17 - Jamur Paku

18 7 3
                                    

Camelia dan teman-temannya akhirnya memasuki sebuah gua yang diketahui tempat untuk menambang emas dan bebatuan berharga. Kebanyakan petualang mencari kristal untuk digabungkan dengan harta mulia masing-masing petualang.

Camelia berhenti melangkah ditengah perjalanan sesaat akan memasuki gua yang gelap, dia menatap teman-temannya.

"Apa dari kalian ada yang bawa senter?" tanya Camelia.

Mereka semua menggelengkan kepala. Camelia kini memasang wajah bingung dan memikirkan sesuatu. Namun Silvia tiba-tiba mencari sesuatu didalam tas cangkang kura-kuranya.  Sebuah bubuk peledak api dikeluarkannya.

"Kita gunakan ini sedikit, dan memakai ranting pohon untuk membuat obor." ujar Silvia.

Neko segera menyuruh Pither sang burung pelatuk untuk membawakan ranting kayu yang ada diluar gua.

"Apa kita akan beristirahat di dalam gua, sedangkan kita belum mengekspor lebih dalam gua?" tanya Silvia.

Rabbit seketika memutar pedang kecilnya pertanda dia siap siaga jika monster tiba-tiba mendekat. Akhirnya burung Pither kembali sambil membawa dua ranting pohon.

"Baiklah, aku berjalan di depan. Camelia jaga belakang, karena Silvia lebih pendek, dia lebih baik ditengah." ujar Neko.

"Setuju, lagian semua barang penting ada di tas cangkang kura-kuranya." balas Camelia.

Hanya beberapa saat berjalan, tanaman jamur yang jumlahnya banyak terlihat menempel di bagian dinding-dinding. Tapi saat Neko menyentuh jamur tersebut, jamur itu ada yang keras dan ada yang lunak. Perbedaan yang harus disentuh dahulu, lunak untuk jamur yang masih muda dan keras untuk jamur yang tua. Camelia memperingati agar tidak salah pilih jamur, beberapa jamur memang ada yang bisa menyemprotkan asap beracun ketika bersentuhan.

Kini Silvia yang ditugaskan mengambil jamur, Neko bertugas menjaga keadaan. Camelia memeriksa jalan didepan mereka sambil berhati-hati dengan adanya monster. Hanya beberapa langkah, Camelia melihat seseorang sedang bersandar di dinding. Camelia coba mendekati perlahan, ternyata sosok perempuan yang sebaya dengannya yang sedang menahan rasa sakit akibat luka disekitar tubuhnya.

"Kalian, cepat kesini." teriak Camelia memanggil yang lain.

Silvia dan Neko segera menuju Camelia, mereka terkejut melihat luka parah yang dialami perempuan didepan Camelia.

"Sepertinya kau hebat juga bertahan di kondisi yang parah ini." kata Silvia sambil mengeluarkan berbagai tanaman obat dan beberapa daun yang lebar dan kuat untuk pengganti kain.

Disaat Silvia sedang mengobati, sekitar gua sedikit bergetar. Namun yang bisa dan menyadari getaran tersebut hanya Neko, Rabbit dan perempuan yang sedang diobati.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi di gua ini, firasatku sangat tidak nyaman.  Batin Neko.

"Namaku Lilith, aku arkeolog dan juga penambang batu." kata perempuan yang terluka tersebut.

Camelia melihat penampilan Lilith memang seperti pekerja tambang dan yang Camelia penasaran adalah Lilith arkeolog dari apa dan kenapa bisa terluka parah di gua yang sunyi tersebut.

"Sebenarnya, aku dikhianati oleh tim petualangku. Arkeolog Feniks perak, mereka memanfaatkanku agar masuk ke gua ini dan mencari harta mulia yang belum pernah ditemukan di gua ini." kata Lilith.

Neko yang mendengarnya membuat dia teringat dengan masa lalunya yang ditinggalkan arkeolog bulan biru. Seketika Neko memutar tulang revolusioner menjadi bentuk shotgun.

"Kita belum tahu kekuatan lawan kita, sebaiknya jangan gegabah." kata Camelia.

"Benar, mereka penjinak naga. Ada naga nokturnal hitam yang bersama mereka dan juga anjing Fenrir. Mereka berjumlah sepuluh orang, kita yang cuman berempat sangat tidak diuntungkan untuk melawan mereka. Terlebih lagi jumlah laki-laki disana sekitar enam orang." jelas Lilith.

"Tugas kita hanya mencari jamur paku, lebih baik kita tidak terlibat sesuatu yang merepotkan." ujar Silvia.

