Penguntit!?

Mulai dari awal
                                    

"E-eh?! Gak tau sih gue. Dia tiba-tiba datang nemuin jadi gue suruh aja sekalian mampir karena udah terlalu malam gue gak bisa nganter pulang,," jawab Rivanca sedikit bingung dan mulai kelabakan ketika dia ceroboh kalau ponselnya pernah jatuh di tempat tinggal gadis itu sendiri.

"Kenapa muka Lo senyum-senyum gitu. Keliatan sih miringnya!!" decih Gaztra sebentar untuk menghentikan tindakan bodoh Enggar yang terus tersenyum aneh sebelum cowok itu akan mencium sesuatu didekatnya terbawa khayalan.

"Pantesan! Lo izinin, orang dia yang nemuin hape Lo,," decak Gaztra seakan baru mengerti. Meangguk-angguk. Ia pikir Meera akan dimarahi habis-habisan juga oleh cowok selain Sevan.

"Coba aja Sevan yang nemuin pasti Lo gak akan masalah 'kan dia mau tidur di mana aja bebas?" kekeh Kaden sambil melirik ke arah Sevan yang sedang meninju samsaknya dengan cukup brutal.

Sevan masih kesal, jadi ia tidak tertarik untuk berbicara pada Rivanca atau mendengarkannya pun Sevan tak peduli. Ia hanya melampiaskannya pada samsak itu sebagai Rivanca yang sempat tertunda untuk membalas dia hajar habis-habisan.

Rivanca memutar jengah matanya. Ia tahu Sevan hampir saja mengigitnya kalau sana Meera tidak datang cepat. Hanya melihat gadis itu datang berjalan membuat Rivanca bisa berhenti menahan kemarahannya. Tapi sayangnya Meera selalu saja berusaha menjauh. Kalau begitu Rivanca akan mulai diam-diam mendekatinya sampai Meera harus siap menerima dirinya menjadi seutuhnya

"Gue selesai!!" ucap Sevan melepaskan sarungnya dan berniat untuk pulang lebih awal. Ia melirik penuh sinis.

"Masih ngambek Lo Sev?" Kaden langsung meneguk ludahnya saat ingin mengajaknya bercanda.

"Gue gak urusan lagi!!" kata Sevan seakan sedari tadi dia memang menunggu Rivanca kalau laki-laki itu bisa kapan saja berniat untuk melanjutkannya kembali kejadian pagi tadi. Tapi ternyata Rivanca hanya diam menatap datar. Membuat Sevan mendengus kasar.

"Lo mau hajar gue juga, gue pasti lawan balik bikin lo mampus!!" gumam Sevan menatap Rivanca penuh tajam dan berlalu begitu saja melewati cowok berhoodie itu.

"Gue kayaknya gila beneran gara-gara Meera sialan! Gue cuma takut Meera jatuh cinta sama yang lain sedangkan dia aja selalu menghindari gue mana bisa gue biarin Sevan dekat sama dia lagi!!" geram Rivanca sambil mengusap gusar wajahnya. Meski Rivanca merasa bersalah pada temannya itu tadi. Ia sangat tahu Meera bukan siapa-siapanya. Tapi Rivanca sungguh menyukai Meera sekarang. Ia marah, takut gadis itu melakukan hal sesuatu buruk dibelakangnya. Mungkin rasa cemburunya itu terlalu berlebihan hingga Rivanca tak bisa mengendalikan emosinya dan membuat temannya menjadi membencinya. Kalau Meera tahu mungkin gadis itu akan ikut membencinya juga? Tidak boleh! Meera harus jatuh cinta padanya bagaimana pun caranya.

****

Sudah satu Minggu lamanya Meera belum juga mendapatkan sesuatu yang dimintai oleh geng Rhea sesuai perjanjian mereka tempo lalu. Meera terus juga mencoba beralasan dan ia pun terpaksa harus berbohong sedang menggoda para cowok-cowok itu. Meski kenyataannya Meera tak pernah melakukan hal apapun selama ini cukup berdiam saja menahan diri. Ia hanya diam menunggu sampai Enggar akan menyerahkannya namun Meera lupa akan perkataan Gaztra waktu itu dengan permennya. Dia harus memintanya langsung pada Rivanca bukan pada teman-temannya lagi.

"Meera tunggu Lo, sini seb....?!" panggil Rhea terhenti sambil hendak berlari mengejar Meera namun gadis itu lebih dulu menempel pada lengan Enggar membuat cowok berlesung manis yang asyik tengah berbicara pada Adhery sempat teralihkan menatapnya terkejut.

"Kenapa Meera? Ada apa?" tanya Enggar begitu menyadari raut wajah Meera tak biasanya sedikit pucat dan keliatan panik.

"Enggak ada kok,," jawab Meera lantas menggelengkan kepalanya cepat sambil memasang senyuman terbaiknya menutupi kegugupannya.

Bad The GengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang