"Bagaimana?" tanya Sharren.

Akiro kembali menapak pada realita ketika suara Sharren menusuk tepat pada indra pendengarannya. Fokus Akiro masih terarah ke depan, dimana disana Gwenn masih menatap dirinya dengan ekspresi yang susah untuk Akiro cerna maksudnya. Ia masih Gwenn yang sama seperti yang Akiro kenal dulu, Gwenn yang susah ditebak dan selalu penuh dengan kejutan.

lipstik merah menyalanya khas wanita-wanita karir berhasil menarik fokus Akiro pertama sekali. Berlanjut pada rambut bergelombangnya yang menjuntai acak dan menyentuh area bahunya. Jangan lupakan bagaimana Gwenn meraih gelas dan meminumnya dalam sekali teguk tanpa mengalihkan tatapannya sedetikpun dari Akiro. 

Gwenn benar-benar tampak sempurna dibawah minimnya cahaya lampu kelab.

Sharren yang merasa kesal karena dirinya tidak diperhatikan beralih memalingkan tatapannya, berniat ingin mendekati arah pandang Akiro sebelum pria itu mencengkram kuat dagunya dan menariknya agar Sharren hanya dapat menancapkan fokus ke arah dirinya seorang membuat akses penglihatannya ke arah Gwenn terpaksa terputus.

"Aku setuju. Putus dengan Frans sekarang juga," ujar Akiro dengan nada seriusnya yang disambut senyum sumringah Sharren.

"Oke-oke, kalau begitu kau akan menjadi kekasihku mulai detik ini juga," ujar Sharren yang sudah hendak mendekati wajah Akiro sebelum berakhir tersentak karena Akiro tiba-tiba menggenggam sejumput surai Sharren dan menjambaknya dengan kuat membuat kepala Sharren terhuyung kebelakang dengan keras.

"Akh!" 

"Putusin dan jauhin dia baru hubungan kita dimulai dan jika kalian masih bertemu makan jangan berharap banyak," peringat Akiro sembari menikmati raut Sharren yang tengah menahan sakit itu.

Sharren berusaha menggapai tangan Akiro dan menyuruhnya untuk berhenti tetapi tampaknya pria itu tidak ada niat untuk menghentikan aksinya, malahan Akiro memperparahnya dengan kembali menariknya untuk terakhir kali, secara cepat membuat rambut Sharren seolah dicabut secara paksa dan kulit kepalanya berdenyut parah.

"Jangan menguji kesabaranku lagi dan turuti perkataanku yang tadi," ujar Akiro sebelum tatapannya kembali pada tempat meja bar ujung berada namun sudah tidak menemukan Gwenn disana.

Akiro meninggalkan Sharren sendirian yang sibuk memegangi kepalanya sembari terus mengeluarkan umpatannya, kakinya menjelajahi meja bar yang diduduki Gwenn beberapa waktu lalu sebelum berbalik dan menemukan Gwenn duduk di area sofa jarak belasan langkah dari tempatnya berdiri. 

Wanita itu duduk dengan dikelilingi beberapa pria yang sibuk mencari gelas kosong untuk Gwenn yang tampaknya baru bergabung dengan mereka sebelum menuangkan cairan yang Akiro yakini jenis alkohol dengan presentase tinggi. Hanya dengan melihatnya saja Akiro sudah tahu kalau Gwenn tidak nyaman berada didalam lingkungan itu, mulai dari pria bertato, tindikan, rambut gondrong tak terawat, kumis tebal hingga berewokan, mereka semua jauh dari tipe yang Gwenn idamkan.

Akiro mengambil langkah gesit dan ketika sampai ditempat Gwenn, dia langsung menarik tangan gadis itu dengan sekali tarikan membuat Gwenn bangkit dari duduknya.

Bahu Gwenn tersentak kaget, begitu ia menoleh ke belakang, Gwenn menemukan Akiro yang menatapnya dengan tajam.

"Apa yang kau lakukan disini bodoh," umpat Akiro dengan nada kesalnya sedangkan Gwenn masih tersesat dalam labirin keterkejutannya, lebih tepatnya ia tidak menyangka kalau Akiro akan menghampiri dirinya. Gwenn kira pria itu akan bersikap seolah mereka adalah orang asing yang tidak pernah kenal. 

Gwenn masih berdiri mematung, otaknya susah untuk mencerna guna memikirkan kalimat yang hendak ia utarakan. 

Akiro benar, kenapa Gwenn bisa berada di kelab malam ini? Kenapa dia bisa minum? Kenapa dia duduk dengan segerombol pria yang tidak ia kenal? Kenapa Gwenn melakukan hal-hal yang menyimpang dari biasanya?

Salah satu pria dengan tindikan emas yang menancap pada hidungnya menatap Gwenn dan Akiro bergantian sebelum berujar yang akhirnya berhasil membuyarkan lamunan Gwenn.

"Kau mengenalnya nona manis?" ujarnya sembari menampakkan tindik pada ujung lidahnya yang menyerupai paku berbentuk hati.

Gwenn mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya menatap ke arah Akiro, "Kau siapa? Memangnya kita saling kenal?" tanya Gwenn dengan tatapannya yang seperti orang bingung, Gwenn mengangkat bahunya kemudian menggeleng pelan sembari mengeluarkan raut yang seolah mengecap Akiro sebagai 'pria aneh'. 

Akiro menghiraukan tatapan meremehkan yang diberikan oleh para pria yang duduk bersama Gwenn tadi dan berusaha fokus pada Gwenn seorang, "Kau tidak bisa minum, pulang sekarang juga," ujarnya denga pelan dan penuh penekanan seakan itu adalah perintah yang tidak boleh Gwenn abaikan.

Namun bukan Gwenn namanya jika ia bisa diatur dengan semudah itu, Gwenn adalah pemberontak dan biang masalah, Gwenn tidak suka diremehkan dengan sebuah sebutan 'bodoh' apalagi merasa kalah, maka sampai seterusnya dia akan selalu begitu.

"Tidak mau, aku tidak mengenalmu," Gwenn membalas Akiro dengan tatapan menantangnya sembari menyentak lengannya berusaha melepaskan tautan tangan Akiro tetapi pria itu malah balik menggenggamnya lebih erat.

Pria dengan kumis berewokannya yang duduk di area sisi sofa berdiri kemudian menghampiri Akiro.

"Lepaskan brother, dia tidak mengenalmu," ujarnya sembari menunjuk ke arah tautan tangan mereka dengan dagunya.

Seakan hanya ada Gwenn dan dirinya didalam sana, tanpa memberikan jawaban apapun, Akiro segera menyeret Gwenn pergi dari sana. Langkah Gwenn yang cenderung seperti orang sempoyongan sebab susah untuk menyelaraskan langkahnya dengan kaki Akiro yang panjang membuat Gwenn kesal setengah mati. Disatu sisi Gwenn merasa lega karena bisa pergi dari pria-pria aneh tadi tapi disatu sisi Gwenn tidak suka dipaksa begini.

"Akiro, apa yang kau lakukan?" Gwenn berteriak lumayan kuat agar suaranya tidak tertutup oleh dentuman musik yang menyala keras didalam kelab.

Akiro mendadak menghentikan langkahnya secara tiba-tiba membuat Gwenn yang tidak ada persiapan berakhir menabrak bahu tegap pria itu. Kekesalan Gwenn mencapai puncaknya ketika ia mendongak, wanita itu menemukan Akiro yang tersenyum miring ke arahnya berikut dengan tatapan mengejeknya yang sangat Gwenn benci itu.

"Sudah tidak amnesia lagi?"

Sial, Gwenn keceplosan.

SCANDAL CONTRACTWhere stories live. Discover now