Meet 17

12 0 0
                                    

Darren melangkah tergesa, diikuti Aliester di belakangnya. Tampak wajah datar keduanya ada sedikit gurat cemas.

"Ah, Tuan Haeser?"sapa seorang pria berkostum dokter.

Darren hanya mengangguk singkat.

"Sebelah sini, Tuan."

Gerakan tangannya sigap diikuti dengan langkah cepat menuju sebuah ruang rawat VIP.

Flashback 12 menit lalu.

"Maaf, kami ingin mengabarkan, pemilik ponsel ini ada di rumah sakit kami."

Darren langsung duduk tegak.

"Maaf, nomor Anda adalah yang terakhir dihubungi. Jadi—"

Darren sadar dia belum merespon, jadi suara di seberang dengan gemetar menjelaskan kembali.

"Apa—Jelaskan ada apa."jawab Darren cepat.

"Tuan Raffael Winata mengalami kecelakaan tunggal di jalan Merdeka sekitar 5 menit lalu. Apakah Anda bisa datang ke RS Dayu Medika untuk memberikan keterangan identitas agar kami bisa melakukan tindakan darurat?"

"Aku ke sana sekarang."balas Darren dan langsung men-dial nomor Aliester begitu panggilan terputus. Dia tak ingin menyetir sendiri malam ini, mengingat badannya sedang tidak fit.

"Al, jemput aku. Kita harus ke RS Dayu Medika. Sisanya aku jelaskan di jalan."ucap Darren cepat.

"Oke."

KLIK.

Darren segera menyelesaikan persiapannya, mengganti piyama tidurnya dengan kaos, celana jeans, dan jaket baseball.

Tak perlu waktu lama, 5 menit kemudian jemputannya tiba.

Dan disinilah keduanya sekarang. Di dalam ruang rawat VIP, mendengarkan keterangan dokter.

Flasback off

"Kecelakaan tunggal..."gumam Al sambil menatap Raffa yang masih terlelap.

Dokter sudah menjelaskan bahwa luka Raffa tidak parah. Enam jahitan di kening dan luka lebam di perut, tangan, dan bahu akibat benturan dengan kemudi dan dashboard. Selebihnya sudah diperiksa tak ada gegar otak atau pendarahan dalam. Berterimakasihlah pada teknologi pengaman mobil yang dikemudikan Raffael. Cedera yang diderita tidak parah, namun kondisi mobil cukup parah. Bagian depan hancur tak berbentuk.

"Sebelum itu dia menelponku."kata Darren.

Al menatapnya.

"Dia bilang, dia tau rencana Hazel padaku."lanjut Darren.

Lalu hening. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Bukan hal baru Hazel punya rencana jahat pada Darren. Tapi bukankah berlebihan jika sampai mencelakai Raffael yang tak ada hubungannya?

"Kurasa, aku akan menghubungi Om Winata sekarang."ucap Darren memecah keheningan yang berlangsung sekitar 5 menit itu. Al hanya mengangguk setuju.

Darren menjauh dari keduanya untuk menelepon Ayah Raffael.

*

*

"Anna!! Kak Raffa, Na!!"pekik Kania panik.

"Astaga!"Anna refleks mundur dan mengelus dada. Menyandarkan badan sepenuhnya pada pintu rumah.

Anna yang hendak keluar rumah untuk berangkat ke kantor, dikejutkan oleh kehadiran Rania di depan pintunya. Hari ini lembur 3 jamnya, kalo readers lupa.

Rania megap-megap kayak ikan koi jogging di darat. (Ngawur ini hehe).

"Ish, kenapa sih? Pelan-pelan donk."gerutu Anna sambil membawa sahabatnya duduk di kursi teras. Antara jengkel dan kasihan jadi satu.

Meet MeWhere stories live. Discover now