DUA

215 32 5
                                    

Alodie menghela napas panjang seolah memiliki beban berat, sehingga membuat wanita yang duduk disampingnya sembari menyetir itu menoleh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alodie menghela napas panjang seolah memiliki beban berat, sehingga membuat wanita yang duduk disampingnya sembari menyetir itu menoleh. Raut wajah wanita itu menunjukkan kekhawatiran.

"Maafkan Mama karena lama, sayang."

Sebuah ucapan keluar dari mulut wanita itu. Memecahkan keheningan diantara mereka berdua. Dan membuat Alodie menoleh, menatap wanita dewasa yang terlihat cantik itu tanpa berkedip.

"Mama?"

Wanita itu melirik Alodie dengan wajah teduhnya. Tak sadar dengan aksen aneh dari ungkapan panggilan Alodie, wanita itu menjawab, "Iya, sayang? Maaf tadi Mama ada meeting sampai lama jemput Odie."

"Tadi Bu Sania telepon kalau Odie seharian di sekolah nggak mood. Odie sakit?"

Sejenak Alodie hanya terdiam sembari menatap wanita itu atau Mama dari tubuh ini dengan intens. Kemudian Alodie menggeleng dan membuang muka menghadap jendela.

Melihat respon Alodie, tampak membuat wanita itu semakin cemas. Mengingat Alodie yang menangis di depan pos satpam, membuatnya memiliki persepsi jika putrinya tengah marah akibat terlalu lamanya menunggu sang mama.

Alodie itu memang kalem dan sedikit pendiam semenjak ia menikah kembali seminggu yang lalu. Ia sedikit paham dengan kondisi putrinya yang mungkin masih dalam tahap menerima fakta dan suasana baru terhadap kehidupannya yang berubah. Namun hari ini Alodie terlihat lebih pendiam dari biasanya. Pikiran buruk mulai merayap ke dalam benaknya. Atau jangan-jangan yang menyebabkan putrinya menangis karena mengalami perundungan?

Wanita itu menahan napas sejenak lalu menggelengkan kepalanya. Tidak. Jika Alodie tengah mengalami bullying, Bu Sania akan segera menghubunginya. Apalagi raut wajah putrinya yang selalu menampilkan mimik judes pasti membuat para anak-anak lain enggan untuk mendekat ke arah Alodie. Jadi kemungkinan Alodie dirundung itu nyaris tidak mungkin.

"Mama, kita pulang?"

Lovani—sang mama—sedikit tersentak saat mendengar pertanyaan dari sang anak. Ia menunjukkan senyum kecil kala Alodie mengeluarkan suaranya terlebih dahulu tanpa harus ia pancing. Selama Lovani menemani tumbuh kembang sang anak, ia sangat tahu jikalau Alodie memiliki kepribadian tenang yang amat persis dengan mantan suaminya. Nyaris Alodie tidak akan mengeluarkan suara apabila tidak ada yang mengajaknya berbicara terlebih dahulu. Akan tetapi Alodie juga terkadang memperlihatkan sisi kanak-kanaknya. Namun tetap saja hal ini membuat Lovani terkadang cukup was-was dengan bagaimana interaksi yang dilakukan oleh putrinya diluar sana. Oleh karena itu, Lovani sering berkonsultasi dengan Bu Sania untuk terus mengawasi kegiatan Alodie di sekolah.

"Mm, Odie ingin makan es krim dulu sebelum pulang?" Tanya Lovani pada sang putri.

Alodie, menatap Lovani lurus. Lalu ia mengangguk, "Boleh."

Melihat tanggapan ringan Alodie, berhasil membuat Lovani bernapas lega.

Sebenarnya, Alodie melihat betapa gelisahnya gerak-gerik tubuh sang mama pemilik tubuh ini. Ia sedikit khawatir jika sikapnya bertolak belakang dengan sifat anak ini. Jadi ia hanya bisa diam sembari masih berusaha memahami situasi apa yang terjadi dengannya. Alodie masih mengais-ngais secuil logikanya terhadap keadaan diluar nalar yang terjadi padanya saat ini.

Being a Little GirlWhere stories live. Discover now