32 - Rumah Pohon

39 3 2
                                    

"Pelayan! Tolong bawakan makanan untuk gadis-gadis ini." ucap seseorang yang sedang duduk bersilah dengan ikat kepala berwarna hitam garis biru kecil ditengahnya.

Kebanyakan mereka menggunakan ikat kepala berwarna biru seperti milik Laputa. Seorang pelayan pun datang membawa buah-buahan dan biji-bijian. Camelia dan yang lain duduk sambil mendengarkan cerita kepala suku Belberium yang terdahulu pernah bertarung melawan naga. Setelah cerita panjang lebar, kepala suku akhirnya bertanya tentang tujuan Camelia dan teman-temannya datang dan juga maksud tujuan menjelajah pulau naga bagian dalam ini.

"Apa yang terjadi pada kalian hingga dapat menjelajahi bagian dalam pulau naga ini?" tanya kepala suku.

Camelia pun cerita panjang lebar dari awal hingga mereka sampai di hutan mangrove. ".... Dan akhirnya kami bertemu Laputa." ucap Camelia mengakhiri ceritanya.

"Sungguh cerita perjalanan yang menakjubkan, Nak." ucap kepala suku, dan semua pelayan dan penjaga disekitar Kepala suku sampai terheran-heran mendengar cerita Camelia dan yang lain.

"Sebaiknya kalian menginap di desa ini, karena hari sudah mulai petang. Besok saja kalian kembali melakukan perjalanan." saran kepala suku.

Camelia melihat tenan yang lain, dan mereka mengangguk setuju. Akhirnya selesai acara bertemu kepala suku, Camelia dan yang lain diajak Laputa untuk mencari rumah pohon yang kosong.

"Kita disini sepertinya merepotkan warga sini deh, kita buat markas baru lagi saja disini." kata Silvia.

"Boleh juga," jawab Lilith.

Camelia pun memanggil Laputa untuk mencari pohon Mangrove yang kokoh dan masih kosong untuk membangun sebuah rumah pohon baru.

"Markas? Hem.. Mari ikuti aku." ucap Laputa mengantar rombongan Camelia ke suatu pohon mangrove yang kosong.

"Cukup tinggi juga pohonnya." ucap Neko.

Camelia langsung merancang desain gambar rumah pohon untuk markas mereka. Sedangkan Lilith dan Neko langsung mencari kayu barang untuk alas markas mereka. Laputa juga ikut membantu membangun pondasi rumah pohon.

"Sepertinya kita buru-buru karena saat malam tiba desa ini sedikit tidak aman jika berada diluar." ucap Laputa tiba-tiba.

Camelia dan yang lain bingung dan sedikit ambigu, apa yang sebenarnya Laputa takuti di malam hari padahal dirinya jago dalam bela diri.

"Apa yang membuat tidak aman di malam hari? Binatang atau manusia lain?" tanya Camelia penasaran.

"Pasukan Morax." jawab Laputa.

Camelia dan yang lain tidak tahu apa- apa soal Morax, ditambah setelah Laputa mengucapkan itu-dia terdiam dan fokus membantu membuat rumah pohon agar cepat selesai. Ketika suara jangkrik sudah berbunyi dan markas baru Camelia dan yang lain jadi akhirnya mereka beristirahat di dalamnya.

"Akhirnya markas kita di suku ini berhasil dibuat." ucap Silvia.

"Ngomong-ngomong Apa itu Morax?" tanya Neko yang juga penasaran.

"Iyah, kenapa suku Belberium yang kuat ini sangat takut?" sambung Lilith.

Neko tiba-tiba menyiapkan tulang revolusinernya, sepertinya firasat dia malam ini bakal terjadi hal yang buruk.

"Sebelum tengah malam, lebih baik kita makan lagi dan persiapan untuk besok." ucap Camelia memberi saran.

Silvia menata barang-barang yang ada di tas cangkang kura-kuranya, sedangkan Lilith sudah tertidur dan Rabbit ikut Neko mengawasi desa Belberium secara diam-diam.

"Kita ke kapal dulu, Euphy. Banyak sisa makanan kita disana, lebih baik kita bawa kesini dari pada kecurian." kata Camelia.

Dengan membawa obor Euphy dan Camelia melompat dan berjalan di batang pohon mangrove dengan hati-hati menuju kapal Nuh mereka. Dengan kemampuan Euphy yang dapat mendengar dan merasakan kehadiran mencurigakan, Camelia menjadi tenang. Beberapa menit akhirnya mereka sampai di kapal.

"Camelia, lebih baik kita bergerak cepat. Dari kejauhan aku mendengar seperti seseorang dengan jumlah banyak melompat-lompat mendekati kemari." ucap Euphy.

"Baru juga sampai kapal." ucap Camelia kesal.

"Aku serius, ini bisa berbahaya." ucap Euphy.

Camelia pun bergegas cepat mengambil beberapa bahan makanan. Disisi lain Neko melihat seperti orang dalam jumlah banyak mulai mendekati desa Belberium. Neko dan Rabbit mulai bersiap.

"Laputa dan penjaga desa yang lain justru masuk rumah, sepertinya orang-orang itu tidak mau menyerang rumah tetapi menyerang yang masih berada di luar rumah." dugaan Neko.

"Kau siapkan Rabbit?" tanya Neko ke Rabbit, dan Rabbit hanya mengangguk sambil mengeluarkan sedikit pedangnya tanda siap menyerang kapan saja.

Camelia dan Euphy berlari dari kapal, mereka tergesa-gesa karena suara Pijakan pasukan morax sudah terdengar. Beberapa menit akhirnya Euphy dan Camelia sampai di markas mereka, kemudian langsung masuk menutup pintu.

"Silvia, Lilith? Dimana Neko dan Rabbit?" tanya Camelia.

"Paling mereka penasaran sama pasukan Morax, bentar lagi juga mereka kembali." ucap Lilith yang masih sedikit mengantuk.

Camelia teringat dengan buku arkeolog kristal, dan mencoba mencari bab tentang Morax. Silvia pun ikut teringat dan dia juga segera buka buku tentang petualangan arkeolog kristal. Benar saja, ada penjelasan tentang suku Belberium dan Morax yang pemberontakan di hutan mangrove.

"Kau lihat kan Silvia? Suku lain di hutan mangrove itu garis hijau, disebut Morax. " ucap Camelia.

Garis hijau yang Camelia maksud adalah tatto hijau dan ikat kepala berwarna hijau, sedangkan milik suku Belberium berwarna biru. Morax juga termasuk manusia yang gemar membunuh yang tidak sesuai suku mereka seperti suku Belberium.

"Mereka juga jago bertarung," ucap Silvia yang sedang membaca detail di jurnal arkeolog kristal miliknya.

Camelia dan Lilith segera keluar dari rumah pohon dan berniat mencari Neko dan Rabbit. Disisi lain Neko berhasil menembak satu orang suku Morax yang sedang berlari ke arah Neko bersembunyi.

"Ayo kita serang!" ucap Neko ke Rabbit yang sudah kuda-kuda siap menyerang.

Rabbit pun langsung menerjang kerumunan suku Morax, namun yang membuat Neko terkejut adalah ketika Rabbit menyerang pertama kali seseorang dihadapan Rabbit dapat menghindar dengan mudah, disaat seperti itu Rabbit langsung melakukan gerakan spesialnya yaitu menyerang kembali dengan memutarkan tubuhnya dengan sangat cepat dan menebas. Disaat itu beberapa orang suku Morax telah kalah melawan Rabbit, namun bukannya mundur mereka juga pasang kuda-kuda menyerang. Disaat itu juga Neko datang ngubah tulang revolusionernya ke bentuk shotgun dan menembakki orang suku Morax yang disitu.

"Ayo Rabbit kita habisi mereka," ucap Neko yang tengah berdiri disamping Rabbit.

Saat Rabbit siap menyerang kembali gerakan suku Morax berubah, mereka sangat cepat bagai angin. Dengan mudah menendang Rabbit hingga terpental jauh. Neko sangat terkejut saat dia bersiap menembak kembali orang tersebut menghilang dihadapan Neko dan sudah berada dibelakang Neko.

"Kok bisa?!" kejut Neko.

Dengan satu serangan membuat Neko pingsan. Kemudian suku Morax tersebut menggendong Neko dan membawanya pergi. Disisi lain Camelia dan teman-temannya datang terlambat dan melihat Neko dibawa suku Morax.

"Neko!!!" teriak Camelia.

Silvia segera ke tempat Rabbit terjatuh di atas ranting. Kemudian mengobati luka Rabbit. Laputa dan orang-orang suku Belberium mulai keluar dari rumah mereka setelah tidak mendengar keributan di luar.

"Nanti pagi aku akan antar kalian kesana." ucap Laputa.

"Kita harus segera selamatkan Neko sebelum terjadi hal yang lebih gawat." kata Lilith.

Camelia dan teman-temannya mempersiapkan penyelamatan dan strategi untuk menyerang balik suku Morax. Sebenarnya kepala suku melarang rakyatnya ikut campur dengan suku Morax karena keselamatan dimasa mendatang menjadi terancam. Namun disisi lain kepala suku hanya mengijinkan Laputa saja yang ikut serta dengan Camelia dan teman-temannya dalam misi penyelamatan Neko.

"Aku sudah siap!" ucap Camelia tegas setelah selesai persiapan.

"Kami juga siap!" ucap yang lain.

"Mari kita berangkat," kata Laputa.

Matahari yang baru saja menampakkan cahayanya kini menjadi saksi Camelia dan teman-temannya bersiap menyerang sekaligus menolong Neko.

Archaeologist  : Mysterious in island dragonWhere stories live. Discover now