- Chapter 19 -

464 37 0
                                    

"Nona, anda mendapatkan undangan dari pihak istana."

Manik biru Caerelyn membelalak bulat. Ia segera mengambil surat undangan yang berada di tangan Nadelyn dan membacanya dengan seksama. Perubahan raut wajah Caerelyn terlihat jelas seiring mata birunya membaca surat undangan tersebut. Caerelyn duduk terkulai lemas setelah selesai membaca surat undangan tersebut.

"Apa isinya, nona?" tanya Nadelyn yang ikut khawatir.

Caerelyn menghembuskan napas kasar. "Undangan pesta dansa tahun baru dan pesta ulang tahun Melisha."

Nadelyn segera melihat Caerelyn dengan tatapan terkejut, tatapannya beralih ke kaki Caerelyn yang mana sedang terluka.

"Tapi nona, dengan kondisi seperti ini, bagaimana anda dapat menghadiri acara-acara tersebut?" tanya Nadelyn risau.

Caerelyn tidak menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya memandang Nadelyn dengan tatapan tidak suka dan diam.

'Menyebalkan'

Caerelyn melihat kakinya yang terluka. Tidak bisa, dengan kondisi seperti ini Caerelyn tidak mungkin menghadiri pesta tersebut. Jangankan berdansa, berjalan saja kaki Caerelyn masih pincang dan sakit. Bagaimana ini?

Setelah berpikir beberapa saat, Caerelyn akhirnya pasrah dengan keadaannya. Ia akan menolak untuk menghadiri undangan tersebut. Namun ia tak boleh membiarkan orang diluar sana tahu kalau kakinya terluka, itu sama saja dengan membongkar identitasnya sebagai Marie dan tentu saja Xavier akan tahu kalau Marie dan Caerelyn adalah orang yang sama. Ia harus mencari alasan yang lain.

"Nadelyn, aku ingin kau menyebarkan rumor tentangku." Caerelyn memberi sinyal kepada Nadelyn untuk mendekat.

"Rumor apa, nona?"

"Katakan pada semua pelayan, aku sedang demam tinggi sampai tidak bisa bangkit dari tempat tidur."

"Dengan alasan itu, seisi kerajaan akan tahu kalau aku tidak bisa datang karena demam tinggi, bukan karena kaki yang terluka." Caerelyn kembali melanjutkan.

"Baik, nona!" Nadelyn segera melaksanakan perintah dari nonanya.

***

'Bosan sekali'

Caerelyn tengah berbaring di tempat tidurnya dari tadi pagi. Di kepalanya terdapat sebuah kain yang dibasahi air hangat untuk menyempurnakan aktingnya, berpura-pura untuk demam tinggi.

"Ting!Ting!Ting!"

Suara lonceng, itu pasti berasal dari kuil. Seluruh keluarga bangsawan termasuk keluarga kerajaan sedang berdoa di kuil, karena hari ini adalah hari natal. Viscount Peter dan Viscountess Isabella juga sedang pergi ke kuil.

Miris, Caerelyn pikir kedua orang itu akan melihat kondisi putrinya yang sedang terbaring lemas karena demam tinggi. Walaupun hanya bohongan, tapi bagaimana bisa kedua orang tua tersebut sangat tidak peduli pada putri mereka. Memang benar, dimata mereka Caerelyn hanyalah alat yang dicari ketika dibutuhkan dan dibuang jika sudah tidak berguna.

"Brak!"

Pintu dibuka dengan keras, seorang gadis dengan gaun coklat dan mantel tebal segera berlari menghampiri Caerelyn. Dari mata ungunya terpancar sinar khawatir.

"Violet! Apa yang kau lakukan disini?" tanya Caerelyn terkejut.

"Tentu saja menjenguk temanku yang sedang sakit." Violet duduk disamping tempat tidur.

"Bukannya kau harusnya berada di kuil?"

"Proses doanya sudah selesai setengah jam yang lalu. Aku segera bergegas kesini setelah mendengar kabarmu."

I Become the Protagonist that Destined to DieOnde as histórias ganham vida. Descobre agora