- Chapter 5 -

921 81 0
                                    

Suara keramaian terdengar dengan sangat jelas di aula dansa. Para pasangan mulai berdansa mengikuti alunan musik. Di tengah keramaian tersebut, terdapat dua insan yang tengah lekat saling memandang di lorong yang sangat gelap.

Caerelyn masih terduduk di atas lantai yang dingin, manik birunya menatap manik ruby pemuda didepannya. Xavier juga balik menatap manik biru Caerelyn, ia masih mengulurkan tangannya yang tak kunjung mendapat balasan dari Caerelyn.

Caerelyn segera menyadari pemuda didepannya adalah Xavier, sang putra mahkota! Padahal niatnya adalah menghindari putra mahkota, namun sialnya ia malah bertemu Xavier disini.

Caerelyn tidak memedulikan uluran tangan Xavier, ia segera memikirkan cara melarikan diri dari situasi ini. Sedangkan Xavier masih terpaku mematung ditempatnya, ia tak bisa berhenti menatap manik biru Caerelyn yang sangat indah itu.

Melihat Xavier yang berdiri mematung, Caerelyn segera mengambil kesempatan untuk melarikan diri. Caerelyn tidak memedulikan uluran tangan Xavier, ia segera berdiri dan berlari kembali ke dalam aula dansa. Caerelyn tidak peduli jika ia dianggap tidak sopan karena mengabaikan seorang putra mahkota, bagaimanapun ia masih sayang dengan nyawanya.

Caerelyn berlari dengan cepat menuju aula dansa, bergabung dengan keramaian. Ia mengangkat gaun kremnya sambil berlari, rambut putih bergelombangnya menari seperti ombak. Perlahan dirinya semakin menjauh dan menghilang dilalap keramaian.

Xavier masih saja terpaku melihat Caerelyn yang berlari menjauhi dirinya. Setelah bayangan Caerelyn hilang seutuhnya, barulah Xavier mengalihkan pandangannya. Xavier menatap telapak tangannya yang sedari tadi ia ulurkan untuk menolong Caerelyn berdiri, namun Caerelyn menolak pertolongannya.

Xavier menatap telapak tangannya sendiri beberapa saat, sebelum ia menarik kembali tangannya dan berjalan kembali menuju aula dansa.

***

Tak terasa pesta dansa malam ini akan selesai sebentar lagi. Sekarang tinggal acara terakhir yaitu menyerahkan upeti dan hadiah untuk putra mahkota yang berulang tahun. Para bangsawan berbaris untuk menyerahkannya, termasuk Viscount Peter.

Caerelyn ikut berbaris bersama Viscount Peter. Viscount Peter ingin Caerelyn memberikan salam kepada keluarga kerajaan dan menarik perhatian para bangsawan lainnya. Menurut Viscount Peter, inilah langkah awal untuk membangkitkan kembali martabat Hyacinthum yang telah tenggelam, dengan memanfaatkan putrinya sendiri, Caerelyn.

Caerelyn yang terpaksa ikut berbaris hanya dapat menghela napas dengan kasar dan memasang muka masamnya.

Acara pemberian upeti dimulai dari keluarga Duke Hibiscus, keluarga sang antagonis Melisha.

Tiba-tiba Caerelyn mengingat sepenggal kejadian di novel. Sesuai alur novelnya, Melisha akan memberikan hadiah berupa setangkai bunga mawar merah kepada Xavier. Melisha akan membuat bunga mawar tersebut tepat didepan semua orang, sehingga semua orang yang ada didalam ruangan dapat melihat  Melisha menggunakan kekuatan khususnya.

Kekuatan khusus Melisha adalah ia dapat membuat tanaman yang dia inginkan. Kekuatan ini sangatlah langka karena biasanya kekuatan spesial seseorang berhubungan dengan elemen dasar saja (air, angin, dll.).

Di novelnya,  setelah Xavier menerima hadiah dari Melisha, Xavier yang terkenal dingin akan tersenyum untuk pertama kalinya di hadapan semua orang. Para bangsawan yang melihat itupun langsung bersorak gembira.

Dan kini tepat dihadapan Caerelyn kejadian di dalam novel akan terjadi. Melisha berdiri di depan Xavier sambil tersenyum manis. Lalu perlahan dari tangan kanannya muncul cahaya berwarna hijau yang lama-lama semakin terang dan akhirnya berubah menjadi setangkai bunga mawar.

I Become the Protagonist that Destined to DieWhere stories live. Discover now