8

121 13 8
                                    


Happy reading!!

Tian masih dalam pingsannya dan Kalandra dengan setia menunggunya, dia telah menggosok beberapa kali telapak kaki Tian yang sebelumnya ia buka, bahkan dia juga menggosok kedua tangan Tian untuk memberikan kehangatan "Tian bangunlah."

Tian mendengar suara Kalandra, dia mencoba membuka matanya, kelopak matanya berkedip-kedip secara perlahan hingga bisa terbuka secara sempurna. Tian menatap ke arah samping di mana Kalandra duduk dengan mengelus tangannya.

Kalandra berdiri dan tanpa sadar mengelus rambut Tian, bibirnya tersungging senyuman tipis "kau mau minum?"

Tian mengangguk pelan. Kalandra meraih air kemasan dan membantu membangunkan Tian hingga duduk, dia menempelkan bibir botol kemasan tersebut pada bibir Tian.

Tian meneguknya hingga dia merasa cukup dan kembali berbaring "terimakasih."

Kalandra mengangguk "kenapa kau memaksa masuk jika kau belum sembuh total?"

"Aku rasa aku hanya alergi, tapi ini mungkin karena efek aku tidak sarapan." Jawab Tian, dia menatap langit-langit ruangan, dia merasa gugup disaat bersama Kalandra berdua di dalam ruangan.

Kalandra menghela nafasnya "jadi kau melewatkan sarapanmu?"

Tian mengangguk "aku telat karena bangun kesiangan, aku juga tidak membawa bekal yang bunda masak."

"Kau tunggu di sini, jangan kemana-mana hingga aku datang, mengerti?" Ujarnya yang di iyakan oleh Tian.

Kalandra pergi meninggalkan ruangan menyisakan Tian yang terdiam, tidak ada suara sunyi dan dingin, dia tengah berpikir kenapa perasannya bisa meledak setiap kali Kalandra memberikan perhatian padanya, padahal dia ingat jika dirinya mengatakn adalah seorang pihak atas, tapi tidak ada pihak atas yang perasannya seperti dirinya saat ini, meledak dan ingin terus merasakan, seperti terdapat kupu-kupu yang berterbangan pada perutnya yang membuatnya geli.

Lima menit kemudian Kalandra datang kembali dengan dua kantong belanja, dia mengeluarkan seluruh isinya pada nakas kecil di samping ranjang. Terdapat bubur dan dua buah roti langsung dengan selai "aku kemarin membawakan roti dan susu kenapa tidak memakannya."

"Aku menghabiskan roti milikmu satu hari itu tanpa makan."

Kalandra terdiam beberapa saat sebelum kembali membuka tutup bubur yang ia beli "aku membawakanmu roti bukan berarti kau hanya memakan roti saja, aku berharap kau juga makan nasi yang lebih penting. Pasti bundamu menyiapkan nasi dan lainnya di kamarmu tapi kau tak memakannya." Kalandra mencampurkan kuah pada buburnya dan mengaduknya, "buka mulutmu." Perintahnya.

Tian membuka mulutnya dan menerima suapan dari Kalandra, mengubahnya dengan perlahan, perlakuan itu di lakukan berulang kali, Kalandra terus menyuapi Tian hingga buburnya telah tandas tak tersisa.

Kalandra memberikan airnya kembali dan meminta Tian untuk meminumnya "kau masih lemas?"

"Sedikit."

"Tidak usah ikut mata pelajaran jika begitu, semua guru dan temanmu memaklumimu karena mereka melihat sendiri dirimu pingsan." Ujar Kalandra, dia kembali memberikan satu roti pada mulut Tian, "makan."

Tian menggeleng "aku kenyang."

"Makan." Paksa Kalandra.

Tian memakan rotinya walaupun rasanya ingin muntah, terlalu banyak isi di perutnya hingga dia rasa tidak muat, hingga setelah rotinya tersisa separuh dia menolehkan kepalanya menolak suapan roti lagi "aku kenyang, tidak bisa menampung lagi." Lirihnya.

Kalandra meletakkan roti tersebut pada bungkusnya kembali "kau beristirahatlah di sini, menunggu ayahmu datang juga tidak masalah."

"Terdapat ulangan yang tak bisa untuk aku abaikan, aku juga tidak akan masuk jika tidak terdapat ulangan."

KalandraDonde viven las historias. Descúbrelo ahora