"Keknya sih emang tertarik. Nanti kan pasti di kembangin ama pak Awan. Terus untungnya pasti bakalan gede." sahut Hujan yang dibalas gelengan kuat Bintang.

"Tapi, ada desas-desus yang gue dengar pas bersihin lantai atas. Katanya pak Awan punya kenalan penting di sini, wanita. Semacam mau deketin keknya." bisik Bintang sadar bahwa objek yang mereka bicarakan baru saja muncul dari pintu kantin.

Hujan mengerjap, memang siapa wanita yang bakal Awan dekati? Apa secepat itu dia melupakan Kia?

"Sstt, ada pak Awan." bisiknya kecil. Hujan refleks menoleh sebentar kemudian mengalihkan pandangan ke depan saat Awan menyorotinya dingin.

"Eh, dia liat ke sini cuyy. Liatin gue kali, ya?" sahut Bintang percaya diri.

Hujan tertawa kecil, lalu pesanan mereka datang.

"Ternyata lo pada di sini." seloroh Khatulistiwa sembari membawa semangkuk soto ayamnya.

"Katu, perasaan lo belum lama gajian. Terus kenapa lo miskol gue?" tanya Bintang mengingat beberapa saat lalu Khatulistiwa meneleponnya. Namun alih-alih suara pria itu, Bintang malah di hadapkan pada suara operator.

"Elah, gue chat lo kagak bales. Pulsa gue juga nol rupiah. Maklum, Wi-Fi," seloroh Khatulistiwa sambil menyeruput kuah sotonya.

"Tadinya gue mau minta Hujan buatin kopi." tambahnya menjadikan Hujan menaruh atensi penuh padanya.

"Maaf, Bang. Tadi sibuk banget."

"Katu, Katu. Manja bener dah lo. Ngapain mau nyuruh Hujan. Kan lo tinggal turun bikin sendiri." timpal Bintang sedikit jengkel. Tiba-tiba kaki Bintang ditendang dari bawah meja.

Pelakunya sudah pasti Khatulistiwa sebab Bintang bisa merasakan bagaimana ujung sepatu pantofel pria itu menyuduk betisnya. Tak lama Bintang mendengus, dia tau pasti bahwa pria itu ingin modus.

Hujan yang tidak tau apa-apa menatap Khatulistiwa bersalah. "Aku buatin ya, Bang."

"Eh eh, kagak usah. Aku becanda kok." sela Khatulistiwa menghentikan Hujan yang baru saja akan bangkit.

Hujan mengangguk kemudian ketiganya mulai berbincang ringan.

"Kamu suka telur rebus kan?" Khatulistiwa bersuara sembari menyerahkan satu butir telur bebek di piring Hujan.

"Hehehe, aku alergi telur bebek." katanya menyengir. Hujan tak permasalahkan, sebaliknya dia senang mendapati sebutir telur yang perbutirnya dihargai 7 ribu. Terkesan mahal bagi orang-orang seperti Hujan.

"Besok kamu ada waktu, gak?" tanya Khatulistiwa yang diam-diam didengarkan Bintang.

"Gak ada, Bang. Kenapa?".

Khatulistiwa tersenyum mendengarnya. Dia berdehem lalu mengaruk tengkuknya persis seperti orang salah tingkah. Menjadikan Bintang yang melihatnya mencebik.

"Besok ke festival yuk. Mumpung ada waktu." katanya tak langsung dijawab Hujan. Sebaliknya wanita itu membuat raut berpikir.

"Siapa-siapa aja yang pergi?"

"Kita berdua." perkataan Khatulistiwa terdengar ambigu bagi Hujan. Dia menatap Bintang, nampak gadis itu fokus pada makanannya padahal sebenarnya tidak.

"Bintang gak ikut?"

"Gak. Gue besok ada perlu. Lo bedua aja yang pergi." sela Bintang, tau apa maksud ajakan Khatulistiwa. Tentunya cowok itu ingin semakin mendekatkan diri pada wanita yang ditaksirnya secara diam-diam selama setahun ini.

"Oke."

Jawaban singkat Hujan membuat Khatulistiwa nyaris bersorak. Sayang, andai dia tidak berada ditempat ramai. Pada akhirnya Khatulistiwa mengacak rambut Hujan sebagai pelampiasan kebahagiaannya.

"Aku jemput besok."

💍💍💍

Kapal baru?

Kira2 dapet restu gak nih dari kalian?

Khatulistiwa bersanding dengan hujan kira2 cocok gak?

Atau awan dan hujan yang memang memiliki hubungan satu sama lain?

Next cepat?

Beri dukungan buat cerita ini.

Sampai jumpa di part selanjutnya.

Sayang ReLuvi banyak2😘😘

(,) sebelum (.)Where stories live. Discover now