- Chapter 9 -

679 59 0
                                    

Manik biru Caerelyn membelalak bulat, dirinya  merasakan darah segar mulai keluar dari goresan yang ditimbulkan Xavier. Sedangkan Xavier menatap Caerelyn dengan tajam, manik rubynya memancarkan aura dingin.

Jika Caerelyn tidak segera menjawab Xavier, mungkin kepalanya sebentar lagi akan terpisah dari tubuhnya.

"A-aku-"

Caerelyn membuka mulutnya, namun suaranya terpotong oleh suara yang datang dari tempat lain.

"Rupanya kau ada disini, Axsel!", Suara Rohan terpantul dari ujung lorong.

Xavier segera menoleh ke arah datangnya suara, Rohan berdiri di ujung gang sambil melambaikan kecil tangannya. Walaupun begitu, Xavier tidak menurunkan kewaspadaannya terhadap Caerelyn.

"Wow, siapa yang kau sekap itu?", tanya Rohan  terkejut.

Xavier memilih diam, tidak menjawab pertanyaan Rohan.

Rohan sebenarnya sudah tahu siapa gadis kecil yang disekap Xavier dari tadi. Ia tahu kalau Caerelyn tengah berada dalam bahaya sekarang, identitasnya bisa terbongkar kapan saja.

"Hei, itu kan Marie! Kenapa kau menyekap anak baru yang tidak berdosa itu?", Rohan memulai aktingnya untuk menyelamatkan Caerelyn.

Mendengar hal yang membuatnya penasaran telah terjawab, Xavier segera merespon, "Marie? gadis ini bernama Marie?".

Rohan mengangguk dengan muka polosnya, mengyakinkan Xavier.

Xavier balik menatap manik biru Caerelyn. Ia memang ragu kalau gadis didepannya ini adalah Caerelyn. Tetapi setiap kali ia menatap manik biru itu, Xavier menjadi teringat dengan Caerelyn.

"Apa kau ingin membunuh anak baru itu? Aku sih tidak masalah, tetapi Austin sangat antusias dengan anggota baru", Rohan menggidikkan bahunya keatas.

"Jadi ini anggota baru yang kau bilang itu? Kau temukan dimana?",tanya Xavier.

"Di kaki pegunungan, aku sedang berburu dan menemukan anak ini sedang berlatih menggunakan ranting kayu. Karena kulihat potensi di dirinya, jadi kurekrut saja. Lagian Austin kan emang ingin mencari anggota baru", jelas Rohan yang semuanya merupakan kebohongan.

Caerelyn mengerutkan alisnya, ia baru tahu kalau Rohan sangat pandai berakting berbohong. Selain itu, Caerelyn juga dapat merasakan Xavier mulai menurunkan kewaspadaannya, yang menandakan ia percaya dengan semua bualan Rohan.

Suasana menjadi hening selama beberapa saat. Caerelyn merasa tidak nyaman dan ingin segera melarikan diri. Rohan tersenyum lebar, namun didalam hatinya ia juga sedikit takut kebohongannya diketahui.

Tidak ada seorang pun dari mereka bertiga yang bersuara. Xavier berusaha menepis pikirannya tentang Caereleyn dan ingin percaya bahwa gadis didepannya ini adalah gadis yang bernama Marie.

"Baiklah aku percaya. Awas saja kalau kau berbohong, aku akan memberi pelajaran kepada kalian berdua", ucap Xavier sembari berjalan keluar dari gang meninggalkan Caerelyn dan Rohan.

Setelah Xavier pergi, Caerelyn dan Rohan menghela napas lega, rasanya mereka baru saja menghadapi ujian yang sangat berat.

"Dasar gila! kenapa kau bisa kena tangkap Axsel? Dia orang yang menyeramkan", celutuk Rohan.

"Asxel? Dia anggota kelompok berpedang juga?",bukannya menjawab, Caerelyn malah balik bertanya.

"Iya, Pemuda yang tadi bernama Asxel. Dia orang yang berbahaya dan kemampuannya jauh diatasku. Kau harus menghindarinya jika tidak ingin terkena masalah",

"Lalu satu lagi, kelompok berpedang kami itu ada namanya, Clash of Sword namanya. Pemimpin kami bernama Austin dan ada 8 anggota sejauh ini, ditambah denganmu akan menjadi 9".

I Become the Protagonist that Destined to DieWhere stories live. Discover now