4 - Cangkang kura - kura

39 11 5
                                    

Udara terasa mulai menipis, cahaya orange menerobos di sela-sela kecil bebatuan tembok. Waktu terasa sangat cepat, mereka berdua kini sudah berada di dalam sebuah goa yang amat besar. Camelia tidak menyangka ada ruang tengah yang begitu luas dan terdapat lima pintu masing-masing sudutnya.

Silvia tidak menyangka bahwa legenda labirin Kura-kura beneran ada. Begitu juga Camelia, namun dia terus waspada dan masih merasa janggal dengan pintu dan ruang yang terus sama.

Camelia melirik rabbit, "Apa ada bahaya?". Kelinci itu hanya menggelengkan kepala, Camelia kini justru mulai lebih waspada. Justru Silvia yang berlarian kesana kemari dan mengintip dibalik setiap pintu.

" Apa yang kau lihat dibalik pintu?" tanya Camelia.

"Pintu." singkat Silvia.

"Hah? Jadi bener nih kita kejebak disini." ucap Camelia.

Silvia mencoba masuk ke salah satu pintu dan menutupnya. Seketika Silvia ingin kembali ke pintu yang ada Camelia, justru ruang kosong yang ada hanya tiga pintu seperti dia masuk. Dia terus mencari pintu-pintu dan mengecek satu persatu, tetap saja ruang yang bersama Camelia tadi hilang.

Loh kok bisa? batin Silvia.
Disisi lain Camelia memanggil Silvia agar kembali, namun saat dia mengecek dipintu yang dimasuki Silvia, justru tidak ada.

Itu anak emang ceroboh. batin Camelia.

Camelia pun mengikuti cara Silvia, dengan mengecek satu persatu pintu tanpa memasukinya. Dia paham jika sudah melewati pintu maka sesuatu bisa terjadi, bahkan diluar logis manusia.

Camelia kini mencoba masuk ke salah satu pintu dan kembali ke tempat semula. Saat memasukinya dia meninggalkan sobekan kertas kecil di sela-sela samping pintu, hanya untuk tanda jika nantinya terjadi kejanggalan.

Kini Camelia masuk dan membuka pintu sebelumnya masuk ke ruang yang terdapat sobekan kertasnya, namun mustahil. Kini Camelia berada di ruang yang berbeda.

Hah? Apa yang terjadi? Apa ini semacam labirin bergerak atau ilusi?. batin Camelia.

Camelia mencoba menenangkan pikirannya agar tidak panik. Silvia yang masih bingung dengan keadannya sekarang, justru menerobos pintu-pintu dengan asal dan lagi-lagi tidak dapat keluar. Pemandangan pintu terus terpapar di depannya.

Ini bakal gawat jika terpisah begini, apa aku harus nunggu? Tapi sampai kapan? Dan apa beneran cewek itu bakal nolongin aku?. Batin Silvia kini justru makin panik.

Camelia mencoba masuk perlahan ke pintu dengan merasakan hawa keberadaan, Rata-rata hal ini biasa dilakukan oleh hewan-hewan untuk mencari mangsa. Bisa disebut insting, namun saat Camelia diruang yang lebih luas, seketika hawa ketenangan menurun. Rabbit yang mengikuti Camelia pun langsung siaga, dia merasakan ada hal yang nengintai mereka.

Camelia melihat ke sekitarnya, namun langit-langit terlihat gelap. Meski gelap Camelia yakin ancaman bahaya itu berasal dari atas.

Untuk berjaga-jaga, Camelia mengambil satu botol kecil bubuk ungu dari tas Silvia. Rabbit menarik katana-nya.

"Monster." ucap Camelia.

Silvia mulai kelelahan dan tidak sengaja mendorong pintu hingga pintu itu  bukan terbuka tapi roboh.
Seketika Camelia kaget dan mengarah ke waspadannya kearah pintu yang roboh.

"Silvia?" tanya Camelia dari kejauhan.

Silvia menganga melihat Laba-laba raksasa di belakang Camelia. Kemudian mengisyaratkan untuk mendekatnya, justru Camelia malah takut dengan sosok Silvia yang ia lihat.

Rabbit terlihat gemetar, dia prajurit kelinci yang bekerja dengan tim. Sedangkan yang dia lawan sekarang justru lebih kuat dan dia melawannya sendiri membuat nyalinya sangat turun dan ketakutan.

Camelia heran, karena hanya rabbit yang tidak waspada dengan sosok Silvia, justru yang dia waspadai ada di belakang Camelia.

Silvia dengan sigap mengambil ramuan di kantong tasnya dan melempar ke arah Laba-laba raksasa, sebuah kepulan hijau membuat sekitar yang terkena kepulan menjadi lumut jelly.

Camelia dan Silvia segera masuk ke pintu lain dengan bersama. Namun saat masuk ke pintu tersebut, mereka justru kembali ke ruangan awal.

Loh ini kan kertas tadi, batin Camelia ketika mengingat tanda yang ia tinggalkan.

"Camelia, lihat! Disana ada pintu yang berbeda." kata Silvia sambil menunjukkan pintu di lorong ruang tersebut.

Rabbit tiba-tiba waspada kembali. Camelia memegang tangan Silvia agar tidak maju lebih jauh.

"Tanaman yang mati didepan kita, itu venus jenis langka. Mereka pura-pura menyamar menjadi lumut dan menyatu seperti bebatuan." jelas Camelia.

Silvia mengangguk mengerti, mereka berjalan perlahan menuju venus tersebut. Sayangnya dari arah belakang seekor ular Putih berdiri melihat Camelia dan Silvia didepannya. Karena suara tersebut, tanaman venus terbangun dan langsung ke posisi siaga sambil memandangi ular putih juga.

"Musuh kita dia, gimana nih?" bisik Silvia ke Camelia.

Dobrakan pintu terdengar, seekor Laba-laba raksasa rupanya mendobrak paksa dan masuk begitu saja. Kini Camelia dan Silvia berada diantara tiga monster yang sangat besar.

"Kau lihat itu? Kita harus mengambilnya lalu keluar." bisik Camelia pelan.

"Keadaan kita lagi genting," balas Silvia.

"Biar rabbit yang lindungin, kita segera ambil selagi ketiga monster ini sedang bertarung." ucap Camelia.

Silvia akhirnya menyetujui, Camelia dan Silvia berlari kencang ke arah venus. Tanaman hidup tersebut tidak membiarkan seseorang lepas dan melewatinya.

"Rabbit! Cepat." teriak Camelia.

Monster Laba-laba dan ular bertarung sengit, sedangkan tanaman venus hanya ke sasaran terdekat.

Tas tersebut berada dia atas langit-langit tepat ketiga monster sedang adu ketangkasan. Sedangkan Camelia dan Silvia harus segera keluar sebelum monster mengejar mereka.

"Aku akan melompat," ucap Camelia.

Camelia berlari diatas tubuh ular putih dari belakang, dan melompat ke kepala tanaman venus kemudian melompat lagi kearah tas yang diincar.

Sayangnya tas itu sangat kuat untuk dilepas dari atap. Hingga Camelia bergelantungan dan terus berusaha menarik lepas tas tersebut dari atap. Melihat ke bawah, pertarungan masih saja berlanjut. Bahkan semakin membuat rusak pintu-pintu dan dinding labirin.

"Hoii! Cepat! Kita tidak punya banyak waktu." teriak Silvia.

Camelia mulai mengarahkan seluruh tenaganya. Akhirnya tas tersebut lepas dan Camelia terjatuh, untungnya dia jatuh di Jaring-jaring Laba-laba. Rabbit dengan segera memotong benang jaring Laba-laba dan Camelia segera turun.

"Lebih baik kita segera keluar, mereka hampir menyelesaikan pertarungannya." ucap Silvia.

Mereka pun berlari menuju pintu di lorong yang diduga jalan keluar dari labirin tersebut. Camelia yang sudah kelelahan membuat langkahnya berhenti didepan pintu.

"Kita berjalan saja, sudah dekat." ucap Camelia.

Ketika mereka mulai berjalan, jaringan Laba-laba tiba-tiba melesat ke arah mereka,untungnya mereka berhasil menghindar. Namun jalan yang menuju pintu sebentar lagi tertutup Jaring-jaring. Rabbit mencoba memotong namun tetap saja tidak terpotong.

Silvia kembali mengeluarkan bubuk berwarna merah, kini bubuk tersebut seperti bahan kimia berbahaya. Silvia melempar ke arah jaringan tersebut dan seketika terbakar.

"Ayo," Silvia menarik Camelia masuk ke kobaran api dan ternyata tidak panas dan tidak membakar pakaian atau apapun, hanya membakar Jaring-jaring. Mereka pun segera membuka pintu dan keluar.

Archaeologist  : Mysterious in island dragonWhere stories live. Discover now