Kaos dan Bercak noda?!

Start from the beginning
                                    

"Enggak! Aku mau langsung pulang aja." jawab Meera enggan sembari merapikan bajunya yang sedikit berantakan. Tentu saja ia tidak mau ditinggalkan sendirian disini apalagi saat hanya berduaan dengan laki-laki itu nanti. Meera masih takut jika mengenai soal Rivanca yang seenaknya berlaku mesum padanya dibelakang teman-temannya.

"Meera Lo bareng gue aja sekalian gue anterin deh,, kata Enggar kemudian.

"Adhery si bangsat! Kalau gak kuat mabuk jangan ngerepotin gue dong!!" keluh Gaztra saat membawa cowok itu seakan lumpuh untuk berdiri. Laki-laki itu terus mendumel karena temannya itu membuatnya sedikit kesusahan. Bahkan Gaztra sempat berdecak kasar saat mendengar Enggar menyengir lebar seakan ingin lepas dari tanggung jawabnya untuk mendekati Meera.

"Mana tuh Kaden sama Sevan? Udah ngilang aja?" Enggar sedikit masih menguap sebentar begitu keberadaan dua orang itu tidak ada didekatnya.

"Sevan udah balik duluan! Kalau Kaden tuh dia ngikut di kaki Lo bego!!" ketus Gaztra memutar malas matanya. Sontak Enggar melirik kebawahnya.

"Anjing sialan! Bikin kaget aja Lo bangsat kirain tai apaan nempel dikaki gue bangke!!" Enggar sempat terperanjat sebentar saat menyadari ada sesuatu yang berat pada salah satu kakinya saat ia mencoba menyeret langkahnya. Hampir saja Enggar menggeprek wajah Kaden dengan kakinya yang hendak dia injak-injak jika tak ingat itu temannya.

Dengan begitu Gaztra pulang dengan kedua beban temannya sekaligus mereka bertiga di mobilnya. Sedangkan Meera bersama Enggar ketika cowok itu berinisiatif untuk mengantarnya pulang.

"Enggar makasih ya udah mau nganterin aku,," ujar Meera saat dalam perjalanan merasa tak enak menumpang pada cowok itu.

"Santai aja Meera. Lagian gak mungkin kan Lo pulang sendirian." jawab Enggar meliriknya sekilas.

"Kayaknya kamu masih ngantuk deh! Mau mampir dulu ke tempatku?" ajak Meera saat melihat cowok itu sedikit menahan matanya.

"Boleh emang? Gak ada yang marah kan?" tanya Enggar langsung menoleh ke arah gadis itu seketika terlihat sedikit semringah.

"Tapi disana banyak nyamuknya sih,," cengir gadis itu pelan.

"Gak masalah asal bisa bobo bareng sama Lo aja udah cukup kok,," kekeh Enggar tersenyum aneh. Meera pun langsung mengatupkan mulutnya rapat saat ia sepertinya sudah salah bicara pada lelaki itu.

*****

Pagi harinya Rivanca menggeram penuh marah. Baju temannya kok ada di kamarnya? Terus di atas ranjangnya juga terdapat sedikit bercak darah?! Lelaki itu cukup terkejut ketika menyibak seprai yang menutupinya matanya terbelalak lebar tak percaya.

"Tunggu sebentar, bukannya Meera malam tadi nginap di apartemennya? Tapi kemana cewek itu udah pergi gitu aja?!" gumam Rivanca saat teringat akan gadis itu yang sempat dia suruh untuk tetap tinggal di kamarnya. Namun apa-apaan ini?! Kenapa baju temannya yang lain ada di dalam kamarnya juga lalu darah Meera kok bisa ada di kasurnya?! Habis ngapain saja mereka selama Rivanca pergi? Cowok itu langsung meremas kuat baju kaos milik Sevan seakan bersiap ingin merobeknya.

"Bangsat!!" umpat Rivanca terlanjur emosi saat pikirannya mulai dipenuhi oleh akan bayangan gadis itu sedang bersama dengan temannya tengah asik bergumul mesra di kamarnya, tanpa dia ketahui apa saja yang sudah terjadi pada mereka berdua sepanjang malam tadi.

"Meera gue gak akan pernah mau maafin Lo kalau beneran selingkuh dari gue bajingan!!" ujar Rivanca penuh emosi dan mengobrak-abrik seisi kamarnya sendiri. Ia benar-benar tak bisa mengendalikan temperamental-nya jika mengingat orang yang disayanginya akan berbuat hal terlarang dibelakangnya.

Setelah itu Rivanca bergegas untuk menemui Sevan langsung. Ia segera meminta penjelasan pada cowok itu saat tiba di sekolah mereka. "Gue tau Lo orang gilanya!! Lo ngapain aja di kamar gue bangsat?!" geramnya menarik kerah baju Sevan. Hal yang paling dia curiga tentu saja Sevan karena dia tahu betul baju itu milik temannya.

