"Ah santai aja kali Ref, nyokap gue gak bakalan marahin kok, kan gue keluarnya sama lo." jawab Esha sambil mengedipkan matanya.

Refalin mengerutkan keningnya ketika melihat Revan mencium pipi kiri Esha.

Hari demi hari Refalin lewatkan biasa-biasa saja dikelas semenjak dirinya melihat Revan mencium pipi Esha.

Refalin seperti biasa berdiam diri didalam kelas, tiba-tiba saja teman-teman Revan berserta Revan nya datang menggangu Refalin lagi.

Kini teman-teman Revan dan Revannya sendiri berdiri mengelilingi Refalin, bangku disebelah Refalin kosong Revan lah yang duduk dibangku tersebut.

Terbilang cukup banyak teman-teman Revan. Kali ini Revan mengajak anak kelas lain untuk mengganggu Refalin. Sebenarnya Refalin cukup takut jika saja dirinya memiliki mental yang lemah bisa saja Refalij sudah pindah sekolah. Tetapi dirinya saat ini adalah sebuah kebohongan jadi Refalin tak terlalu mempermasalahkan saat diganggu Revan dan teman-temannya.

"Eh Ref, temen gue naksir nih sama lo." tunjuk Revan teman lelakinya yang bernama Rafa yang berpenampilan seperti lelaki bodoh.

Refalin memandang aneh seluruh pria yang mengelilinginya. Jika saja Ayahnya tidak meminta dirinya untuk menjadi orang lain seperti ini bisa-bisa seluruh lelaki yang mengelilinginya saat ini sudah tertunduk lemas dibawah kaki Refalin.

"Kiw cantikku Refalin ku!" seru Rafa sambil tertawa diikuti tawaan dari yang lainnya juga.

"Apaansih, gajelas banget datang-datang kayak gini, gue gasuka!" tegas Refalin menyuruh semua nya pergi.

"Ngapain lo pada ngeliling Refalin kayak gitu?" tanya reksa nyaring yang baru saja masuk kelas.

"Kamu mau gak jadi pacar aku." kata Rafa membuat Refalin semakin ketakutan.

Rafa lelaki yang memiliki kekurangan mental itu sepertinya sudah dihasut oleh Revan untuk menembak Refalin.

"Cie...ciee...Refalin!"

"Apaan sih gajelas," Refalin berdiri dari bangkunya sampai bangkunya tersebut termundur kebelakang.

"Ini semua pasti gara-gara lo!" ungkap Refalin sambil menunjuk wajah Revan.

Revan juga ikut berdiri, dikarenakan tubuh Revan tinggi, terpaksa Refalin mengangkat wajahnya menatap wajah Revan.

"Gue sebenarnya salah apasih sama lo? sampai lo sebegitu dendamnya sama gue? dan ngusik ketenangan hidup gue,"

"Perasaan kita baru kenal semester kemaren, itupun gue baru pertama kali ketemu sama lo pas gue pindah kesekolah ini."

"Wow jangan marah-marah gini dong!" ucap Revan sambil menyeringau dan tangganya memegang dagu Refalin.

Refalin segera menepiskan tangan Revan, "Gak usah pegang-pegang lo, emang ganjen lo jadi cowok!"

"Heih ada apa ini!" teriak seorang guru dari depan pintu.

Seluruh murid dikelas itu duduk dibangkunya masing-masing, dan murid kelas lain yang menggangu Refalin tadi sudah diusir dan kambali ke kelasnya masing-masing.

Guru didepan tadi asyik berceramah, Refalin tak sempat mendengarkan karna dirinya keburi bad mood karna perlakuan Revan yang kurang ajar.

***

Hubungan Revan dengan Esha kini sedang tidak baik-baik saja. Mereka berdua sering kali bertengkar karna masalah kecil.

Kini mereka bertengkar saat istirahat kedua dikantin karna Revan tak menjawab ucapan Esha.

"Kamu udah bosan ya sama hubungan kita? kalo kamu udah bosan bilang!" ucap Esha, dan kejadian tersebut ditonton banyak orang. Revan merasa malu sebenarnya tetapi dirinya tetap sabar menanggapi kelakuan Esha yang seperti ini.

"Sha dengerin aku dulu!" Esha ini tipe orang yang tidak pernah mengerti keadaan dan dirinya ingin dirinya yang selalu dimengerti tanpa memperdulikan kondisi seseorang.

Revan sempat tak memperdulikan ucapan esha karna tidak mood akibat ceramahan Guru dikelas tadi. Padahal  kejadiaj tersebut adalah olahnya sendiri tetapi dirinya juga yang tak sadar diri dan tak menyadari.

Setelah itu Esha pergi dari hadapan Revan dengan melangkahkan kakinya cepat.

Revan hanya berdiam diri karna sudah bingung menanggapi bagaimana lagi yang terpenting setelah ini pasti Esha akan membaik dengan sendirinya.


FALLIN FOR (U)Место, где живут истории. Откройте их для себя