Eighteen : My One And Only

113 11 0
                                    

Sinar matahari telah menerangi bumi, di salah satu kamar sinarnya membuat si wanita yang tengah terlelap mengerjap karena silau akan pantulan sinar sang penerang dunia dari jendela kamar yang terbuka lebar. Manik abu-abu Tina terbuka perlahan, ia menoleh ke sisi kanan dan memicingkan mata kala mendapati busa bantal yang menempel pada rambut panjang-nya. Tina menarik helaian busa tersebut, menatap-nya lamat-lamat sebelum membuang-nya. Si manusia beringsut duduk, ia menatap sekitar kamar yang sangat amat berantakan dengan ekspresi terkejut. Dimulai dari busa bantal yang berserakan, kepala ranjang sekaligus tirai ranjang yang patah lalu semua bantal di atas ranjang hanya satu yang utuh. Kenapa bisa berantakan seperti ini? Tina beranjak membersihkan diri lalu melangkah mengitari rumah mencari sosok Hans.

"Hans?" Tina bergumam, ia menemukan si suami berdiri di teras rumah menatap ke lautan lepas. Hans berbalik ketika Tina menyebutkan namanya.

Grep!

Tina langsung memeluk tubuh tinggi itu, membenamkan wajah di dada bidang Hans dan menutup mata. Hans tersenyum, ia elus lembut surai si istri sebelum mengecupnya beberapa kali.

"Did you sleep well, love?" Hans bertanya, Tina mengangkat wajah dan memajukan bibir.

"I don't think so" jawab Tina. Hans terkekeh, ia tangkup kedua sisi wajah si cantik dan mengikis jarak wajah mereka.

"Kau masih mengantuk, hm? Pergilah tidur kembali" bisik Hans usai mengecup bibir mungil Tina.

"Tidak mau" si istri menggeleng. Hans membawa Tina masuk ke dalam, keduanya duduk di sofa dan Tina berada di pangkuan Hans.

"Hans, kamar kita sangat berantakan. Kenapa bisa seperti itu?" Tina bergumam, ia memeluk leher Hans dan menduselkan wajah disana.

"Menurut-mu, kenapa?" Sahut Hans, ia elus surai Tina dan lengan putih itu bersamaan.

"Aku tidak tahu" Tina menggeleng.

"You don't need to know, then" ujar Hans, Tina menegakkan tubuh dan menatap Hans dengan tatapan protes.

"Kenapa aku tidak boleh tahu?" Ia bertanya kesal, Hans terkekeh.

"Yakin mau tahu, hm?" Si vampir menaikkan sebelah alis.

"Yakin" Tina mengangguk, Hans menarik belakang leher Tina mendekat.

"Just try to remember our first night, kau akan tahu kenapa kamar kita berantakan" bisik Hans, Tina tak paham namun mencoba mengingat kejadian semalam.

Flashback On

Tina melangkahkan kaki telanjang-nya perlahan, mendekat pada Hans yang berdiri tepat di pinggiran pantai tanpa mengenakan alas kaki. Angin malam berhembus cukup kencang, menerbangkan surai panjang Tina yang tergerai. Hans menoleh ketika sang wanita berdiri tepat di sebelah-nya, Tina mengenakan apa yang Venus beli. Pakaian berbahan sangat tipis itu dipakai oleh Tina, memperlihatkan lekukan indah tubuh sang wanita. Demi Tuhan, Tina begitu cantik, sudut bibir Hans tertarik dan tanpa kata ia segera melingkarkan lengan di pinggang ramping Tina.

"Bulan-nya indah" ujar Tina memandang ke langit malam.

"Aku rasa tidak, ada yang lebih indah bagi-ku selain bulan" sahut Hans, Tina mengalihkan pandangan pada si pria.

[✔️] ECLIPSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang