Runtuh 22

6.6K 364 14
                                    

Setelah mendengarkan saran dari Arnold dan memikirkannya matang-matang, pada akhirnya Sarah menerima tawaran itu. Seperti kata Arnold, dia harus bisa memisahkan antara urusan pribadi dengan pekerjaan atau dia bisa dianggap tidak profesional.

Saat ini Sarah sedang berada diruang tunggu menunggu gilirannya masuk untuk casting.

"Mbak Sarah silahkan masuk." Ucap salah satu staff.

Sarah mengikuti staff tersebut masuk ke dalam ruangan. Di dalam tentu saja sudah ada Pak Hadi Brahmanta selaku sutradara, ada Pak Ranil Kapoor selaku produser dan beberapa tim casting director.

"Selamat pagi, Pak, Bu." Sapa Sarah sambil sedikit membungkukkan badannya.

"Selamat pagi, Sarah." Balas mereka semua.

"Wah, saya senang sekali karena akhirnya kamu mau menerima tawaran saya untuk casting film ini. Saya pikir kamu akan menolaknya karena manager kamu tidak kunjung mengabari saya." Ucap Pak Hadi sambil bercanda.

Sarah tertawa. "Awalnya saya memang kurang percaya diri karena ini pertama kalinya saya mendapatkan tawaran bermain di film."

Pak Ranil tertawa. "Hahaha... Kami percaya kamu bisa melakukannya."

"Saya merasa terhormat, Pak." Balas Sarah.

"Baik, Sarah. Coba lakukan adegan ke 45." Perintah Pak Hadi.

Sarah mulai melakukan perintah Pak Hadi.

"Aku masih cinta sama kamu, Dam. Kamu masih cinta juga kan sama aku?"

"Jawab aku, Dam. Kamu masih cinta sama aku, kan?"

"Kalau begitu, kita bisa kembali seperti dulu, kan?"

Bayangan masa lalu saat dia memergoki kakak serta suaminya berselingkuh kembali memutar di kepalanya.

"Kita bisa menjalin hubungan di belakang Naira. Aku gak papa kalau harus jadi simpanan kamu."

"Oke cukup. Sekarang tolong lakukan adegan ke 105." Perintah Pak Hadi.

Air mata mulai membasahi pipi Sarah. "Naira. Kakak tau Kakak salah, tolong maafkan Kakak."

"Tolong jangan hukum Kakak seperti ini."

Sarah berlutut mencoba membayangkan kejadian di adegan saat ia berlutut di depan Naira.

"Kakak menyesal. Kakak menyesal..."

Sarah mendongak membayangkan wajah Naira. "Apa pun akan Kakak lakukan agar kamu mau memaafkan Kakak, Nai. Apa pun akan Kakak lakukan..."

"Oke, cukup."

Sarah bangkit dan menghapus sisa air mata di pipinya.

"Terima kasih sudah hadir, Sarah. Tim saya akan mengabari kamu lagi nanti." Ucap Pak Hadi.

"Iya Pak, terima kasih."

Selesai melakukan casting Sarah pergi ke sebuah restoran karena dia akan makan siang dengan kekasihnya.

Dia harus menunggu sedikit lebih lama karena Arnold ada meeting yang penting dan cukup menyita waktu. Selagi menunggu dia menyibukkan diri dengan bermain ponsel.

"Permisi."

Merasa dipanggil Sarah segera menoleh. "Ya?"

"Maaf mau tanya, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Alis Sarah mengerut bingung, pasalnya dia sama sekali tidak mengenal wanita di sampingnya ini. "Sepertinya gak pernah. Saya gak kenal siapa anda."

Wanita di depannya ini seperti mengingat sesuatu. "Wajah kamu mirip banget sama istrinya sepupu saya."

Runtuh : Luka dan Cinta (Terbit)Where stories live. Discover now