Twenty One : Baby Boy

131 12 0
                                    

"Kau belajar dengan sangat cepat" ujar Hans, ia menggandeng Tina melangkah.

"Really? Aku masih belum mahir berburu, Hans" sahut Tina.

"Kau akan terbiasa, jangan khawatir" Hans tersenyum, Tina mengangguk dan balas tersenyum. Kedua vampir itu tiba di depan rumah, melangkah masuk dan disambut oleh semua anggota keluarga.

"Welcome to our family, Tina" Lucy memeluk Tina sekilas.

"You looks great, Tina" puji Venus.

"Oh, mommy-mu sudah datang" Veca berujar dan tersenyum, di gendongan-nya ada seorang bayi laki-laki yang manik-nya menatap lurus pada Tina.

"My baby boy.." gumam si vampir baru.

"Here you are" Veca menyerahkan si bayi ke gendongan Tina.

"Hey.." Tina tersenyum manis, membalas tatapan lekat si anak. Tangan mungil si bayi terangkat menyentuh pipi Tina yang membuat sebuah bayangan hadir di otaknya.

"What was that?" Tina menoleh pada Veca.

"Dia bisa mengetahui seseorang melalui sentuhan fisik, dia baru saja memperlihatkan kilasan memori ketika kau melahirkan dia" Veca menjelaskan.

"Mommy.." si bayi bersuara.

"Dia bisa berbicara?" Tina terkejut.

"Dia akan bisa adu mulut dengan-ku, Morgan atau Yordan dalam waktu beberapa bulan ke depan, Tina" Joshua menyahut.

Tina kaget ketika Joshua berujar demikian, ia tak menyangka kehadiran si bayi membuat Joshua berubah secepat kilat. Morgan dan Yordan pun tak terlihat menatap ngeri pada anak-nya, Tina senang akan hal itu. Ia berharap kehadiran si kecil dapat diterima oleh semua anggota keluarga Ekezeil.

"Berikan nama untuk-nya" ujar Venus.

"Ah, aku lupa" ringis Tina.

"Hans, you have a name for our baby boy?" Tina menoleh pada Hans, si suami mengangguk.

"What is that?" Koor Veca, Morgan, Joshua.

"Leonard Hanstin Ekezeil, panggilan-nya Leo"

"Hanstin?" Tina menaikkan alis, Hans menarik sudut bibir dan mengusap surai si wanita.

"Hans and Tina, Hanstin" ujar-nya. Tina tersenyum mendengar itu kemudian mengangguk paham.

"What a cute name you have!" Gemas Veca.

"Allright, Leo!" Venus sumringah. Semua vampir disana kompak tersenyum.

❄️❄️❄️❄️❄️

Sean mendapatkan kabar kalau Tina meninggal dan segera saja ia melajukan mobil menuju ke kediaman Ekezeil sore itu juga atas berita yang ia dapat dari Jack. Sean tiba di depan rumah keluarga vampir itu, ia melihat sekeliling dengan tatapan heran. Kenapa rumah ini terpisah sendiri? Ini pertama kalinya Sean menginjakkan kaki di rumah sang besan. Dilain sisi, Venus dan Veca sibuk menata Tina agar terlihat persis seperti manusia pada umum-nya. Rambut terang Tina dibiarkan, mata itu dipakaikan lensa berwarna abu-abu persis seperti manik Tina ketika ia masih manusia.

"Tina, cobalah untuk tidak bergerak terlalu cepat. Jangan buat ayah-mu terkejut" ujar Lucy.

"Okay" gumam Tina.

"Jangan lupa berkedip, kau harus berkedip" sahut Veca. Tina mengedipkan mata beberapa kali, Morgan-Yordan terkekeh melihat itu.

"Usahakan kau terlihat bernafas seperti manusia, angkat dan turunkan bahu-mu" Venus berujar, Tina mengangkat dan menurunkan bahu sambil menarik nafas.

[✔️] ECLIPSEWhere stories live. Discover now