Meet 23

18 0 0
                                    

ಥ_ಥ jangan sedih ya?

Vote ya, please.

___________________________________________

"Hiks... Kak... Kak Raffa... Hiks..."Isakan itu tak berhenti sejak dari tadi. Darren mengeratkan pelukannya di bahu Anna.

*

*

*

Dua jam sebelumnya.

Jeritan Anna membuat Darren berlari cepat keluar cafe. Dilihatnya mobil Raffa penyok dan pelakunya adalah sebuah truk. Pengemudi truk itu tampak turun dengan wajah syok.

"ANNA!"panggil Darren lantang dan menghampiri Anna yang terduduk di aspal dengan tubuh gemetar.

"Ak–Aku—"ucapnya linglung.

"Mana yang sakit?"tanya Darren dengan mengamati Anna dari wajah pucatnya, dan kini tangannya dengan cepat meraih pundak bergetar itu.

Anna menggeleng lemah. Lalu tersentak oleh teriakan seseorang.

"Seseorang! Tolong ada korban!"

Teriakan orang itu mengalihkan perhatian Darren dan membuat Anna berusaha bangkit.

Dia takut, tapi dia kepikiran keadaan Raffa. Kenapa bukan Raffa yang menghampirinya sekarang? Kenapa Darren?

"Diam disini."suara tegas Darren membuat Anna menatapnya dengan mata berkaca.

Darren bangkit. Menatapnya sekilas, lalu meninggalkan Anna yang mulai menangis. Dia tau Raffa tak baik-baik saja sekarang. Teriakan orang itu menunjukkan ada yang tak beres dengan Raffa.

Dilihatnya Darren menelepon dengan tatapan ke arahnya.

Apa dia menelepon ambulance? Atau pak Mohan? Kak Raffa... Kenapa kau tak memanggilku? Anna semakin terisak.

Pandangannya kabur oleh air mata, tapi dicobanya melihat ekspresi orang-orang yang berkerumun di belakang Darren. Tampak seorang pria berjas rapi menghampiri Darren, berbicara dengan raut serius pada sang boss.

Lalu tak lama, datang beberapa petugas kepolisian, berbicara pada orang yang bermuka pucat, entah siapa. Lalu berbicara sebentar dengan Darren dan orang berjas rapi itu.

Kejadian selanjutnya seakan hanya adegan dalam mimpi, yang hilang begitu saja dari memorinya.

Entahlah, Anna tak bisa berpikir apapun lagi. Wajahnya sudah sangat basah oleh air mata yang terus mengalir, tapi jangankan untuk menghapusnya, untuk sekedar bergerak saja Anna tak ada tenaga.

Bahkan dia mengabaikan Darren yang tampak berjalan cepat menghampirinya lagi.

"Kamu bisa berdiri?"tanya Darren, bertopang sebelah lutut di aspal. Mengabaikan jika nantinya celana mahal itu kotor.

Anna menatapnya nanar, lalu menggeleng.

Darren menghela napas, lalu dengan cekatan diangkatnya tubuh Anna dan berjalan ke mobilnya yang terparkir tak jauh.

"Aku—Ma—Mau kemana?"ucapnya lemah. Dia ingin melihat Raffa, tapi sekaligus takut.

"Ke mobilku. Kamu perlu istirahat."jawab Darren singkat.

Anna didudukkan di kursi penumpang dan dengan sabar Darren memasangkan seatbelt. Setelahnya dia berjongkok di hadapan Anna, menyesuaikan tingginya.

"Anna, dengar aku."Suara dalam Darren membuat air mata Anna kembali mengalir, meski tanpa suara. Darren yang melihatnya menghela napas. Kenapa dia harus melihat air mata hari ini?

Meet MeWhere stories live. Discover now