17. Latihan Berburu

1 2 0
                                    

"Saya ingin mengganti metode latihan, karena  meskipun saya juga senang melihat warga merasa terbantu karena saya, tetapi latihan ini tidak saya dilakukan selamanya. Saya berlatih bersama kau dengan tujuan mengembangkan kemampuan diri," jawab Daeng Mangalle. Lima hari untuknya mengambil air dari sungai dan mengisi ke kendi menurutnya sudah sangat cukup.

"Baiklah jika itu yang Daeng mau. Saya akan mengganti metode latihan.  Padahal saya berkeinginan meminta anda melakukannya selama tujuh hari." Marauleng mengungkapkan sedikit kekecewaannya karena Daeng Mangalle sudah lebih dulu meminta mengganti metodologi latihan sebelum tujuh hari.

"Saya tetap akan memilih mengganti dengan metode lain. Kapan latihan selanjutnya?" tanya Daeng Mangalle semangat.

"Daeng terlihat sangat bersemangat, ya. Naiklah, untuk latihan selanjutnya, akan dilakukan dua hari lagi. Saya ingin anda dalam yang sehat dan bugar."

Daeng Mangalle pulang dengan hati riang. Selama lima hari ini, ia susah semampunya bertahan. Mencoba sabar dengan segala kesulitan-kesulitan yang mengiri latihannya. Namun, sampai saat ini ia belum juga menemukan hubungan antara mengisi air dengan berlatih menggunakan senjata.

Lima hari melelahkan Daeng Mangalle akan segera berlalu. Selanjutnya latihan apa yang akan dilakukan olehnya? Daeng Mangalle sudah merasa tidak sabar.

"Anda terlihat begitu senang. Apakah ada hal baik yang terjadi?" Uleng bertanya penasaran, sebab, ia mengamati Daeng Mangalle di dekat sungai. Segala kejadian di tempat lain ia tidak mengetahuinya.

"Tidak ada, Uleng, tetapi saya senang karena latihan selanjutnya saya tidak akan mengambil air dan mengisi kendi lagi," cerita Daeng Mangalle singkat.

"Bagus untukmu, Daeng. Saya ikut senang untuknya. Itu artinya kemampuan anda sudah berkembang. Latihan yang harus dilakukan akan semakin sulit."

"Saya tidak yakin apakah kemampuan saya sudah berkembang atau tidak, tetapi saya tidak merasa latihan yang dilakukan berhubungan dengan keinginan saya berlatih menggunakan senjata."

"Daeng Mangalle melakukan latihan dri yang paling dasar. Latihan itu diberikan pasti memiliki hubungan dengan ketinggian Daeng. Saya yakin anda menganggapnya sepele, tetapi hal-hal sepele seperti itu terkadang memberikan hal baik. Daeng akan menemukan jawabannya nanti."

Penuturan Uleng tidak respon apa pun oleh Daeng Mangalle. Ia sama sekali tidak mendapatkan apa pun dari latihannya mengambil air di sungai selain rasa lelah dan amarah yang terpendam.

***

Dua hari telah berlalu. Daeng mangan mempersiapkan dirinya dengan baik. Ia menjaga tubuh dan kesehatannya dengan makam-makanan bergizi dan meminum susu. Semua itu dilakukan sebagai tujuan menjalani latihan tahap selanjutnya bersama Marauleng.

"Latihan apa yang akan saya lakukan kali ini?" tanya Daeng Mangalle antusias.

Marauleng mengambil sebuah busur dan anak panah yang terletak di atas kursi lalu menyerahkan pada Daeng Mangalle. "Hari ini kita akan berburu. Apakah sebelumnya Daeng Mangalle pernah berburu?"

Daeng Mangalle menggeleng. "Saya belum pernah berburu, karena memang tidak diizinkan. Saya senang kau mengajak saya berburu, Marauleng."

"Daeng jangan terlalu senang, karena kita berburu bukan untuk bersenang-senang, tetapi untuk berlatih. Malomo sedang sibuk memanen hasil kebun. Saya diminta menemani Anda lagi. Pertama-tama, sebelum turun langsung ke lapangan, saya akan memberitahukannya dasar-dasar berburu?"

Marauleng mulai memberikan penjelasan terkait berburu di hutan. Mulai dari cara menemukan hewan butuh yang tepat ataupun cara menarik anak parah. Marauleng melakukannya dengan sangat mudah, tetapi saat dilakukan secara langsung, begitu sulit dilakukan. Menarik anak panah saja sudah membuat Daeng Mangalle kewalahan.

