Prolog

149 20 12
                                    

Wendy berasal dari Surabaya, ia pindah ke Jakarta karna perusahaan tempat ia bekerja memindahkannya ke Jakarta.

Beruntung ia punya sahabat bernama Seulgi yang menawarkannya ikut tinggal di tempat kostnya, karna itu Wendy memutuskan untuk ikut tinggal disana.

-Sebelum Wendy pindah-

"Seul, temen lo jadi pindah kesini?" Krystal, salah satu penghuni di kost tempat Seulgi tinggal.

Saat ini Seulgi sedang duduk di kursi dapur sambil memakan pudding coklat. "Iya, dia masih di perjalanan. Mungkin besok baru sampe, Tante Ira udah gue kasih tau kok soal Wendy," jelas Seulgi.

Tante Ira adalah pemilik rumah yang di jadikan kost ini, dia orang kaya tapi gak gila harta dan ramah jadi semua yang tinggal disini betah.

Seseorang baru saja datang ke dapur dan mengintip lewat pintu yang memang di buat kosong. "Lo berdua, kenapa gak tidur?"

"Lo sendiri kenapa gak tidur?" Krystal balik bertanya pada yang baru datang, Kai.

"Kebelet ke kamar mandi gue," balasnya sambil mengusap perutnya.

Krystal yang paham maksudnya langsung memgangguk, "Buruan sono, kalo beser di sini gue tebas pala lo ya!" omelnya jutek.

Seulgi hanya tertawa menyaksikan keduanya. "Yaudah, Tal. Gua tidur duluan ya, besok pagi mau jemput temen gue tadi." Setelah berpamitan, Krystal pun ikut kembali ke kamarnya.

Keesokan harinya, Seulgi sudah bersiap untuk menjemput sahabatnya menggunakan mobil miliknya.

"Mau kemana, Seul?" tanya Jinan yang baru saja memasuki garasi.

Seulgi yang hendak masuk kedalam mobil pun berhenti dan menoleh kebelakang. "Ini, mau jemput sahabat gue yang mau kost disini," jawabnya menenteng kunci mobil.

"Sekarang?" tanya Jinan sambil membuka ponselnya.

"Iyalah, masa lusa."

Jinan menunjukkan ponselnya pada Seulgi. "Lo gak lupa kan, kalau hari ini lo ada meeting penting sama partner kantor sebelah?"

Reflek Seulgi membanting pintunya. "Aduh! Mati gue, gimana dong?!" Seulgi panik bukan main, ia benar-benar lupa soal meeting pentingnya. Sementara Jinan santai, karna ia free untuk hari ini.

"Mau gue jemput aja temen lo?" tawarnya dengan suka rela.

"Serius?! Lo mau bantu gue jemput dia?" Seulgi bertanya untuk memastikan dan Jinan mengangguk saja dengan wajah datarnya.

"Anu, lo bisa jemput pake mobil sendiri gak? Soalnya kan ini gue-"

"Tau, santai aja. Jam berapa dia sampe kesini?" tanya Jinan mengecek jam tangannya.

"Jam 6 ini nanti dia udah sampe harusnya, tolong ya!"

Jinan mengangguk lalu berjalan ke arah mobilnya. "Yaudah, gue pergi dulu."

Seulgi melambaikan tangannya setelah Jinan pergi dengan mobil kesayangannya yang berwarna hitam.

Selama di perjalanan Jinan hanya fokus pada jalanan, dengan di temani musik dari radio. "Shit, gue lupa tanya gimana wajah temennya lagi ah!" umpatnya lalu segera menelpon Seulgi, namun sudah di hubungi berkali-kali Seulgi tak menjawab panggilannya juga tak membalas pesannya.

HOUSE OF 94LINE | Wendy x Jinan✔Where stories live. Discover now