Chapter 18 - The Starts of Feeling Hollow

473 83 10
                                    

Pagi hari ini, semua terasa berbeda. Cuaca yang seharusnya cerah pun kini temaram, tidak berbeda dengan suasana hati insan di muka bumi yang sedang tidak karuan. Kievara Lessman, lelaki yang seakan kehilangan sebagian semangatnya semenjak kemarin. Saat ini, ia sedang terduduk di sofa kamar hotel milik Celine, menanti sang gadis bangun dari tidurnya.

Dari sisi kasur, Celine mengerjap, merasakan kesadarannya perlahan pulih. Matanya mengedar ke sekitar, sebelum pada akhirnya berfokus pada punggung sang lelaki yang membelakanginya, terduduk sendiri dalam senyap. Celine beranjak bangun, dan terkejut sendiri saat menemukan tubuhnya sudah terbalut kaos longgar dan celana dalam yang sempat dicampakkan sebelumnya.

Tidak ada orang lain selain mereka sejak semalam, jadi, pelaku yang memasangkan baju untuknya sudah pasti Kievara. Disana, Celine beranjak dari tidurnya,
mendudukkan diri diatas kasur luas yang terasa kosong. "Lo masih disini".

Perkataan tadi jelas merupakan sebuah pernyataan, bukan pertanyaan. Celine menanti respon dari sang lelaki yang masih setia memunggunginya, hanya butuh beberapa lama sampai akhirnya Kievara bangkit dari duduknya dan berbalik menatapnya. "Celine udah bangun".

"Ngapain pakein gue baju? Memangnya gue minta?". Sulut Celine galak, menyilangkan kedua tangannya di dada.

Kievara hanya menatap sang gadis, tidak menunjukkan terlalu banyak ekspresi seperti biasanya. "Takut kamu kedinginan, Cel".

Merasa terganggu, Celine bergerak kesal, gadis itu turun dari kasur dan berjalan mendekat kearah sang lelaki, berupaya menatap nyalang kearah yang lebih tinggi. "Lo tau apa sih soal gue? Jangan merasa paling tau, deh".

Pandangan Kievara seakan kosong, menatap dalam kearah sang gadis. "Iya. Tau apa sih aku soal kamu, Cel? Gak ada".

Celine terkesiap. Nada bicara Kievara kali ini lagi-lagi begitu.. Berbeda. "Apa sih? Kenapa jadi ngebalikin omongan gue".

Kievara mengalihkan pandangannya. "Aku pulang ya, Cel. Dari tadi sebenarnya aku cuma tunggu kamu sampai bangun biar bisa pamit. Kamu mau dianter pulangnya atau gimana?".

Celine mengerutkan keningnya. "Bentar, ini apa sih? Kok jadi mau pulang? Kita belum selesai ngomong".

Dari raut yang Kievara tampilkan, lelaki itu jelas ingin memerangi, namun sepertinya, tenaganya sudah habis terkuras. Lantas, ia kembali duduk di sofa, menanti Celine membuka mulut kembali untuk mendebatnya. Pagi ini, penampilan Kievara terlihat begitu berbeda dari biasanya. Rambutnya yang berantakan, tidak tersisir rapi ke belakang seperti biasanya, ditambah kemejanya yang dikancing asal, membuatnya terlihat seperti orang lain.

"Siapa yang nyuruh duduk?". Sembur Celine lagi, membuat Kievara menarik nafasnya panjang.

Sang lelaki menatap tajam, mata kecokelatannya memaku pada netra hazel milik Celine, seakan hendak memaki. "Kamu maunya aku gimana, Celine?".

Kievara menekankan penyebutan nama sang gadis, membuat bulu kuduk Celine berdiri seketika. Gadis itu sontak terdiam, seakan tak menyangka akan mendengar nada bicara Kievara yang tidak berubah padanya, masih sama dinginnya sejak tadi. "Ya—Ngobrol".

"Silahkan. Mau ngomong apa? Aku dengar". Balas Kievara, jelas sekali berbeda dari biasanya.

Celine sama sekali tak mau menurunkan egonya yang setinggi angkasa. "Kenapa lo jadi marah-marah sih? Lo kesel lagi? Harusnya gue yang kesel, bukan lo".

Kievara terdiam, ekspresinya kali ini terlihat kosong. "Celine maunya apa? Aku udah diam aja, Cel, ngikutin maumu. Masih salah juga?".

Dan kata-kata itu, berhasil menohok batin Celine, membuatnya terkesiap. Sang gadis masih mematung di tempatnya, tidak kunjung bergerak. Ingin rasanya Celine meminta Kievara kembali seperti biasanya, berlaku bodoh dan berbicara layaknya anak kecil kepadanya. Sebab Kievara yang kini ia hadapi, terlihat seratus delapan puluh derajat dari Kievara yang ia kenal. Namun, semua pemikiran itu ia urungkan, Celine lantas meninggikan nada bicaranya.

"Kenapa lo jadi nyolot sih, Kiev? Lo kesel? Apa yang bikin lo kesel? Fakta kalau gue udah gak virgin dan gak sesuai harapan lo?". Sembur Celine tanpa bisa ditahan.

Kievara menelan rasa getir di tenggorokannya susah payah, keraguan jelas terlihat di kedua netranya. Namun, lelaki itu menjawab dengan lugas. "Aku gak peduli dengan masa lalumu, Cel".

"Kalau gak peduli, kenapa sikap lo berubah?". Sahut Celine tak mau kalah.

Dan disana, Celine menyaksikan bahu sang lelaki melemas, kata-katanya pun terucap begitu pelan. "Gak tau, mungkin aku capek".

Celine lagi-lagi terkesiap, tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu. "Capek gimana maksudnya? Capek sama apa? Sama gue?".

"Iya, Celine. Sama kamu..". Balas Kievara jujur, mengutarakan isi hatinya. "Mungkin aku capek ikutin maumu, capek menebak-nebak isi hatimu, sama semua hal yang aku sendiri gak ngerti dari kamu".

Netra kecokelatan milik Celine melebar seketika, gadis itu kebingungan sendiri mendapati kejujuran dan isi hati Kievara. "Terus maunya apa? Putus?".

Kievara mengalihkan pandangannya, menatap ke lantai ruangan yang dilapisi karpet kemerahan. Lama sekali lelaki iti terdiam, hingga akhirnya memilih bangkit dan maju selangkah untuk mengecup puncak kepala Celine lembut. "Aku pulang dulu ya, Cel. Maaf mungkin belum bisa antar kamu pulang ataupun lanjutin percakapan ini. Aku capek, butuh waktu sendiri. Kamu hati-hati pulangnya".

Dan tanpa bisa ditahan lagi, Kievara resmi meninggalkan Celine di tempat, lelaki itu berjalan menjauh dan menghilang dibalik pintu kamar hotel, meninggalkan Celine yang masih mematung di tempatnya.

Seharusnya, Celine bisa memainkan percakapan mereka seperti biasanya dengan otak cerdiknya. Tapi kali ini, nyatanya lidahnya kelu. Perkataan sang lelaki yang begitu jujur tadi, seakan menamparnya di tempat, membuatnya tak mampu berkutik.

Bisa dikatakan, Celine memang pemain handal dalam urusan percintaan. Namun untuk urusan yang satu ini, kelihaiannya seakan harus dipertanyakan. Nyatanya, jika dihadapkan dengan Kievara, Celine seakan menghadapi lawan yang sepadan. Sebab Celine tahu, dibalik penampilan dan perilakunya yang aneh, Kievara merupakan seorang yang cerdas.

Dan terkadang, fakta itu membuat Celine kelimpungan sendiri, seperti sekarang contohnya.

———

Kievara menyetir mobilnya sendiri dengan keadaan yang kacau. Lelaki itu tidak mengerti harus dikemanakan seluruh isi kepalanya yang penuh. Pengalaman semalam, fakta yang ia baru ketahui mengenai Celine, beserta seluruh perasaan baru yang tercipta sekarang, membuatnya terus bertanya-tanya.

Selama ini, apa yang sebenarnya terjadi di hubungan keduanya?

Mengapa sekarang rasanya seperti ini?

Bila memungkinkan, ingin sekali rasanya Kievara melepaskan belenggu dirinya dan mengakhiri hubungan dengan Celine. Tapi hatinya berkata lain. Perasaan Kievara untuk Celine, tetaplah mendominasi. Cinta itu tidak pernah salah untuk sang gadis. Hanya saja, setelah menyandang status pacar selama berbulan-bulan dan terus bersabar menghadapi Celine, Kievara akhirnya mulai menyadari sesuatu.

Bahwa perlahan, ia mulai merasakan kehampaan di hatinya, karena seolah hanya dirinya yang mencintai di hubungan dua manusia ini. Entah perasaannya benar atau salah.

Yang jelas rasanya hampa, hampa sekali.

———

YOU & US Where stories live. Discover now