Part 6

6.3K 576 17
                                    

           Becca menggeliat dari posisi tidurnya saat merasakan sesuatu yang menghimpit tubuhnya sehingga dia tidak bisa bergerak dan ternyata Freen hampir mengekploitasi seluruh kasur.
Becca bisa terjatuh jika tidak bangun.

Mata bulatnya seketika melebar saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Ingat bahwa pagi ini dia memiliki tugas negara yang penting.
Gadis itu melompat dari kasur namun karena terlalu buru-buru dia malah tersandung kakinya sendiri.

Suara debam lutut Becca yang menyentuh lantai tidak mengusik Freen sama sekali.
Gadis itu meringis merasakan nyeri pada lututnya namun dia tidak memiliki waktu untuk mengeluh.
Dia sudah terlambat satu jam. Bodohnya semalam dia lupa memasang alarm.

Tanpa mencuci muka, Becca langsung berlari tertatih menuju dapur. Namun penderitaannya belum berakhir, dia melihat meja makan yang belum dibereskan. Peralatan makan dan sisa makanan bekas makan malam mereka kemarin belum dibersihkan.
Becca ingat dia langsung pergi saat Freen mulai membahas soal hubungan orang yang sudah menikah.

Dengan perasaan kesal Becca harus membereskan meja makan itu dulu.
Setelahnya dia mulai membuka kulkas untuk mengeluarkan bahan yang dibutuhkan. Tadinya Becca berniat ingin membuat nasi goreng tapi dia tidak memiliki nasi, jika harus membuat nasi waktunya tidak akan cukup jadi dia memutuskan untuk membuat roti isi daging saja.

Becca menahan nafas, mencoba meredakan emosi yang naik ke kepalanya. Kenapa dia harus mengiris jarinya disaat-saat genting seperti ini. Mata cantiknya melihat ke arah jam, 15 menit sudah terbuang dan waktunya akan tersita beberapa menit dengan mencari plester untuk jarinya.

Selesai mengobati jarinya, gadis itu melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Dan lagi-lagi dengan cerobohnya, tangan telanjangnya memegang pan yang panas.
Kali ini Becca tidak bisa untuk tidak mengeluh. Ujung-ujung jarinya melepuh dan terasa sangat sakit. Beruntung dia sudah menyelesaikan masakannya.

Mengabaikan kondisi jari-jarinya, Becca berjalan cepat ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat.

Dilihatnya Freen yang masih pulas dengan posisi tidurnya yang sudah tidak beraturan. Separuh selimut sudah berada di lantai dan wanita galak itu berada diposisi melintang kasur. Pantas saja Becca selalu merasa sempit saat tidur padahal ranjang itu adalah ranjang king size.

Sambil menunggu airnya hangat, Becca memilih pakaian yang nanti akan di pakai Freen.
Waktu sudah menunjukkan 6 kurang 20 menit, dia harus membangunkan Freen sekarang.

"Kak, bangun sudah siang."

Becca mengguncang tubuh Freen karena tidak ada sahutan dari wanita itu.

"Kak, bangun sudah jam 6 kurang 20 menit." Becca mengeraskan guncangannya.

Beruntung Freen segera membuka mata.

"Aku sudah menyiapkan air hangat untuk mandi," kata Becca.

"Aku berubah pikiran," kata Freen.

"Maksudnya?"

"Aku tidak jadi berangkat jam 6 lagi pula aku kan bos untuk apa aku berangkat pagi-pagi sementara karyawanku saja berangkat jam 9," jelas Freen tanpa merasa bersalah.

"Tapi aku sudah membuat sarapan."

"Kalau begitu habiskan saja lalu buatkan yang baru nanti. Sekarang jangan banyak bicara aku mau tidur lagi, bangunkan aku jam 9."

Becca terdiam, dia tidak mampu bereaksi apa-apa selain menatap Freen yang kembali memejamkan matanya.

"Kakak hanya mengerjaiku kan."

Becca ingin mengatakan itu namun hanya mampu dia katakan di dalam hatinya saja.
Gadis itu keluar dari kamar. Tubuhnya lemas, dia merosot dibalik dinding dapur.
Becca memeluk lututnya sendiri berusaha menahan isakan namun malah makin menjadi. Dia marah, dia kesal, dia kecewa namun tidak bisa mengungkapkannya kepada yang membuatnya seperti ini.

Kenapa dia tidak boleh marah. Kenapa hanya Freen yang boleh marah.

Beginikah rasanya menjadi istri Freen Sarocha.

Dia menatap nanar lututnya yang memar membiru akibat terjatuh tadi.
***



***Short chap ya guys, semoga tidak mengecewakan. Jgn lupa vote dan komen. Papaaayyy***

The Right Things (Complete)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum