01.10

102 18 2
                                    

Suara tangisan terus terdengar di telinga suna. Dia membiarkan, menunggu Osamu tenang. Jujur saja hatinya sangat sakit mendengar tangisan pilu Osamu.

Tangannya tidak berhenti bergerak mengelus punggung dan surai lembut Osamu, mencoba menenangkan.

"Sam, udah ya?"

Suna tidak tahu saja, jika seperti itu tangisan Osamu malah akan semakin menjadi-jadi.

"BELUUMM!!" Teriak Osamu sembari terus menangis. Kepalanya kembali ditanamkan ke dada suna.

Suna kembali menyenderkan bahunya ke tembok, menunggu Osamu berhenti menangis.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya tangisan Osamu berhenti dengan sendirinya. Semuanya sudah ia curahkan dengan tangisan.

Suna menghapus bekas air mata di pipi Osamu, mengelus lembut pipinya. "Boleh aku ngomong?" Osamu mengangguk membalas ucapan suna.

"Maaf."

"Maaf buat malam itu, aku bener bener diluar kendali sampai sampai bentak kamu. Maaf karena udah kasar sama kamu."

"Kenapa?" Tanya Osamu dengan Isakan.

"Aku lagi ada masalah keluarga, keluarga aku lagi berantakan banget. Maaf ya, aku belum bisa cerita. Masalahnya terlalu besar."

"Aku ga maksa cerita kok, aku juga belum berani cerita masalah yang aku hadepin." Suna mengangguk, membawa kembali Osamu kedalam dekapannya.

"Maaf, dari tadi cuekin kamu. Aku takut, tiap liat muka kamu, aku selalu keinget waktu malam itu-"

Pelukan suna semakin erat. "Aku bener bener ngerasa bersalah,"

"Maaf." Osamu membalas pelukan suna dengan sama erat.

Suna menarik wajah Osamu untuk menghadapinya, dengan perlahan wajahnya ia dekatkan, mendorong kepala Osamu mendekatinya.

Bibir mereka bertemu, pertama kalinya. Osamu terdiam membeku. Suna menjilat singkat bibir Osamu dan menjauhkan wajahnya.

"Manis." Suna menyatukan dahi mereka. Tersenyum melihat ekspresi kaget dan wajah memerah Osamu.

"RIN! KITA LAGI DI SEKOLAH!!!"

_____


Tampaknya cuaca selalu berpihak kepada Osamu. Ketika dirinya bahagia cuaca hari itu pun ikut cerah. Senyuman tipis tak lepas dari wajah Osamu, dirinya lega karena masalahnya dengan suna akhirnya selesai.

Osamu sudah bertengger di pagar rumahnya, menunggu kedatangan kekasih hatinya.

Tak perlu menunggu lama, suna datang dengan motornya.

"Pagii, sayangku." Suna mengelus lembut pipi Osamu.

Osamu tersenyum manis. "Pagi juga sayang."

Suna memasangkan helm dengan hati hati setelanya Osamu naik dan langsung memeluk erat kekasihnya.

Bisikan bisikan terdengar di telinga Osamu ketika mereka memasuki area sekolah. Nampaknya hubungan mereka sudah diketahui lebih banyak orang sekarang.

Osamu tentu saja senang. Sekarang semua orang sudah mengetahui bahwa dia milik suna dan suna miliknya.



"Eh itu pacarnya kak suna bukan sih?"

"Iya, bener yang itu, cowo tapi cengeng."

"Ga cocok banget deh sama dia, cocok juga sama yang kemarin."

"Lo denger ga? Katanya kemarin dia nangis nangis loh ke suna."

"Serius? Malu maluin banget.."

"Ga suka gue sama dia."

Naas. Rasa bangganya hilang ketika mendengar ocehan siswa siswi itu bukan mendukungnya malah ternyata menjatuhkannya.

Baru saja tadi dia bahagia, sudah hancur kembali.

Tidak jauh beda, di kelas pun banyak ocehan tak bermutu tentang hubungannya. Menyebalkan.

"Osamu."

Semua ocehan itu seakan langsung hilang, hanya suara itu yang terdengar di telinganya.

"Kenapa, shin?"

Kita shinsuke. Dia tersenyum lemah ke arah Osamu. "Aku ga ngedukung hubungan kamu tapi, jangan terlalu peduliin omongan mereka, kamu ga seburuk itu."

Osamu tersenyum canggung, entah menghakimi atau menyemangati kalimat dari teman sekelasnya ini. "Makasih, Shin. Gue ga terlalu peduli juga sih."

Kita mengangguk. "Kalau lo butuh temen atau butuh bentuan bilang aja, jangan sungkan."

"Santai Shin. Baik bener lu jadi orang?"

Kita tersenyum penuh makna lalu pergi meninggalkan Osamu.

____

Suna menatap lekat pria di sebelahnya. Ia merasa cemburu pada rumput yang ditatap Osamu sedari-lama. Karen, semenjak dia datang Osamu tetap saja diam dan menghiraukan dirinya.

Suna mencubit pipi Osamu sampai sampai Osamu merintih dibuatnya. "Mbull, kok kamu lebih milih liatin rumbutnya dari pada aku.."

"Ah- engga, maafin. Kamu udah lama di sini?" Ucap Osamu gelagapan. Mengelus pipinya yang dicubit suna tadi.

Suna membuang mukanya. "Lama banget."

Osamu makin gelagapan dibuatnya, suna ngambek. "Rin, maafin. Janji engga lagi." Bujuk Osamu memegang tangan suna.

Suna melirik sekilas raut wajah Osamu, sangat menggemaskan. Raut wajah yang bingung dan khawatir dan matanya yang hampir mengeluarkan air mata.

'Isengin dikit gapapa kali, ya?'

"Hmmp!" Suna membuang muka kembali setelah menatap Osamu sekilas.

'anjir anjir ini cara bujuk cowo gimana?? Mana pernah gue berurusan sama cowo ngambek!!'

'atsumu sama kenma sering sih tapi masa gue tawarin top up diamond sama rekomend cafe bagus??'

"Jangan ngambek dong, Rin. Nanti aku traktir makanan kesukaan kamu deh, ya?"

"...."

"Kalau ga mau aku beliin baju ya???"

"...."

"Rin... Jangan ngambek.."

Suna menoleh, tidak tega rasanya mempermainkan anak kecil ini lebih lama.

'gemes banget ini cowo, punya sapa sih!'

"Ya udah, engga-" wajah Osamu seketika berbinar mendengarnya.

"Tapi ada syaratnya." Osamu mengangguk semangat menjawab ucapan suna.

"Apa syaratnya?"

"Kamu harus buatin aku bekel tiap hari, gimana?"

Osamu menatap heran pria di hadapannya. "Bekel? Makanan?"

"Iya, buat makan siang. Jadi, aku ga beli di kantin tapi makan makanan buatan kamu."

Osamu mengangguk sekali lagi lalu tersenyum hangat. "Oke. Mulai besok aku buatin kamu bekel."





To be continude.











Jujurly makasih banget yang udah komen di chapter sebelumnya. Aku sempet mau drop book ini tapi berkat kalian ga jadi, hehe.

Yang punya tele boleh banget kepoin chanell aku @.agsyie isinya tentang book
ini pasti.

Kencengin vomentnya guys🤍


Reckless | sunaosa [END]Where stories live. Discover now