih dengan memegangi tangan Sera, dia duduk di seberang meja. Sera yang tidak bisa lepas dari Jungkook, terpaksa duduk juga di sofa.

"Apa kau tidak punya pekerjaan sampai mengganggu orang sepagi ini, Ryuna?" kata Jungkook. "Harusnya kau berangkat ke kantor, mempelajari hal-hal penting supaya kau bisa terlihat lebih professional, dari pada mendatangi rumah mantan pacar yang tidak peduli lagi padamu."

Sera yang sejak tadi diam, menoleh pada Jungkook dan menatap lama pada Ryuna. Gadis yang duduk di sofa itu sangat cantik, dengan rambut hitam panjang terawat baik, kantung matanya terlihat imut, aegyo sal yang sempurna, bibir penuh, kulitnya seputih susu, tinggi badan Ryuna juga mencapai standar kecantikan di Korea.

Seketika itu juga Sera merasa menjadi kentang, ingin berteleportasi dari ruangan secepatnya.

"Kau—" Ryuna mendengus kasar, lalu setengah membanting undangan tebal sewarna pasir di meja. Di bagian depan undangan, tertulis nama Jungkook beserta jabatannya.

"Aku ke sini hanya untuk mengantarkan ini, Taehyung khawatir saat tahu kau masuk rumah sakit dan memintaku menjenggukmu."

Jungkook tersenyum miring, melirik undangan ulang tahun Kim Tae Hyung sekaligus perayaan atas pembuatan mobil listrik hasil kolaborasi dari perusahaan mereka.

"Kau tahu fungsi Kanaya?" ucap Jungkook, tak acuh. "Dia asisten pribadiku, harusnya kau bisa memberikan undangan padanya, kecuali memang niatmu ingin bertemu denganku. Oh, jangan pakai nama Taehyung untuk mengelabuiku, Kakakmu tidak sepeduli itu padaku."

"Terserah apa katamu, tapi kenyataannya memang begitu." Ryuna beranjak dari sofa, melirik Sera yang sejak tadi mengamatinya tanpa suara. Sambil menyibak rambut hitamnya yang lurus dan selembut salju, dia menunjuk Sera dengan kuku telunjuk yang dipoles kutek merah darah.

Crimson AutumnWhere stories live. Discover now