01.12

99 17 1
                                    

Brak

Pintu kamar tertutup dengan kuat, membuat kaca yang ada di sana sedikit bergerak. Osamu merebahkan dirinya di kasur, menatap atap kamar dengan mata yang berkaca-kaca.

"Lo tau di bohong tapi kenapa masih percaya, bego." Monolog Osamu memaki dirinya sendiri.

Air mata yang menggenang sedari tadi akhirnya jatuh ketika memori beberapa saat tadi terulang kembali.

"Aku ga selingkuh, sayang." Ucap suna menggemgam tangan Osamu lembut.

"Bohong."

Suna menggeleng keras. "Aku serius. Mereka- mereka cuma sepupu aku, sayang. Kamu jangan kaya gini dong ya?"

Tangannya berubah mengelus pipi Osamu. "Kamu juga sering kan main sama kenma atau atsumu, nah sama, bedanya sodara aku cewe jadinya keliatan salah."

"Kamu ga pernah bilang kalau mau nganter sepupu kamu keluar, kamu bohong."

Suna terdiam, mencoba mencari alasan yang pas untuk pernyataan ini. "Iya, aku salah. Tapi masa cuma gara gara kurang komunikasi hubungan kita rusak?"

Osamu menatap suna tajam. "Komunikasi itu penting, suna."

Suna mengerjap, kini dirinya kesal karena Osamu yang tak kunjung percaya kepadanya. Dia memalingkan wajahnya dari hadapan Osamu.

"Segitu gak percayanya sama aku?"

Mendengar kalimat itu membuat Osamu gelagapan. Bukannya tidak percaya tetapi Osamu membutuhkan penjelasan yang jujur.

"Aku percaya, Rin. Aku cuma butuh penjelasan."

"Tadi kan udah, Osamu miya. Lo tuh batu banget dari tadi-"

Suna menatap Osamu dengan wajah curiga. "Atau jangan jangan, lo mau putus sama gue pake masalah ini?"

"Engga lah!"

"Terus, dari tadi ngedesak gue terus maksudnya apa?"

Osamu menahan nafasnya lalu menghembuskan secara perlahan, mengurangi rasa emosinya. Dia rasa jika perdebatan ini terus berlanjut endingnya adalah yang terburuk.

"Aku salah, Rin. Aku harusnya percaya sama kamu, bukannya sama orang lain." Ucap Osamu menundukkan kepalanya.

Suna melirik Osamu sinis lalu tersenyum tipis. 'gitu kek dari tadi.'

"Aku maafin. Jangan gitu lagi ya, sayang." Suna membawa Osamu kedalam pelukannya.

_________

Kepulan asap rokok memenuhi kamar suna, sang empu tengah terduduk di ujung ranjang mengotak-atik hpnya.

Halaman chat WhatsAppnya sangat penuh dengan nomer tanpa nama. Suna menghubungi satu persatu dari mereka.

'kalau mau maen di rumah gue aja, sini.'

"Ribet banget."

"Ngapa lu?" Suara halus memasuki Indra pendengaran suna. Dirinya menoleh mendapatkan oikawa yang tengah bersender di pintu.

"Cowo gue ni bikin kesel."

Oikawa menaikan sebelah alisnya. "Ya, putusin. Biasanya juga gitu, kan?"

Suna menatap netra oikawa lama, memikirkan ucapannya. "Nanti aja deh, masih seru."

Oikawa terkekeh. "Terserah lu deh, bang." Dirinya melangkah pergi meninggalkan kamar kakak tirinya tersebut.

Handphone suna berdering. Memunculkan notifikasi yang mengatakan bahwa pengirim pesan akan pergi ke rumahnya. Belum sempat suna menyetujui pergerakannya terhenti ketika mendengar suara mesin mobil yang sangat dia kenali.

Reckless | sunaosa [END]Where stories live. Discover now