Neko melihat jamur paku yang dikumpulkan masih terlalu sedikit dan sangat kurang jika untuk diberikan ke Viona untuk membuat sebuah kapal.

"Tidak apa, kita menjalankan misi tetapi jika kita terancam makan aku siap melindungi teman-temanku." kata Neko.

Persahabatan yang luar biasa. Batin Lilith.

Seketika Neko mengangkat tas cangkang kura-kuranya berserta Silvia dan memindahkan ke bagian belakang Camelia.

"Ayo kita lanjutkan pengumpulan jamur paku," kata Neko.

"Lilith, ikutlah bersama kami. Kami butuh pemandu gua ini. Tapi jika memang kau ingin keluar dari gua ini dan menyelamatkan diri silahkan, kami tidak memaksa." kata Camelia.

Lilith berpikir sejenak, akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti dengan Camelia dan yang lain. Dia berjalan disamping Neko. Setelah berjalan cukup lama, ternyata jamur paku tidak ditemukan lagi. Mereka melihat ada tiga pintu didepan mereka.

"Biar aku dengan Lilith, Neko kau jalur tengah, dan Silvia paling kanan." kata Camelia memberi komando.

Mereka pun terpisah, kini Silvia diberikan obor api dan Camelia dengan Lilith menggunakan senter yang ada di helm Lilith.

"Oh yah, rabbit dan Pither ikut Silvia." tambah Camelia.

Mereka akhirnya masuk pintu yang berbeda, Camelia berjalan dengan Lilith dan tidak lama menemukan sebuah ruang terbuka diujung gua. Sebuah ruang yang diciptakan para penambang.

"Hus.. Aku mendengar seseorang di bawah sana." kata Lilith untuk memperlambat langkah kaki dan suara.

Lilith dan Camelia mendekati keluar pintu, dan melihat banyak orang sedang memungut kristal dan juga jamur paku. Ada yang sedang duduk santai diatas bebatuan yang sampingnya terdapat anjing berkepala tiga dengan mulut berasap.

"Merekalah yang membuatku babak belur hingga mau mati. Anjing fenrir itu sangat ganas, ditambah naga nokturnal yang sering hilang dan muncul tiba-tiba. Mereka arkeolog peringkat empat yang terkenal. Kita belum bisa menghadapi mereka sekarang." kata Lilith.

Camelia seketika melirik alat belencong yang dibawa Lilith, alat tambang yang tidak sama seperti yang lain. Camelia sudah menduga jika belencong tersebut termasuk harta mulia.

"Kita lebih baik kembali dan memberitahu yang lain. Sebelum mereka menemukan yang lain." ujar Lilith.

"Tunggu dulu. Kita lihat beberapa saat lagi, firasat ku sedikit tidak enak." kata Camelia.

Seseorang tiba-tiba muncul dari gua didepan mereka. Orang tersebut memutar tulang revolusioner dengan pelan dan berjalan lurus ke arah orang-orang tersebut.

"Neko?!" ucap Camelia seketika.

"Apa yang dilakukan perempuan bar-bar itu? Dia cari mati?" ucap Lilith juga.

Neko menatap tajam ke arah orang-orang yang sedang menjarah kristal dan jamur paku. Saat tulang revolusioner terhenti dan berubah menjadi shotgun, para orang-orang penjarah segera bersembunyi. Neko menembaki dengan cepat.

Anjing fenrir seketika turun dari bebatuan dan segera menyerang Neko. Sebuah bola kecil dari bunga yang kering melesat ke arah anjing fenrir, mereka seketika ambruk tak berdaya. Sosok Silvia menggenggam bubuk bulat gastera pemakan bayang sedang berdiri tidak jauh dari Neko.

Sangat kebetulan aku menemukan kembali gastera pemakan bayang di gua ini. Batin Silvia.

Camelia dan Lilith seketika dibuat terkejut lagi. Lilith segera mengeluarkan dua belencong di punggungnya, dan menyuruh Camelia untuk berpegang dipundaknya.

"Pegang erat, kita akan turun dan segera merampas barang yang kita butuhkan." kata Lilith.

Lilith seperti melemparkan belencong, tetapi hanya kepala belencong yang terbang hingga ke langit-langit gua dan rantai panjang yang menghubungkan kepala belencong dengan pegangan. Camelia dan Lilith akhirnya turun ke bawah dan bergabung dengan Neko dan Silvia.

"Aku dan Lilith yang akan mengumpulkan jamur, kalian pancing mereka." kata Camelia.

"Kita pakai tasku dulu untuk mengisi jamur paku sementara waktu." kata Lilith.

Mereka segera melakukan aksinya.

Archaeologist  : Mysterious in island dragonWhere stories live. Discover now