FWB : 38 [END]

7.8K 147 22
                                    

Friends with Benefits °•° Part 38


Azura menunggu Jefian di parkiran sekolah. Malam ini keluarga mereka akan makan malam bersama di restoran milik Elena. Azura ingin bertanya kepada Jefian tentang maksud semua ini. Kemarin sepulang makan bersama Elena, ia ingin bertanya kepada Jefian, tapi pemuda itu tidak pulang ke rumah Cakra. Jefian hanya mengirimkan pesan bahwa Elena merengek ingin Jefian menginap dan bahkan wanita itu lebih memilih tidur dengan anaknya daripada suaminya. Meninggalkan Arjuna yang kembali merana karena ditinggal istrinya.

Hari ini, Azura bertekad ia harus mendapatkan jawaban. Begitu ia melihat Jefian berjalan bersama Arhan dan Biantara, ia langsung berteriak memanggil Jefian. Melihat Azura berdiri di depan mobilnya Jefian, membuat Arhan dan Biantara langsung pamit meninggalkan keduanya.

Jefian berjalan mendekati Azura dan bertanya, “Kenapa?” Azura menatap sekitar dan kemudian menjawab, “gue mau bicara serius. Tentang makan malam keluarga malam ini,” ucapnya.

Jefian langsung menyuruh gadis itu untuk masuk ke dalam mobilnya. Hari ini Jefian membawa mobilnya karena tadi pagi ia pulang dengan mobilnya sebab kunci motornya dilempar oleh Elena ke dalam kolam renang rumah mereka. Elena melakukan itu karena kesal Jefian tak mau disuruh tinggal di rumah mereka saja. Wanita itu ingin agar anaknya tak lagi menyewa kamar di rumah Cakra. Elena tidak terlalu mengenal Cakra, tapi ia tahu bahwa pemuda itu beberapa terlibat kerjasama dengan suaminya di beberapa pekerjaan. Kata Arjuna, Cakra sangat berkompeten dan sangat luwes dalam pekerjaan.

Jefian menjalankan mobil mereka menuju rumah Cakra. Selama perjalanan, Azura dan Jefian hanya diam bahkan sampai di garasi rumah Cakra mereka juga masih duduk diam di dalam mobil.

Jefian menoleh menatap Azura, “makan malam kali ini, cukup bersikap kayak biasanya aja,” ucapnya.

Azura tersenyum sedih, “jadi ini sandiwara yang lain, ya?” ucapnya.

Jefian menjawab, “enggak.”

“Kalo bukan sandiwara, trus apaan?!” balas Azura mulai kesal. Ia merasa Jefian terus-menerus mempermainkan perasaannya.

“Perasaan lo ke gue. Apa itu udah berhasil lo hilangin?” tanya Jefian.

Azura tersenyum sinis, dengan mata berkaca-kaca ia menjawab, “gue berusaha, ya! Gue berusaha buat ngilangin tuh perasaan buat lo, anjing! Jadi, jangan mainin perasaan gue gini. Gue ngerasa kalo lo ngasih gue kesempatan padahal lo enggak ngasih gue kepastian apapun! Lo cuma mau badan gue doang!”

“Iya! Gue mau tubuh lo!” bentak Jefian hingga Azura terdiam. Gadis itu terdiam karena syok. “Gue mau tubuh lo. Gue mau semua yang ada di dalam tubuh lo! Gue mau pikiran lo. Gue mau badan lo! Gue mau mata lo! Gue mau jantung lo! Gue mau perasaan lo! Semuanya! Gue mau milikin itu semua!” ucap Jefian pada akhirnya.

Azura masih terdiam mencerna apa yang dikatakan oleh Jefian. “Gue enggak bisa seromantis orang-orang. Gue brengsek dan lo sendiri yang mau sama gue yang brengsek gini. Jadi, kalo begitu lo harus terima gue yang bajingan ini. Gue enggak bisa ngasih lo bunga atau cokelat kayak cowok-cowok lainnya karena menurut gue itu percuma. Gue cuma akan ngasih tau itu dengan cara gue,” ucap Jefian.

Azura menatapnya sejenak sebelum akhirnya pergi keluar dari mobil. Jefian tentu saja mengejar gadis itu dan mencegah Azura pergi dengan mencium bibir gadis itu. Ia mendorongnya hingga punggung Azura menabrak pintu mobil. Azura mencoba melepaskan ciuman itu, tapi Jefian tak menyerah. Ia mencium dengan kasar seperti biasa dan menggigit bibir bawah Azura sampai gadis itu membuka mulutnya, memberikan akses kepada lidah Jefian agar menerobos masuk ke dalam mulut Azura. Penolakan yang awalnya diberikan oleh Azura kini berganti dengan balasan. Azura membalas ciuman Jefian bahkan tangannya kini telah mencengkram erat rambut Jefian.

FRIENDS WITH BENEFITS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang