Chapter 6 - Her Number

357 76 4
                                    

Celine berjalan malas kearah kelasnya, tidak terlalu mempedulikan sekitaran yang mencoba melempar senyum pada sang gadis. Ia memang tak pernah terlalu peduli. Sesampainya diruang kelas, sang gadis duduk di salah satu bangku, kemudian mulai merogoh tas untuk mencari laptopnya.

"Cel, tumben pagi?". Sapa Akio lebih dulu yang kemudian duduk di samping sang gadis.

Celine melirik sekilas. "Iya, tumben gue semangat bangun pagi".

Akio menaikkan sebelah alisnya. "Gak ada urusannya sama si cupu kan?".

"Maksudnya apaan?". Balas Celine dengan tatapan tak suka.

Akio mengedikkan bahu. "Gak tau, kali aja gara-gara pacaran ama si cupu lo jadi semangat ke kampus karena excited mau ketemu dia".

Sang gadis memukul belakang kepala Akio hingga mengaduh. "Sembarangan aja lo ngomong".

"Aduh". Keluh Akio sembari mengusap area bekas pukul. Sang lelaki kemudian kembali menatap Celine. "Jadi.. Lo beneran udah pacaran sama dia, Cel?".

Celine memutar bola matanya. "Gak usah kenceng-kenceng ngomongnya, tolol. Lo tau kan gue gak jadian beneran".

Akio terdiam, mengalihkan pandangan ke buku-buku jarinya. "Gak menutup kemungkinan ujung-ujungnya lo beneran cinta sama tuh orang kan?".

Celine memasang wajah masam, gadis itu kembali memukul Akio tapi kali ini di lengan. "Lo kenapa sih? Omongan lo nonsense dari tadi. Lo kan denger omongan gue sama Lunar waktu itu. Lagian tuh orang aneh, polos banget. Not my liking at all".

"Berapa lama, Cel?". Balas Akio dengan pertanyaan lain.

Celine mengerucutkan bibirnya. "Gak tau. Sesuka gue aja, yang penting kan endingnya? Lo tuh dengerin gak sih waktu gue ngobrol sama Lunar? Kok kayak clueless banget gini?".

"Gak usah lama-lama, Cel. Gak usah wasting time buat hal gak penting". Balas Akio dengan nada serius.

Celine memegang dahi Akio seakan mengecek suhu tubuhnya. "Lo sakit ya? Kok serius amat omongan lo? Kepentok kepala lo tadi?".

Akio menatap dalam, menyampaikan ucapan non verbal yang paling ingin ia utarakan, membuat Celine terbengong karenanya. "Gue khawatir, Cel. Gue takut kehilangan lo".

———

Hari ini, Kievara kembali menanti dengan sabar sosok itu keluar dari kelas. Sang lelaki memelintir ujung baju sweater berwarna cokelat yang ia kenakan, merasa gugup karena akan kembali bertemu dengan gadis yang ia benar sukai. Kievara berdiri bersandar pada dinding, berulang kali menatap kearah pintu ruang kelas yang masih tertutup.

Hingga akhirnya, sosok yang ia cari berjalan beriringan keluar dari ruangan dengan seorang lain yang Kievara kenali sebagai Akio, membuat Kievara sontak mengekor dan memanggil Celine berulang kali.

"Celine.. Cel? Celine!". Seru Kievara, yang pada akhirnya membuat Celine maupun Akio berhenti dan berbalik untuk menatapnya.

Kievara mengerem dan berhenti tepat si hadapan sang gadis, menatap wajah cantik dengan riasan yang membuatnya terlihat segar. "Eh—Celine. Hampir nabrak".

Celine bertolak pinggang, menatap acuh pada Kievara. "Pagi-pagi udah berisik aja, ada apaan?".

Kievara menggaruk belakang lehernya yang tak gatal. "Ehm, itu.. Boleh ngobrol sebentar gak, Cel? Kiev mau tanya sesuatu sama Celine".

"Tanya apaan?". Balas Celine dengan ekspresi malas.

Kievara melirik kearah Akio yang sejak tadi ternyata menatapnya dengan tatapan tajam. "Tapi—Ada Akio, Cel. Kiev malu. Boleh berdua gak ngobrolnya?".

YOU & US Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz