1/1

597 68 8
                                    


Jeffrey menatap wanita bertudung kepala putih yang sedang berbincang dengan seseorang. Wanita itu tampak tertawa dengan mata bengkak. Karena dia memang sedang berduka. Sebab ayahnya baru saja meninggal.

"Kalau begitu kami pamit, ya? Takut kemalaman sampai Jakarta. Lagi pula, kita sudah kenyang juga karena baru saja diberi makan. Hehehe."

Jeffrey ikut tertawa saat salah satu temannya berkata demikian. Juan namanya, dia memang mood maker di kantornya. Tidak heran jika dia pandai mencairkan suasana.

"Aku panggil Ibu sebentar."

Joanna yang masih tertawa langsung bangkit dari duduknya. Membuat gamis putihnya menjutai lebar. Meski agak kepanjangan di badan.

Tidak lama kemudian Joanna kembali. Dengan Liana---ibunya yang sudah tersenyum manis. Meski dengan mata bengkak karena baru satu hari ditinggal si suami.

"Mau balik sekarang, ya? Nak Jeffrey ikut juga?"

Jeffrey langsung menatap Joanna. Dia tampak salah tingkah dan hanya tersenyum saja. Karena mereka memang berpacaran dan bukan menjadi rahasia lagi bagi orang-orang.

"Iya, Tante."

Jeffrey mulai bangkit dari duduknya. Ikut menyalami Liana seperti apa yang baru saja dilakukan Juan. Sebab dia sudah menginap semalam dan sekarang dia harus pulang karena besok kerja.

"Jeffrey harus kerja, Bu!"

"Ibu tahu! Ya sudah, kalian hati-hati pulangnya. Jeffrey, terima kasih karena kemarin sudah mengantar Joanna."

"Sama-sama, Tante. Maaf karena orang tua saya tidak bisa datang sekarang. Karena mereka sedang di luar kota."

"Tidak apa-apa. Mereka pasti sedang sibuk sekarang."

Setelah bersalaman dengan Liana, Jeffrey dan beberapa temannya langsung pulang. Naik mobil milik Juan. Karena saat mengantar Joanna pulang, Jeffrey tidak membawa mobil karena naik kereta.

"Aku pulang, ya? Kalau butuh apa-apa bilang."

Ucap Jeffrey pada Joanna. Membuat wanita itu mengangguk singkat. Tersenyum sangat manis pada pacarnya.

"Iya. Terima kasih, nanti kabari kalau sudah sampai rumah."

"Pasti."

Jeffrey langsung pergi. Karena dia dan Joanna memang jarang melakukan skinship. Apalagi ini di depan umum dan banyak orang yang mengawasi.

Setelah mobil Juan pergi, Joanna masuk rumah lagi. Dia langsung digoda oleh para saudara yang ada di sini. Ditanya kapan menikah karena usianya sudah genap 30 tahun ini.

"Cie-cie! Ayo kapan nikahnya? Mumpung Bu Dhe masih sehat, masih bisa bantu-bantu kalau kamu menikah."

Joanna hanya tersenyum saja. Karena diminta ibunya masuk kamar. Sebab dia tahu jika si anak butuh istirahat. Karena belum tidur sejak semalam.

"Tidak perlu terburu-buru. Masih muda juga."

Ucap Liana saat Joanna sudah memasuki kamar. Sebab dia memang baru bertemu pacar anaknya. Meski mereka sudah pacaran selama dua tahun lamanya.

"Masih muda apanya? Joanna sudah 30 tahun. Akan sulit punya anak kalau tidak cepat-cepat disentuh!"

Liana tertawa. Dia tidak menanggapi serius ucapan saudaranya. Karena dia memang bukan tipe ibu yang suka memaksakan kehendak pada anak. Asal dia bahagia, itu sudah cukup baginya.

Dua hari kemudian.

Jeffrey baru saja berangkat kerja. Di salah satu perusahaan penerbitan yang ada di tengah kota. Sebagai team leader quality control di sana.

ALL ROUNDER Where stories live. Discover now