1. When chamellia is blooms

424 44 2
                                    

Selamat membaca💜
.
.
.
.
.
Tinggalkan jejak 👣👣👣




Bergerak mengikuti alunan instrumental musik klasik yang mengudara di sebuah ruangan dengan cahaya remang berdinding merah darah, seorang pria berumur kurang lebih 27 tahun tampak meliukkan badannya dengan gerakan santai. Pria berkemeja cokelat keruh dipadu celana bahan berwarna hitam pekat itu menutup mata, menikmati suasana damai yang menyelimuti. Jemarinya melambai-lambai nakal di udara.

Beberapa orang yang memainkan alat penghasil bunyi merdu itu memejamkan indra penglihatan mereka. Seolah hanyut dalam lantunan nada damai dan tenang yang mereka ciptakan sendiri.

Sebenarnya bar ini tidak begitu terkenal.
Orang-orang yang datang, kebanyakan adalah pria-wanita paruh baya dari kelangan menengah ke atas yang menyukai lagu-lagu barat tahun 80-an. Sangat jarang pemuda-pemudi zaman sekarang yang menaruh minat pada musik jazz namun berbeda dengan Han Taehyung. Pria berkulit tan itu sangat menyukai suasana santai dan damai yang ia dapatkan tatkala alunan musik jazz membelai lembut telinganya.

"Beri aku tequila lagi!" perintah Taehyung pelan.

"Baik, Tuan."

Seorang gadis berpakaian barista tampak menyunggingkan senyum tipis. Mengangkat botol kaca besar tequila guna mengalirkan cairan putih bening dengan kadar alkohol 40% itu ke dalam gelas mungil berisikan dua balok es batu dan sebutir anggur hijau milik Taehyung.

Semacam kebiasaan. Taehyung tidak suka ada campuran apa pun dalam gelas mirasnya kecuali sebutir anggur hijau dan beberapa balok es batu. Tidak ingat juga dari mana ia memiliki keinginan untuk memulai kebiasaan itu. Yang pasti, Taehyung melakukannya karena saran dari seseorang. Rasanya berbeda tapi nikmat. Perpaduan antara pahit alkohol dan asam dari anggur hijau itu membuatnya rileks.

"Taehyung, sebaiknya kau tidak mabuk malam ini."

"Aku sudah meminta cuti untuk dua hari. Jika aku mabuk, kau bisa mengantarkanku ke apartemen yang ada di Gangnam."

"Ada orang dari Lucy. Lihatlah setelah aku mengatakan ini. Mereka ada dua, duduk di kursi pojok dekat jendela. Satu berkumis dan satunya lagi memakai topi baret kelabu. Aku akan ke toilet sebentar, lalu mengalihkan perhatian mereka dan kau tahu apa yang hatus kau lakukan," bisik seorang pria yang tak lain adalah manajer Taehyung. Pria itu lantas berjalan memasuki toilet. Sejenak Taehyung menyesap nikmat liquid bening di tangannya, lantas melirik sekilas ke arah yang ditunjuk sang manajer sembari melanjutkan tariannya. Fly me to the moon mengalun pelan, mengajaknya hanyut dalam bunyi saksofon yang ditiup para saksofonis.

Sial sekali, padahal malam ini ia sangat ingin mabuk. Terlampau kesal lantaran lawan main drama yang dibintanginya kali ini bertingkah sangat menjijikan. Bagaimana tidak, saat mereka mengambil adegan ciuman. Gadis bermata monolid itu benar-benar menciumnya dengan napsu seolah tidak sedang berakting.

Taehyung yang notabene aktor papan atas, tidak salah jika merasa risih dan terganggu. Gadis itu seperti mengambil kesempatan dalam kesempitan. Apa yang dia inginkan? Panjat sosial melalui rumor dating? Sialan! Seseorang yang ingin kaya secara instan. Taehyung muak melihatnya.

Segera usai meneguk habis minuman kerasnya dan melirik ke arah orang-orang Lucy yang sudah diajak mengobrol dengan Manajer Min, Taehyung melenggang dari tempat itu secepat mungkin. Rongga kepala pemuda itu sudah buntu, ingin bergegas menyatu dengan lautan kapuknya.

Memakai bucket hat dan kacamata juga masker, Taehyung berjalan dengan menundukkan kepala menyusuri area parkir untuk mencari mobilnya.
Tiba di samping mobil saat hendak membuka pintu rungunya terinterupsi sebuah suara. Taehyung yakin itu bukanlah suara gelak tawa ataupun amarah. Itu suara tangisan. Manakala netra Taehyung menyapu sekitar, ia mendapati sehelai jaket tebal menyentuh lantai di balik tiang besar samping mobilnya.

(Un)Conditionally [M]Where stories live. Discover now