Chapter 6

35 7 0
                                    

Kini semua anak kost berkumpul di ruang tamu, termasuk Jinan.

"Maksud lu apa nyebar undangan nikahan lu sama cewe lain?" tanya Kai to the point.

"Sayang, sabar dulu lah." Krystal mencoba menenangkan kekasihnya.

"Ya gue mau nikah, masa lu gak bisa baca?"

Kai di buat geleng kepala karena Jawaban Jinan yang sangat ringan, sementara Wendy hanya duduk bersembunyi di balik tubuh Seulgi.

"Ini lu serius minggu depan mau nikah?" tanya Hyungwon sambil menunjuk kertas undangan.

Jinan hanya mengangguk. "Lu sadar gak apa yang udah lu lakuin? Lu sadar gak sama apa yang lu perbuat, hm?" tanya Suzy yang sudah menahannya sedari tadi.

"Ya mau gimana lagi, udah terlanjur juga," jawab Jinan sambil melirik Wendy.

"Udah terlanjur? Wait, apa maksud lu dengan udah terlanjur?" tanya Krystal yang merasa ambigu dengan jawaban Jinan. "Oh shit, jangan bilang lu-?"

"Iya."

"Oh men!"

Semua yang faham kemana arah obrolan ini langsung menutup mulut dan menghela nafas panjang, termasuk Wendy.

Seulgi merasakan baju belakangnya di remat oleh sahabat yang berada di belakangnya. "Wen, are you okey?" bisik Seulgi dan Wendy mengangguk.

"Dimana akal sehat lu, Nan? Jangan-jangan ini sifat asli lu? Dan selama ini lu deketin Wendy buat apa, hah?" sinis Seulgi.

"Gak buat apa-apa, gue tertarik aja buat deketin dia selebihnya gak ad-"

Bugh!

"Akhh!" Jinan meringis ketika Wendy tiba-tiba memukul pipinya dengan sangat keras, bahkan sampai bibir Jinan terluka.

Semua lelaki yang ada di sana pun ikut merasa ngilu, mereka baru tau Wendy punya kekuatan sebesar itu.

"Lu permainin gue, iya?" kini Wendy yang berbicara sedangkan yang lainnya mendengarkan.

"Gue gak ada rencana buat permainin lu-"

"Tapi nyatanya lu permainin gue, Jinan. Lu sadar gak sih, sikap lu yang kaya gini bikin gue semakin jatuh cinta sama lu. Dan dengan gampangnya lu dateng dan bawa cewe yang katanya tunangan lu, waras gak sih, hah?!" teriak Wendy dengan suara bergetar.

Rasa sesak yang ada terasa sangat menyakitkan juga menyiksanya, ia tak pernah jatuh cinta tapi sekalinya jatuh cinta malah seperti ini.

"Maaf." hanya itu yang bisa Jinan katakan pada Wendy.

"Maaf doang gak cukup buat nebus dosa lu."

Semua hanya melirik saat Wendy pergi meninggalkan ruang tamu.

"Terserah kalian mau datang atau gak di acara nikahan gue," tuturnya yang mendapat gelak tawa dari Namjoon.

"Lu pikir gue bakal datang? Sorry, diri gue terlalu suci dateng ke acara pendosa kaya lu." Namjoon mengikuti Wendy yang pergi dari ruang tamu.

"Gue fikir pertemanan kita ini berharga buat lu, ternyata gak ya? Haha, thanks for everything." Hyungwon juga pergi dari sana sambil melirik Jinan yang biasa saja dengan wajah datarnya.

"Fuck you men, i hate you bitch!" sumpah serapah Krystal lontarkan pada Jinan tak lupa ia juga mengacungkam jari tengahnya lalu pergi bersama Kai.

"Padahal gue berharap banyak dari lu, Nan. Tapi kayanya gak bisa ya? Haha, makasih udah temenin sahabat gue walau pada akhirnya lu jadi pengkhianat." Seulgi menepuk bahu Jinan lalu pergi.

Yang tersisa di sana hanya menggelengkan kepala sambil melihat Jinan lalu pergi, dan sekarang hanya tersisa Jinan seorang di ruang tamu.