Sebagai seorang pengajar, Marauleng melakukannya dengan sangat baik. Penjelasan Marauleng pun sederhana dan mudah dipahami, tetapi memahami teori saja bukan berarti dapat mengeksekusinya dengan baik saat praktik.

"Ayo lakukan lagi, Daeng. Anda tidak akan bisa berburu jika tidak bisa menarik anak panah dan menahan busur anda agar tidak bergetar. Anak panah anda tidak akan melesat pada hewan buruan yang tepat," tukas Marauleng lagi memberikan penjelasan.

Daeng Mangalle kembali memposisikan diri. Ia lalu menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Ia harus menerapkan segala ucapan Marauleng dengan baik agar anak panahnya nanti mendarat pada hewan buruan yang telah ditargetkan.

Setelah melakukan latihan berulang kali, Daeng Mangalle berhasil mendaratkan anak panah pada target yang telah ditentukan oleh Marauleng. Sontak saja Daeng Mangalle melompat dan bersorak girang.

"Daeng cepat belajar," puji Marauleng.

"Apakah kita bisa langsung berburu?" Daeng Mangalle sudah tidak sabar turun langsung ke lapangan dan mendapatkan hewan buruan.

Marauleng mengangguk. Keduanya pergi meninggalkan tempat latihan dan kini beralih memasuki hutan. Tidak hanya Marauleng dan Daeng Mangalle saja yang pergi ke hutan, tetapi Uleng juga. Uleng ikut setiap kali Daeng Mangalle berlatih bersama Marauleng. Selain menjaga Daeng Mangalle dari bahaya yang mungkin saja terjadi, ia juga mengamati setiap perkembangan Daeng Mangalle dan memberikan beberapa kritik atau saran pada yang bersangkutan. Daeng Mangalle mendapatkan bahan evaluasi dari Uleng.

"Kita sudah memasuki hutan hampir setengah jam, tetapi belum juga menemukan target buruan," ucap Daeng Mangalle mencegah keheningan.

"Mendapatkan hewan buruan tidak semudah yang Anda kira. Kita dituntut untuk bergerak cepat mengikuti ke mana mereka pergi dan melesatkan anak panah di waktu yang tepat," jelas Marauleng lagi. Dibandingkan Daeng Mangalle yang tidak memiliki pengalaman berburu, Marauleng jelas lebih berpengalaman.

Daeng Mangalle ber-oh ria. Sedangkan Uleng hanya diam mendengarkan. Ketiganya memasuki hutan lebih dalam dengan tujuan mencari hewan yang dapat dijadikan sebagai target buruan.

Seekor babi hutan yang kebetulan melintas tidak luput dari pandangan Daeng Mangalle dan Marauleng. Keduanya perlahan melangkah mendekat menuju babi hutan itu. Marauleng memberikan beberapa arahan yang diikuti Daeng Mangalle.

Namun, melihat babi hutan yang hendak beranjak dari tempatnya, membuat Daeng Mangalle panik dan melesatkan anak panah sembarangan.
Babi hutan yang menyadari keselamatan nyawanya terancam melesat pergi dengan cepat.

"Saya belum memberikan aba-aba untuk melepaskan anak panah, Daeng," kata Marauleng sedikit kesal. Ia telah memberikan arahan, tetapi Daeng Mangalle bertindak sebelum ia memberikan arahan akhir.

"Maafkan saya, Marauleng. Saya tidak ingin babi itu pergi sehingga melepaskan anak panah tanpa menunggu aba-aba dari kau. Pada akhirnya babi itu tetap pergi," balas Daeng Mangalle dengan kepala tertunduk. Tampaknya ia terlihat sangat sedih karena telah membuat kesalahan.

"Tidak apa-apa, Daeng Mangalle. Untuk pertama kalinya anda pergi berburu. Hal seperti ini sering terjadi. Anda tidak perlu bersedih, apalagi merasa bersalah," ucap Uleng memberikan kata-kata penyemangat. "Tetapi sebaiknya anda mengikuti arahan Marauleng, karena dia yang memberikan pengajaran pada Anda."

Daeng Mangalle mengangkat kepalanya yang tertunduk. "Benarkah seperti itu, Uleng?" tanyanya yang dibalas anggukan singkat dari Uleng.

"Daeng Mangalle tidak perlu khawatir, karena kita akan mendapatkan hewan buruan hari ini. Sebaiknya kita cari hewan lain," sahut Marauleng yang sontak merekahkan senyum Daeng Mangalle.

Bersambung...

Laron Menerjang Sinar [Segera Terbit]Where stories live. Discover now