Sedangkan dirinya? oke, hanya bisa menahan rasa sakit yang ada. Sadar, kalau Fang itu benar benar dari keluarga ternama. Beda jauh sekali dengannya, yang bukan siapa siapa. 

"Selamat ya, Fang." 

Itulah akhir katanya, langsung pergi berlari menjauhkan diri, Duri yang saat itu sedang melihatnya menagis, segera menghampirinya. Menenagkan dirinya, namun masih merahasiakan rahasianya itu. Kalau dipikir, Duri jadi tertarik dengan [Name] karena hal tersebut.

Mulailah hubungan mereka menjadi dekat satu arah, sampai sampai kebablasan bertahun-tahun.

Kalau sekarang, ternyata tetap saja [Name] tetap sakit hati. Memang susah, kalau sudah terkena penyakit hati. Seperti [Name] sekarang.

"Oh, [Name]! long time no see." sapanya tiba tiba pada {Name] yang sedanng termenung.

Bingung ingin mejawab apa, reflek saja perempuan itu tersenyum tipis kepadanya. Walau masih ada sedikit rasa pahit.

Duri yang menyadari perlakuan [Name] yang aneh itu pun penasaran seketika, lalu mendekati gadisnya perlahan. Mulai melontarakan pertanyaan.

"[Name] gapapaa? sakit? capek?"

"Oh, enggak, kok." 

Sadar akan lamunannya, gadis itu menoleh pada Fang yang kebetulan berada dihadapannya. 

"Haha, iya. Long time no see, Fang. Apa kabar?"

"Baik.. yah, enggak juga, sih. Anggap aja baik."

Duri pun langsung menyenggol tangan ke tangan pada [Name], menandakan sesuatu yang ingin dia bicarakan. Kedua kutub itu pun langsung memulainya bisik-bisikkannya. 

"Sssh, aslinya kabar dia nggak baik." 

"Loh, kenapa?"

Matanya pun sedikit melirik pada Fang, lelaki yang ditatapannya itu mulai merasa tak enak. Ngapain bisik-bisik depan orang coba? pikirnya.

"Errr, ntar aja kucertain, deh." bisiknya dengan ragu dan  kecil. 

"Oke." [Name] pun hanya menurut.

Mulai muak karena tingkah lakunya, Fang kemudian menyentuh bahu Duri pelan secara tiba tiba.

"Ekh!" 

Tak sengaja kaget disentuh, Duri pun terkejut ria. Ia menoleh sang pelaku. 

"Mana donatnya?" tanyanya dengan senyuman mengerikan. 

Karena ketakutan dan hawanya seram, Duri langsung menuntunnya pergi makan. 

"[Name] kayaknya kelelahan, istirahat dulu, ya!"

Menuruti suruhannya, gadisnya mengangguk setuju. [Name] pergi untuk beristirahat di kamar. 

—album✩‧

Selesai sudah jamuan itu, mereka berdua tepar. Sebenarnya mereka masih berpisah kamar, tapi karena [Name] menunggu apa yang mau Duri bicarakan itu, ia jadi memasuki kamar yang isinya Duri seorang diri.

Sebuah ketukan pintu berbuyi di pintunya bergema, menarik perhatian sang lelaki yang bergegas membukanya menuju pintu.

Terlihatlah seorang gadis cantik denngan bantal yang ia pegang.

"Loh, [Name]? tumbenan kesini. Kenapa? mau tidur bareng? hehe."

"Bukan, tadi itu Fang kenapa?"

Belum masuk belum apa, masih di luar pintu, [Name] langsung to te point.

"Yaampunn, masuk dulu sini."

Tidak terlalu terkejut, sebenarnya sudah Duri duga sejak itu.

Mereka berdua duduk dalam satu kasur, lalu Duri menceritakan apa yang terjadi degan Fang dengan tunangannya. Mendengar faktanya, [Name] sontak terkejut, ternyata Fang masih single sampai sekarang, lalu tunangannya menikah dengan Abangnnya sendiri; Hali. 

"Serius..? tapi tadi Kak Hali dateng sendiri, kukira juga masih single.."

"Ndaak! Bang Hali udah nikah, makannya Fang kayaknya masih gamon."

Perasaan campuk aduk ada pada [Name] saat ini, bingung, dan lainnya. Duh, jangan sampai kepikiran kawin lari ini. 

"Sama, ya. Aku juga gamon."

"Haah???" 

"Eh?" 

Waduh, keceplosan. 

"Apaa?? [Name???} GAMON?????" 

"Ah, uh.." 

Paniklah dirinya, pasti kali ini [Name] akan disuruh bercerita. 

"Kamu inget, gak? pas nemuin aku lagi nagis waktu itu. Nah, sampe sekarang lagi gamon."

"LOH??? KOK GABILANG?"

"Tadi mau bilang, sih.. cuman, ya.. yakali! kan kita udah sah juga."

Ada benarnya, pikir Duri. 

Lelaki itupun menggengam tangan milik [Name] dengan rapat dan kencang. Ia satukan tangan mereka berdua lalu mengangkatnya. 

"Tapi, [Name] masih suka Duri, kan? jujur, loh." 

Pandangannya  serius pada [Name], manik mata mereka bertemu dengn dekat. Sampai mata manik [e/c] [Name] berbinar, mulutnya tak sanggup terbuka. Pipinya kemerahan sedikit karena memandang wajah si lelaki itu.

"Iya, kok.. emm, aku usahakan."

"Pasti, dong!"

"iyaa, Thorn."

"Duri, harus Duriii!"

Merengek ketika salah panggil, betapa lucunya. [Name] terkekeh tipis sambil tersenyum menatapnya. Mulai berani membuka suara,

"Mhm, Duri."

—album✩‧

Alhamdulillah bisa lanjut, smga egk terlalu bosenin, sih.. soalnya hancur sudah ini🧑‍🦯🧑‍🦯 tp gpp, makasih yg sdh stay tune!

ohyaa, semangatt yg lagi ujian yaa

dadaahh

albumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang