Extra Part 5 : Pelabuhan Terakhirku

4.5K 91 16
                                    

Friends with Benefits °•° Extra Part 5

Azura menunggu dengan perasaan gelisah. Saat ini ia dan juga sahabatnya serta sahabatnya Jefian juga orangtuanya Jefian dan Nadine sedang menunggu Jefian yang sedang melakukan sidang skripsi. Beberapa hari terakhir, Jefian benar-benar gencar mengerjakan skripsi miliknya dan hari ini adalah penentuan apakah semua kerja kerasnya sepadan atau tidak. Azura dalam hati harap-harap cemas, karena ia tahu seberapa keras Jefian mengerjakan skripsinya. Siang bahkan sampai malam, pemuda itu bisa tidur hanya sekitar 3-4 jam saja. Azura sering kali khawatir kalau Jefian bisa sakit, tapi nyatanya pemuda itu sehat-sehat saja selain raut wajahnya yang lelah dan kantung mata yang menghitam.

Suara pintu dibuka membuat mereka yang menunggu di luar langsung bangkit dan menghampiri Jefian yang berjalan ke arah mereka dengan raut wajah lelah. Azura langsung menggenggam lengan Jefian dan mengusapnya lembut. Jefian menatap ke arah tunangannya dan kemudian tersenyum lebar.

“GUE LULUS! LULUS DENGAN KUALIFIKASI CUMLAUDE!” seru Jefian dengan nada gembira.

Elena langsung memeluk Arjuna sambil menangis haru. Nadine tersenyum dan bertepuk tangan kecil. Bian juga Arhan langsung heboh bahkan berteriak saking kerasnya ditegur oleh Amela juga Diora. Azura langsung memeluk Jefian dan mencium pipi pemuda itu dengan perasaan berbunga-bunga.

“Selamat, Jef. Setelah ini daftar wisuda trus urus perusahaan Papa,” ucap Arjuna dengan tenang. Elena masih menangis haru di pelukan pria itu.

Jefian membalas, “tenang aja, Pa. Abis ini Jefian bakal gadaikan perusahaan Papa biar Jefian banyak uang.”

Arjuna mendelik tajam ke arah anak semata wayangnya itu. Ia ingin sekali menempeleng kepala Jefian, kalau saja ia tak lupa betapa sayangnya si Elena kepada Jefian. Ia hanya bisa pasrah menghadapi Jefian, apalagi mulut anaknya ini persis seperti istrinya ketika masih muda.

Azura langsung mencubit gemas pinggang Jefian sampai pemuda itu mengaduh kesakitan. Jefian menatapnya dengan tatapan gemas. “Sakit ih, sayang.”

Diora yang mendengar itu langsung mencibir, “sementang udah tunangan dan udah ngelamar ya. Enak banget tuh mulut manggil sayang. Enggak kasian sama yang masih jomblo?”

“Noh, lo jadian aja sama Arhan. Masih jomblo juga tuh bocah,” sahut Bian sambil merangkul pinggang Amela.

Diora yang mendengar itu hanya bisa berdecih kesal. Mana mau ia dengan teman-teman Jefian yang pastinya sikapnya kurang-lebih sama dengan Jefian. Diora tidak bodoh karena ia tahu bagaimana gaya berpacaran Jefian dan Bian lewat dari Azura serta Amela. Bukan berarti kedua sahabatnya itu menjelaskan bagaimana, hanya saja Diora cukup peka. Apalagi kalau mereka berkumpul dan netranya mendapati sedikit bekas kissmark di leher sahabat-sahabatnya yang memang sudah ditutupi dengan foundation. Diora peka, teman-teman. Dia tidak bodoh.

“Maaf aja nih, ya. Gue udah punya gebetan. Gosah main ngejodohin gue sama orang lain deh,” ucap Arhan yang jengah dijodohkan terus dengan siapapun oleh Bian.

“Masih gebetan, belum jadian.” Bian membalas dengan nada santai. Arhan yang mendengar itu hanya bisa mendelik tajam.

Jefian pun memeluk pinggang Azura dan mencium pipi gadis itu. Ia berbisik pelan sampai pipi Azura memerah malu. Melihat respon Azura, Jefian hanya bisa terkekeh geli. Ia selalu suka bagaimana gadis dalam dekapannya itu merona malu akibat ulahnya.

“Nanti malam lima ronde, sayang.”

Itulah yang dibisikkan oleh Jefian kepada Azura. Arjuna pun menyela para remaja di depannya. “Malam ini kita makan-makan di restoran Bian. Om yang bayar. Kalau perlu bakal Om booking tuh restoran khusus buat kita ngerayain kelulusan Jefian. Gimana?” usul Arjuna.

FRIENDS WITH BENEFITS ✔Where stories live. Discover now