"Cuma gue doang nih ditanyain? Padahal Lo ngebiarin dia di kamar Lo juga tuh!!" cibir Sevan saat seragamnya ditarik oleh Rivanca begitu kencang seakan ingin mencekiknya sekaligus.

"Udah Vanca! Pagi-pagi Lo ribut banget kenapa lagi?!" lerai Adhery benar-benar terganggu saat ia mengerjakan tugas sekolahnya di meja. Tiba-tiba Rivanca rusuh didepannya.

"Gak usah ikut campur Dhery! Lo mau gue hajar juga sekarang?!" ancam Rivanca melotot tajam. Adhery balas mendelik tak suka.

Sedangkan Sevan hanya terkekeh pelan. Ia tetap mencoba memasang senyuman meski terasa kecut. Tentu saja peringatan Gaztra memang benar adanya. Rivanca tidak suka kamarnya dibagi dua oleh orang lain jika dia tak mengizinkan apalagi sampai menggunakannya untuk bercinta sesaat. Rivanca bisa gila ingin membakar rumahnya sendiri kalau sampai hal itu terjadi didepan matanya.

Barulah Meera datang bersama Enggar yang terus menempeli gadis itu. Bahkan tangan Enggar tak mau melepaskan tangan Meera sebentar saat cowok itu mengelusnya agar Meera merasa nyaman. "Pembalut lo udah gue beliiin cukup banyak biar gak bocor lagi tuh perut Lo bisa bahaya! Kayak kena pecah ketuban sialan! Gue jadi ngeri ngebayangin!!" ujar Enggar perhatian tak mau Meera semakin menderita saat dia singgah ke kostan tempat gadis itu, Enggar jadi lebih mengetahuinya.

"Sttt diam! Jangan ngomong keras-keras gitu entar kedengaran malu tau!!" Meera dengan cepat menutup mulut Enggar.

"Iya-iya ah lo gak usah bawel lagi! Untung gue ada coba gak ada Lo bisa kehabisan!!" gurau Enggar. Meera dibuat terkekeh kecil.

"Pantesan haid aku. Udah datang bulannya sih aku hampir lupa,,". Hingga tatapan kedua sejoli itu kini mengarah pada Rivanca dan Sevan sejenak terlihat saling menahan diri didepannya yang sebentar lagi akan melepaskan bogeman mentahnya masing-masing jika tak segera dipisahkan langsung.

Rivanca mengepalkan tangannya kuat-kuat dibawah sakunya sedang tangannya yang lain mencengkram seragam baju Sevan. Cowok itu melirik tajam saat merasakan wajah Rivanca semakin keruh.

"Loh loh kalian berdua abis mau ngapain nih serius amat? Ngajak ributnya kok gue ketinggalan sih?!" seru Enggar mulai ikut bergabung dengan mereka saat belum mengerti akan situasi para temannya.

Kaden tak mau ikut campur jadi dia hanya tetap diam sampai akhirnya menyambut kedatangan Enggar. "Kita gak usah ikutan,," kata cowok itu.

"Aku duduk dulu ya. Masih mules perutku,," lanjut Meera segera duduk ke tempat bangkunya begitu Enggar meanggukan kepalanya tersenyum hangat.

"Tenang aja. Sevan selalu gue awasin,," decak Gaztra membuang napasnya sebentar. Sebenarnya ia sungguh menantikan perkelahian kedua temannya itu tapi ia tak mau nanti ikutan kena jotosan random dari salah satunya. Mau tidak mau Gaztra harus menghentikannya sebelum baku hantam dimulai akan sangat merepotkan dirinya.

Barulah Rivanca melepaskannya begitu mendengar ucapan Gaztra bahkan melihat cukup lama ke arah Meera yang selalu memalingkan mukanya dari tatapannya. Sungguh ia benar-benar pusing sekarang jika mengingat sesuatu aneh di kamarnya itu apalagi darah yang berkaitan tentang gadis itu dengan salah satu temannya. Melihat Meera yang seperti biasanya menghindari kontak mata membuat Rivanca sedikit tak tenang. Ia pun langsung membuang baju kaos itu ke arah depan muka menyebalkan Sevan dan berlalu pergi begitu saja dari kelasnya.

"Vanca bangsat! Belum ngentot udah dituduh sembarangan. Ngapain semalaman di kamarnya? Lagi bikin anak? Atau bercocok tanam di kebun ranjangnya gitu, cih brengsek! Emang bukan teman gue anjing!!" kesal Sevan mengoceh tentang Rivanca yang tiada habisnya masih membuatnya tak terima.

"Jangan mulai deh Sev!!" tegur Gaztra malas untuk menanggapinya. Sedangkan cowok yang barusan disebut namanya hanya mengacungkan jari tengahnya. Ini gara-gara Gaztra sih selalu bikin gagal. Umpat Sevan dalam hati.

TBC......





Bad The GengWhere stories live. Discover now