"Kebenaran apa yang ingin kamu tunjukkan sampai-sampai membawa aku ke tempat seperti ini?" tanya Alesha pada akhirnya.

"Saya ingin meluruskan kejadian di Bandung yang membuat saya harus mendekam di penjara selama enam tahun, dan saya mau kamu tau siapa sebenarnya saya ini."

"Tolong, jangan buat aku semakin bingung! Kamu tiba-tiba datang ke kehidupanku, meneror aku, terus kamu menculik aku, sekarang kamu ... kamu ...." Alesha tidak dapat melanjutkan perkataannya.

"Siapa yang meneror kamu?"

"Kamu bertanya seolah-olah kamu tidak pernah meneror aku," balas Alesha.

"Kamu lupa dengan perkataan saya beberapa hari yang lalu? Bukan saya dalang di balik teror itu."

Perkataan Tyo mengingatkan Alesha dengan yang di halte waktu itu.

"Kalau kamu lupa, tidak usah diingat lagi, itu tidak penting. Lebih baik kamu dengarkan audio yang saya putar ini," ujar Tyo yang sibuk mencari file di laptopnya.

File itu berisi rekaman audio dari pembicaraannya dengan seseorang, Alesha juga terlibat dalam pembicaraan mereka. Tak butuh waktu yang lama, akhirnya Tyo menemukan file rekaman suara yang dicari. Tyo membuka file itu, lalu memulai pemutaran audio, dan suara seseorang yang sangat Alesha kenali mulai terdengar.

"Hai, gadis kecil. Nama kamu siapa?"

Alesha dengan cepat mengenali suara itu, jelas sekali itu adalah suaranya Tyo. Suara Tyo yang pertama kali terdengar, lalu disusul suara seorang anak perempuan.

"Kakek, dia siapa?" tanya anak perempuan tersebut.

"Dia teman kakek, panggil saja dia Kakek Tyo."

Sudah lama Alesha tidak mendengar suara almarhum kakeknya, Kakek Al.

"Bagaimana bisa kamu mendapatkan suara ini?" tanya Alesha di sela-sela audio terputar.

Bukannya menjawab pertanyaan Alesha, Tyo malah menyuruh gadis itu diam. "Ssstt, dengarkan saja dulu, penjelasannya nanti di akhir."

"Kakek, aku pergi main dulu, ya. Kayaknya Ata udah nunggu di luar." Itu suara si anak perempuan lagi.

Sebuah kemungkinan setelah berpamitan pada Kakek Al, anak itu langsung berlari keluar rumah—meninggalkan kedua pria tua yang duduk di kursi.

"Eh, tadi siapa namanya? Echa?" tanya Tyo dalam rekaman tersebut.

"Kau ini pergi ke mana saja, Prasetyo? Lebih dari sepuluh tahun pergi menghilang sampai-sampai cucu sendiri tak kenal. Ya, dia Echa atau Alesha. Dia anak kedua dari Gia dan Aslan. Yang sulung namanya Alandra, tapi dia tidak ikut ke sini, dia ada di Jakarta." jelas Al panjang lebar sambil memperkenalkan keluarganya.

"Tidak ada yang memanggilnya gadis kecil 'kan? Baiklah, aku panggil dia gadis kecil saja. Itu adalah panggilan kesayanganku untuknya."

"Prasetyo, aku mau tanya beberapa pertanyaan. Bisakah kau menjawabnya?"

Tidak ada suara lagi setelah suara Al terdengar. Hingga selang lima belas detik kemudian, suara Tyo mulai terdengar lagi.

Tyo menjawab pertanyaan Al tadi, "Tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan."

"Setelah pernikahan Aslan dan Gia, kau pergi ke mana?"

"Bandung," jawab Tyo singkat.

"Tampaknya Gia bahagia dengan Aslan setelah menikah, tugas aku sebagai orang tua sudah selesai, waktunya aku pulang ke tempat asalku. Lagi pula, ada urusan yang harus aku selesaikan di Bandung waktu itu," lanjut lawan bicara Al.

Be The Best! [END]Where stories live. Discover now