FWB : 31

5.7K 122 2
                                    

Friends with Benefits °•° Part 31

Hari Minggu, dengan semua aktivitas libur, merupakan hal baru bagi penghuni rumah mewah Cakra. Biasanya ketika mendapatkan hari libur, Cakra akan menghabiskan waktunya dengan tidur seharian sehingga tak keluar kamar. Azura biasanya beraktivitas seperti biasa, mandi, makan dan menonton drama di kamarnya sedangkan Jefian akan keluyuran bersama dua temannya. Namun, hari ini Jefian memilih mengajak teman-temannya bermain game di kamarnya. Azura sendiri juga sudah tahu kalau Jefian akan mengajak dua temannya mampir, jadi dia mengunci kamarnya dengan harapan tak akan terganggu.

Biantara dan Jefian sedang bermain game berdua sedangkan Arhan malah asyik tiduran di atas ranjang Jefian. Ia sedang merasa malas hari ini, niatnya untuk tidur harus sirna karena suara umpatan dan teriakan dua sahabatnya yang asyik bermain itu.

“Woi, babi! Ke kiri, goblok! Lindungin gue!” teriak Biantara.

“Anjing lo, gue lagi repot! Mandiri dikit, gila!” balas Jefian.

“Oi, tai! Gue kena tembak!”

“Kena tembak tuh ya mati, bego!”

“Anjing lo, Jef! Kagak bantuin gue!”

“Gue lagi diserbu, babi! Mana bisa bantuin lo.”

“Anjing!”

“Oi, diem lo berdua!” seru Arhan sudah kepalang kesal. Kedua sahabatnya pun menoleh ke arah Arhan ketika game over muncul di layar.

“Gue ngantuk nih, lo berdua malah bacot. Mana bisa tidur gue,” ucap Arhan.

Biantara mendelik, “niat kita mau ngumpul, lo malah mau molor.”

“Semalem kagak tidur gue,” balas Arhan.

“Kok bisa? Ngewe lo?” tanya Jefian.

Arhan mengambil guling dan langsung melemparkannya ke arah Jefian yang tentu saja bisa ditangkap oleh Jefian. “otak lo selangkangan mulu.” Arhan menegur.

Jefian mengangkat bahunya acuh, “enggak bisa dihilangin, kebutuhan alami.”

Biantara tertawa, “sok banget kebutuhan alami. Kebutuhan alami tuh bernapas,” ucapnya.

Jefian mendelik, “dih sok tau!”

“Anjirlah, babi lo!” Biantara mengumpat.

Arhan bangun dan kemudian membuka laci meja nakas di dekat ranjang. Niatnya sih ingin mencari rokok siapa tau Jefian punya, tapi yang ia temukan malah beberapa kotak kondom yang sepertinya masih baru.

“Whoaaa, lo nyetok kondom, bro?” Jefian menatap Arhan yang mengambil satu kotak kondom di dalam lacinya. Biantara yang melihat itu langsung heboh, “anjir, banyak banget. Lo ngewe tiap hari?” tanya Biantara.

Jefian mengangkat bahunya, “enggak tiap hari juga sih, ya seminggu adalah beberapa kali.”

“Sama siapa? Klub mana?” tanya Biantara. Ia tahu kalau sahabatnya itu punya banyak perempuan untuk dimainkan perasaannya. Bermodal wajah tampan, Jefian sering membuat gadis-gadis lain bertekuk lutut dan membuka paha mereka untuknya. Katakanlah Jefian bajingan, tapi menurut mereka ya salah perempuan-perempuan itu saja yang mau-maunya dimanfaatkan begitu.

“Lo ajak main di sini?” tanya Arhan karena Jefian tak kunjung menjawab pertanyaan Biantara. Jefian menggeleng, “bisa kena depak gue sama Bang Cakra. Gue main dimana aja gue mau dong. Kayak enggak tau aja lo berdua,” ucap Jefian.

“Klub mana? Cewek mana yang lo pesen? Masih ketat enggak?” tanya Biantara antusias. Jefian bingung. Kalau ia jawab bukan perempuan dari klub manapun, kedua sahabatnya pasti curiga. Namun, ia tak mungkin membiarkan mereka tau kalau ia bermain dengan teman serumahnya. Lagipula kalau mereka tahu, Biantara mungkin akan mencoba meniduri Azura juga. Karena prinsip Biantara dalam melakukan seks, kalau menurut Jefian bermain dengan perempuan itu enak, maka Biantara juga ingin merasakannya. Mana mau ia kalau Biantara meniduri Azura. Entah kenapa ia tak suka.

FRIENDS WITH BENEFITS ✔Where stories live. Discover now