"Arghh! Bangsat!" umpatnya sambil mengacak acak rambutnya.

.
.

Sehari setelah kejadian itu Suzy, Seulgi dan Krystal berada di kamar Wendy. Mereka cemas jika meninggalkan Wendy sendirian di kamarnya, takut terjadi sesuatu yang tak di inginkan..

Keempat gadis itu duduk melingkar di karpet bulu berwarna dark blue milik Wendy. "Nih, Wen. Gue bawain coklat Silverqueen," tutur Suzy memberikan Wendy sebatang coklat miliknya yang di belikan Hyungwoon kemarin namun di tolak oleh Wendy.

"Kalau gak mau coklat, ini gue ada snack manis." camilan yang di tawarkan Krystal juga di tolak oleh Wendy.

"Wen, lu suka susu kan? Nih, gue bawain lu berbagai macam rasa susu." jenis susu-susuan pun juga di tolak oleh Wendy.

"Makan lah, Wen. Kasihan perut lu kalo kosong," cicit Suzy sambil mengelus kepala Wendy.

"Gue gak mood, kalian bisa pergi dulu gak dari kamar gue? Gue butuh waktu buat sendiri beberapa hari ini," pinta Wendy dengan sedikit senyuman agar teman-temannya tak khawatir.

Ketiganya saling menatap lalu mengangguk. "Tapi janji kalau ada apa-apa langsung hubungin kita ya?" sahut Seulgi.

"Iya, kalian gak usah khawatir."

Ketika selesai berdiskusi, ketiganya pun pergi dari kamar Wendy dan menunggunya di lantai bawah.

Bruk!

Wendy menjatuhkan dirinya di atas karpet berbulu itu, ia merematnya dengan air mata yang sudah menggenang.

Isakan tangis mulai terdengat di seluruh penjuruh kamarnya, ia tak bisa menahan air mata ini lebih lama lagi. Rasanya sangat sakit, bahkan sampai ia susah untuk menjelaskannya

Knock knock!

Sesorang mengetuk pintu kamarnya, dengan cepat ia mengusap air matanya lalu membukakan pintunya.

Namun saat di buka, tidak ada orang sama sekali di luar kamarnya. Namun ada sepucuk surat yang di selipkan pada coklat berbungkus warna biru. Ia memungut coklat itu dan membawanya kedalam.

Saat di dalam, Wendy membaca surat tersebut. Surat ini dari Jinan untuk Wendy, mungkin ia tak berani berbicara langsung pada Wendy.

"From Jinan, To Wendy♥

Hi, Babe. Maaf karna sudah membuatmu terluka. Bukan sengaja aku melakukan ini, namun ada satu hal yang sulit untuk ku jelaskan padamu, tapi tolong maafkan aku.

Semoga untuk selanjutnya kita masih bisa berkomunikasi dan berteman dengan baik meski terjadi masalah seperti ini.

Kau gadis yang sangat cantik, aku jatuh cinta padamu bahkan sejak tak sengaja melihatmu sedang bertengkar dengan pengunjung bandara.

Untuk itu, carilah lelaki yang lebih dari aku dan tidak brengsek. Juga hiduplah dengan baik, aku akan melihatmu dari sana.

Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya.

Salam cinta untukmu, Jinan."

Wendy mengerutkan kedua alisnya setelah membaca surat dari Jinan, ia masih tak paham dengan apa yang di tulisnya.

"Apa dia benar-benar mencintaiku? Tapi kenapa seperti ini?" Wendy terus bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, semua terlihat begitu cepat dan membuat pusing.

Duk duk!

"Wendy!" seseorang berteriak dari luar kamarnya sambil menggedor pintu.

Wendy melipat surat itu dan memasukannya pada kantung cardigan yang saat ini di pakainya.

"Seul? Ada apa?" tanya nya yang melihat Seulgi seperti panik.

"Jinan, Wen!"

"Kenapa sama Jinan?"

Seulgi memegang kedua bahu sahabatnya ini lalu berkata. "Jinan pindah sekarang!"

HOUSE OF 94LINE | Wendy x Jinan✔Место, где живут истории. Откройте их для себя