"Ini namanya apa?"

"Hah?"

"Oh, maksudnya siapa?"

"Anak gue, lah?"

"Namanya, Kak Lar."

"Sooya, masa lupa?"

"Waw."

"Kenapa waw?"

"Korea banget, kayak Istri Kak Lar, mukanya mirip orang korea. Cantik banget."

"Yoi, dong."

"Aku jadi ikutan taruh hati, boleh nggak?"

"Ngomong sekali lagi, awas."

"Ya, ya.. mending sama Sooya, deh."

Duri yang menguping dari kejauhan itu, tersenyum tipis sampai geleng geleng kepala.

Sedangkan Solar sendiri bingung dengan sikap [Name] yang sekarang, sampai mengerutkan alisnya.

Apa gara gara serumah ama Duri, ya? blo'on-nya ngikut. Dirinya membatin.

Sebenarnya, [Name] sudah seperti kakak dari anak anak Boboiboy itu. Semua anak kecil ia ajak main, sampai ada yang nempel nempel dengannya. Sejujurnya, [Name] gini gini sangat suka anak kecil. Makannya, Duri dekat dengannya. Toh, Duri sendiri juga tingkah lakunya masih kanak kanak dulu.

Tapi dengan itu, bukannya senang—lelaki dengan manik hijau bersurai kehitaman menatap iri pada [Name] terus terusan bermain dengan anak anak.

Kakinya ia langkahkan, menuju ke tempat [Name] berada dan kanak kanak.

"Durii disinii, Duri ikut main, dong! Kakak [Name!!]"

Melihatnya bicara tiba tiba, sosok lelaki itu menghampirinya sambil tersenyum imut ke arahnya. Aduh, kalau begini namanya bayi besar.

"Thorn.. lihat, aku punya banyak anak. Haha." karena gugur dengan senyuman Duri, [Name] jadi mengkhayal asal.

"Waduh! sini Duri bantu urus, Duri jadi Papa, [Name] jadi Mama! oke?" bicaranya sambil membuat nada nada pertolongan.

"..Iya, tolong, ya."

Salah tingkah—mungkin itulah yang dirasakan [Name] sekarang, ketika mengatakan dengan suara tinggi dengan nada khasnya terlihat benar benar lucu. Iya, inilah yang ia suka dari Duri.

Aduh, padahal niat [Name] ingin denial sedikit. Tapi tidak bisa, kalau sudah cinta ya cinta.

"Yang disana jadi Om, sama Tante, yeay!" katanya sambil menunjuk-nunjuk Ice dan Istrinya bermesraan.

Merasa terpanggil, pasutri Om-Tante itu menoleh melihat Duri dan [Name] lalu anaknya.

"Itu anak gue, kok gue yang jadi Om?" jawab si Ice dengan raut penuh tanda tanya.

"Duh, dejavu, nih."

Sedangkan Istrinya sendiri malah mengingat masa lalunya, kalau dipikir-pikir lucu juga, ya. Masih zaman bilabil.

"Suuttt, nurut aja!"

"Iya deh, iya. Papa Duri."

Anjay, dipanggil papa Duri sama Ice.

Dengan ajakan serunya Duri tertawa-tawa bersama istrinya saat ini, walau hanya diakui sepihak saja. Tidak apa, lahan perlahan Duri yakin perasaan [Name] berubah.

"Ihihi, emm, oh! Cyla, sini Papa Duri gendong, ututu."

"Papwa, Papwa balu?"

Waduh.

Melihat reaksinya, Ice langsung sergap ke arah Duri dan mengambil kembali si Cyla yang sedang digendong. Lalu menatap Duri dengan sedikit tajam.

"Hehehe, Papa baru katanya."

"Gak. Gue Papanya."

"Ampun, Om."

Ketika ditatap tajam itulah Duri sedikit menyengir, duh, jadi ngeri sendiri berurusan dengan anak orang.

[Name] yang sedang memangku Angin—anak milik Taufan, hanya geleng geleng kepala dengan Duri ketika mengasuh anak. Sebenarnya bukan salah Duri, salahkan Ice yang posesif.heh

"Thorn, sini duduk." ajak si Istri, tangannya sambil menepuk lantai ancang ancang duduk disebelahnya.

"Hum? okee!"

Menujulah ia mendekati [Name] duduk sila di sampingnya sambil menatap wanitanya lembut.

"Nih, coba."

Tiba tiba saja Duri disuguhkan Angin di pangkuannya, alhasil, Duri jadi memangku Angin. Herannya Angin tidak merengek, anak yang satu ini memang benar benar kalem.

"Heee, Angin, yaa? lucunyaa."

Karena gemas, Duri sambil memainkan kedua pipinya dengan iseng.

"Huwaaaa!"

Nah, kan.

"Eh, eh? kok nangisss? aduduh, nanti dimarahin Papa kamuu. Cup cup, jangan nangis, yaa?"

Bukannya tambah kalem, Angin makin merengek. Paniklah itu penjaganya, lalu reflek menatap [Name] ancang ancang meminta bantuan.

"Haduh, Thorn.. kalo Angin gasuka dipegang-pegang. Makannya dia nangis."

Sekeluarga serumah itu agak terkekeh melihat tingkah Duri satu ini, yang tak sengaja membuat kejahilan dua kali.

Dirinya hanya senyam senyum menyengir, jarinya juga sambil menggaruk pipi ketika menarik perhatian keluarganya. Lagian, bayi ngurus bayi ya minus jadinya.

Adapun akhirnya—Angin ditenangkan kembali oleh [Name], gadis satu ini memang sudah pro.

"Kamu keren banget, [Name]. Apa ga mau punya anak aja?"

"Duh.." seru dari kedua pihak itu, bingung.

—album✩‧

HALOO, sori baru up ya masbro

aku.. aku keluyuran dan rasanya susah buat nulis duri ini WKEKEKE, mngkin blm terlalu hanu charanya. jdi ak up sebisaku aja ya! kupikir ini bakal jadi komedian dibanding romance deh 🧑‍🦯🧑‍🦯

aku jg lom baca book² lain jg sih hehwhe mmf yah

oke, salam dariku yg terkena writerblock.

see you!

albumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang