11. Uncontrollable fond

270 39 2
                                    

Selamat membaca💜
.
.
.
.
.

Lee Naree cerai berai. Jiwanya remuk bagai beling tipis yang dilemparkan ke dinding beton kuat-kuat. Gadis itu tak dapat merasakan apa pun pada tubuhnya yang luluh lantak. Air mata kering, begitu juga kerongkongannya. Ketika Taehyung kembali setelah berteriak kencang, tidak terima mengenai janin mereka yang telah tiada, Naree nyaris kehilangan kesadarannya.

Hampir dua jam pria Han itu pergi meninggalkan daun pintu kamar yang berdebam kuat. Mengabaikan keadaannya yang hampir telanjang di atas lautan kasur bak kapal pecah. Seolah ia adalah seonggok sampah yang hina. Naree menangis dalam diam. Kemarahan dalam dirinya, berhasil termanipulasi oleh frasa dari Taehyung yang memojokkan menjadi sebuah rasa bersalah yang kian menggunung.

Naree mengutuk dirinya sendiri. Iya. Seharusnya ia lebih berhati-hati saat berjalan mengingat ia tengah mengandung, seharusnya ia tidak seceroboh itu, seharusnya ia tahu bahwa tangga itu masih basah.

"Nona Naree, astaga!"

"Bibi ... aku telah membunuh Horang. A—aku membunuh anakku sendiri," serak Naree pedih. Tangan-tangannya yang gemetar memeluk diri sendiri sambil terisak pedih. Ia seolah tersedot ke dalam kasur yang empuk yang dingin itu hingga berpindah ke dimensi lain. Suasananya gelap dan menyeramkan. Naree dapat melihat dirinya sendiri dalam layar lebar misterius. Sedang meringkuk bagai beruang yang berhibernasi.

Sendirian, di depannya ada segumpal embrio nyaris berbentuk janin seukuran anak kelinci. Menggeliat tanpa suara dengan mengulum jemarinya yang berukuran sepucuk pensil. Naree merasakan rongga dadanya menyempit, nyaris tak ada celah untuk menukar oksigen dengan karbondioksida.

Ia hanya mampu merintih, "Maafkan aku ... maafkan aku ...."

Samar-samar terdengar panggilan dari segala arah. Naree terperanjat ketika ia membuka mata. Taehyung dengan raut wajah sangat khawatir menggoyang-goyangkan tubuhnya guna menyadarkan.

"Naree, bangun! Hei ini aku, Naree! Kau bermimpi buruk?"

"Taehyung?" tanya Naree parau. Tenggorokannya terasa sangat kering.

"Ya, ini aku. Kau baik-baik saja?"

Naree bangkit duduk dari tempat tidur dengan bantuan lengan kekar Taehyung. Manik yang sedikit buram miliknya berpendar ke penjuru ruangan. Ini di kamarnya, kamar Naree di penthouse Taehyung. Ia tidak merasakan apa pun; rasa nyeri dan ngilu pada organ reproduksinya. Sebentar ia menoleh ke arah Taehyung yang kelihatan cemas bukan main.

"Bangunlah dan minum air dulu. Kau tidak sadarkan diri selama 3 hari berturut-turut sejak datang kemari, aku sangat khawatir."

"Tiga ... hari?"

"Hm. Kau datang dan pingsan di bawah tangga. Lalu kusuruh dokter Sara untuk memeriksa dan ternyata kau belum pulih, sebab itulah kau perlu diinfus."

Naree melirik sekilas ke arah punggung tangan kirinya yang ditempeli jarum infus. Naree merasa aneh ketika ia lihat Taehyung yang menampilkan ekspresi santai.

"Di mana gaunku, Taehyung? Kau merobeknya, 'kan? Ya, aku ingat kau merobeknya," racau Naree ketakutan. Ia beringsut mundur sembari menarik selimutnya tinggi-tinggi.

"Naree, kau bicara apa?"

"Gaun dan kardiganku. Di mana kau membuangnya?"

Taehyung menukikkan sebelah alisnya heran. Merngerjap tiga kali lalu melangkah menuju lemari pakaian dan membukanya. Ia raih selembar blus sifon dari gantungan. Sama persis dengan milik Naree yang dipakai gadis itu datang ke penthousenya kemarin lalu. Taehyung menunjukkan pakaian tipis dan berbulu itu pada Naree yang tengah terperangah di atas kasur. Sorot mata gadis itu dipenuhi dengan keterkejutan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 30, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

(Un)Conditionally [M]Where stories live. Discover now