CHAPTER 4

6.4K 117 0
                                    

04 •| Pesan Misterius

Bunyi dentuman musik begitu memekak telinga, puluhan orang menari meliuk-liukkan badan mereka. Bau alkohol tercium begitu pekat, namun tidak mereka hiraukan.

"Bagaimana, belum juga mengakhirinya?" Ucap seorang pria dari beberapa kumpulan yang duduk di pojok ruangan. Dia Bara, Bara Navindra, pengusaha yang terbilang sukses di  bidang kuliner.

"Sudah keenakan dia bro" Timpal Satria, Satria Ansales. Penerus perusahaan keluarga Ansales.

Mereka adalah teman semasa SMA dari Glen Erico. Hari ini mereka mengadakan perkumpulan di sebuah club ternama. Colosseum Club.

Lelaki yang menjadi bahan pembicaraan, mengepalkan tangannya sinis. Dia Glen.
"Setelah mencicipi tubuhnya, akan ku tinggalkan dia" ucapnya menuang alkohol ke dalam gelas mini.

Satria hampir saja menyemburkan alkohol yang ia minum, ia memandang Glen bertanya.
"Kupikir kau sudah menidurinya dari lama" ucapnya meletakkan gelasnya kembali.
Glen mengedikkan bahu, selama bersama gadis itu dia belum pernah menyentuhnya.

Hendrik tertawa menyeringai, meremas bokong wanita yang sedang duduk di pangkuannya. "Hell bro, tubuhnya memang sexi, aku jadi kau, sudah ku tiduri dari dulu"

Bara memandang Hendrik, menggeleng pelan melihat kebiasaan lama pria itu, bergonta-ganti wanita. "Sebaiknya kau tuntaskan nafsumu itu, aku jijik dengan suaranya" Ungkapmya menyuruh Hendrik keluar. Hendrik terkekeh, ia menggendong wanita di pangkuannya ke arah kamar VIP yang tersedia. Berbeda dengan yang lainnya, Bara bukan tipikal pria yang suka menikmati tubuh wanita dengan sembarangan. Ia si brengsek yang pemilih.

"Bagaimana dengan pernikahanmu itu?" Bara kembali bersuara, ia sempat kaget mendengar sahabatnya itu akan menggelar pesta pernikahan.

Glen tertawa sinis, "perjodohan bodoh, namun tak apa, itu menguntungkan perusahaanku"
Satu rahasia yang Alice tidak ketahui, pria yang bersamanya selama 2 tahun adalah hasil skenario dari perjodohan dua keluarga itu. Semenjak Ibu Alice meninggal, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita beranak 1, sama seperti kasus ibu tiri lainnya, Alice begitu terkekang.

Hubungan nya dengan ayahnya menjadi buruk, ia memilih keluar dari rumahnya dan berusaha mencari pekerjaan sendiri, namun siapa sangkah, ia malah terjebak di perusahaan Glen, menjadi sekertaris pria itu, tentu hasil campur tangan dari Tiwi, Ibu tirinya yang gila harta.

"Kau tidak mencintainya?"

Glen mendengus, "Kau lupa aku bagaimana?" Tanyanya meneguk alkohol hingga tandas.

Bara terkekeh, ia sama sekali tidak melupakan fakta bahwa Glen tidak akan pernah menetap pada satu wanita, ia pria yang tidak bisa memegang komitmen terhadap perempuan. Ia menoleh ke arah Satria yang telah tepar di sofa.

Glen tiba-tiba berdiri dari duduknya, ia berjalan menuju kumpulan manusia yang sedang berjoget ria.

"Glen" Panggil seorang wanita dengan dress hitam ketat.

Glen menoleh, bersiul memandang gadis itu dari atas hingga bawah. "Tania, kau tampak sexi" Ucapnya menyambut Tania dengan pelukan dan sedikit remasan pada bokong gadis itu.

Tania menyeringai, ia dengan sengaja meniup bagian telinga Glen. Tangannya ia lingkarkan di sekitar leher Glen, mengelus dengan sensual.

"Kau tak ingin mencicipinya" Goda Tania merapatkan bagian bawahnya ke arah milik Glen yang sudah menegang.

"Ahh" Glen mendesah menikmati gesekan bagian bawahnya.

Glen mengeram, tanpa aba-aba menggendong Tania menuju sofa. Tania terperanjat ketika Glen mendorongnya ke sofa, menindih gadis itu dan menciumnya dengan kasar dan terburu-buru.

Tania mendesah ketika tangan Glen bermain di bagian dadanya. "Ahh Glen, kau ma-sihh sama akhhh" Tubuh Tania meremang kala Glen menggigit lehernya meninggalkan bekas.

Mereka bercumbu tanpa menghiraukan sekitar, sedangkan lelaki di pojok sana melihat adegan itu dengan sinis
"Bodoh," Umpatnya meletakkan hp yang dia pegang.

.・゜-: ✧ :-  

Alice berguling-guling kesana kemari, kasurnya berubah berantakan. Ia mengecek pesannya yang ia kirim ke Glen, berdecak keras, lalu melempar hp itu ke sisi kasur.

"Samuel sialan" Umpatnya, ia memegang bibirnya lalu tertawa seperti orang bodoh yang sedang kasmaran.

Setelah kejadian semalam, dimana Samuel yang mencium dan mengatakan kalimat itu, suasana mobil menjadi awkward, Samuel tidak jadi mengajak Alice ke rumahnya, ia membelokkan mobil menuju apartment Alice, Alice sendiri tidak tahu memulai pembicaraan dari mana, setelah sampai di basement dia langsung berlari keluar tanpa mengucapkan sepatah kata untuk Samuel.

Sejenak ia melupakan Glen, bahkan pria itu sama sekali tidak muncul dalam benaknya lagi. Samuel, Samuel, Samuel. Nama itu terus berseliweran di benak Alice, bahkan suara serak pria itu terekam jelas di kepalanya.

Ting
Alice secepat kilat mengambil benda pipih itu, ia membuka room chat dan menyerngit kala mendapati nomor tidak dikenal mengiriminya pesan.

Ia membuka untaian pesan itu.

Unknown
Your bastard boyfie
Photo

Jemari Alice bergetar, ia mengamati foto yang diambil dari belakang, tidak terlalu jelas siapa yang berada dalam photo tersebut.

"Bastard boyfie?" ucap Alice sedikit tidak mengerti. "Glen?" Ia mendengus, lalu meletakkan handphone kembali.

Sudah di katakan, pria itu tidak hinggap sedikit pun di benaknya. Lagipula photo itu tidak jelas pengambilannya, ia yakin seseorang hendak mencoba merusak hubungan keduanya. Glen juga termasuk pria yang tidak menyukai keramaian, tidak mungkin pria itu masuk ke tempat seperti itu. Pria itu sendiri yang mengatakannya, dan Alice tentu saja percaya.

"Aku sudah mengirimnya, namun reaksinya tidak seperti yang di harapkan"

Seseorang di balik telfon terkekeh dingin, "Tenanglah, jangan terlalu membuatnya kaget" Ucapnya, kemudian mematikan sambungan itu.

⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆

TBC

JANGAN LUPA VOTE DAN FOLLOW FOR MORE.

SAMUEL AND HIS OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang