Part 11 - That's what friends are for

2.9K 206 5
                                    

Agnes keluar dari sebuah supermarket. Tangannya membawa sebuah tas plastik berisi sesuatu yang dibelinya barusaja. Saat hendak menunggu taxi, Agnes dikejutkan dengan pemandangan di seberang jalan. Sebuah taxi berhenti tepat di depan sebuah hotel. Seorang laki-laki turun. Dan begitu taxi itu berlalu, Agnes tahu siapa laki-laki tersebut.

Agnes segera berlari dan menyeberang. Ia menuju ke hotel. Laki-laki itu sudah masuk duluan dan Agnes terus membuntutinya. Agnes tiba tepat saat laki-laki barusaja mengambil kunci dari receptionist dan berjalan ke arah lift.

"Maaf Mbak, laki-laki yang barusan ambil kunci di kamar nomor berapa ya?"

tanya Agnes.

"Oh, Bapak Julio Candra di kamar no 504 di lantai 4, Mbak"

"Makasih, Mbak" Agnes segera berlari menuju lift.

Sampai di lantai 4, Agnes mencari kamar nomor 504. Dengan teliti ia mengamati satu persatu kamar yang ada. Hingga akhirnya, kamar yang dicarinya ketemu. Agnes menyiapkan dirinya sebelum mengetuk pintu. Siap dengan segala resiko dan reaksi Julio saat tahu kedatangannya. Jantung Agnes berdebar kencang. Ia masih berharap kejadian semalam hanyalah mimpi dan sekarang Julio sudah mengingatnya kembali. Setelah beberapa kali mengetuk, pintu pun terbuka.

"Yaa?" ucap Julio. Ia kaget melihat siapa yang datang.

"Julio..."

"Kamu lagi? Ada perlu apa?"

"Kamu bener-bener nggak inget siapa aku?"

"Maaf ya, aku udah bilang kan semalem, aku nggak kenal siapa kamu. Dan kita nggak pernah bertemu sebelumnya" jawab Julio. Air mata Agnes sudah bersiap keluar.

"Apa sih yang terjadi sama kamu? Kenapa bisa kamu lupain aku gitu aja, Yo?"

"Aku nggak ngerti sama kamu. Kenapa kamu berusaha keras biar aku inget sama kamu?

"Karena ini..." jawab Agnes sambil menunjukkan jari kelingkingnya. "Ini janji kita, janji kamu untuk kembali buat aku, janji aku untuk selalu nunggu kamu disini. Dan aku udah tepatin janji aku, sekarang mana janji kamu?"

"Apa sih maksud kamu? Janji apa? Aku nggak pernah merasa berjanji apa-apa sama kamu"

"Aku makin nggak ngerti sama kamu, Yo, kamu menghilang tiba-tiba dan sekarang begitu kamu pulang kamu lupa sama semua tentang kita" Agnes tak kuasa lagi menahan tumpahan air matanya.

"Aku nggak mau lagi hidup di masa lalu, aku suka dengan hidupku yang sekarang. Jadi tolong, jangan ganggu aku dengan cerita yang nggak aku mengerti. Dan siapapun aku menurut kamu, bagi aku itu nggak penting lagi"

Jawaban Julio membuat Agnes merinding. Setega itukah Julio terhadapnya? Agnes bahkan tidak mengenal lagi siapa laki-laki yang ada di depannya. Julio yang sekarang bukan Julio-nya yang dulu.

"Dan kamu udah menghilangkan semua perasaan kamu sama aku?"

"Bahkan aku nggak tau perasaan apa yang kamu maksud"

"Inikah balasannya, Yo? Inikah balasannya atas semua kesetiaan aku selama ini sama kamu? Kamu jahat! Aku nggak tahu setan mana yang merasuki pikiran kamu!" Agnes tak kuasa lagi menahan segala amarahnya. Ia bahkan tak peduli kalau saja suaranya mengganggu tamu hotel yang lain.

"Bisakah kamu nggak berteriak? Kamu nggak malu sama pengunjung hotel yang lain ha?!"

"Aku nggak peduli! Aku kecewa sama kamu, Yo! Jadi ini alesan kamu menghilang selama ini? Karna kamu ingin ngelupain aku? Atau apa ini semua karna Silla?"

"Jangan bawa-bawa nama Silla, hey! Yang jelas sekarang Silla itu pacar aku, dan akan seterusnya seperti itu. Jadi aku mohon sama kamu jangan ganggu lagi kehidupan aku yang sekarang. Mending sekarang kamu pergi karna aku nggak enak dengan tamu hotel lain karna suara teriakan kamu!" balas Julio. Baru kali ini Agnes mendengar Julio berbicara dengan nada tinggi kepadanya. Tidak ada lagi kelembutan yang dikenal Agnes dalam diri Julio.

PROMISE ✔Where stories live. Discover now