Part 5 : Teammate

27 2 0
                                    

Pay Me High

×××××

"Awas kau menyukaiku, ya. Aku bersumpah akan mengabaikanmu."

×××××

Memangnya siapa yang pernah membayangkan dunia seseorang bisa berubah hanya dalam kurun waktu singkat? Sebuah kotak hitam berpita merah menjadi awal dari perasaan bahagia sekaligus sakit yang menyiksa Kim Suho saat ini. Begitu lembut netranya menjaga pandang pada bocah laki-laki delapan tahun darah dagingnya sendiri. Hampir menetes air matanya memperhatikan Kim Gunwoo lahap menyantap piza serta segelas besar slushie.

Butuh usaha keras membawa sang buah hati bersedia tinggal bersamanya di satu atap apartemen mewah. Syarat tunggalnya hanyalah membiarkan Gahyeon memiliki unit di gedung yang sama sehingga mereka dapat sering bertemu. Bukan masalah besar. Uang Suho masih cukup jika harus membelikan lima unit apartemen lagi secara cuma-cuma.

Masih tersisa lima potong piza. Mulut Gunwoo sudah benar-benar dipenuhi rasa kombinasi antara saos tomat, potongan kecil daging panggang dan gurihnya keju. Bahkan dia masih sempat memanjakan lidah dengan dua paha ayam bertabur bumbu bburinkle. Sayang sekali Suho melarangnya keras meneguk kola dingin dari kulkas.

"Kau seperti tidak makan selama seminggu." Yoongi yang sedari tadi duduk di sofa memperhatikan acara makan dadakan, mendekatkan botol air mineral pada Gunwoo, takut bocah delapan tahun itu mati tersedak.

Gunwoo menundukkan kepalanya sebentar sebagai tanda terimakasih. Diteguknya banyak air membasahi tenggorokan yang kering. Tubuhnya sedikit berbalik menjatuhkan atensi pada si sipit Yoongi. "Apa kau teman ayah dan ibuku, Paman?" tanyanya polos.

"Paman?!" Yoongi berseru keras.

Anggukan cepat Gunwoo tampak menggemaskan membuat Suho di konter dapur terkekeh. "Biasa terjadi. Ada beberapa orang tidak terima kupanggil seperti itu" ucapnya.

"Kau memanggil Lee Gahyeon dengan sebutan noona, tapi memanggilku dengan sebutan paman? Aku tidak setua itu, bocah."

"Bukankah kau teman ayahku? Cukup wajar memanggilmu begitu. Lalu apa aku harus memanggil ayahku dengan sebutan hyung?"

Kedua mata Yoongi melebar tak percaya mendengar omong kosong seorang bocah yang baru saja dikenalnya beberapa jam lalu. Tawa nanarnya menggelegar memenuhi ruang. Kepalanya terasa agak pusing hingga perlu mendapat sedikit pijatan sementara Gunwoo bergeming menatapnya bagai pria aneh.

"Jangan menatapku begitu. Kenapa kau tiba-tiba mengingatkanku pada seseorang, huh?" celetuk Yoongi.

"Sepertinya kau perlu memperbaiki sikapmu, Paman. Kau tidak bisa bertahan dengan sikap itu jika nanti memiliki anak."

"Aku tahu sekarang!" Yoongi berseru sambil menyatukan dua telapak tangannya menciptakan bunyi keras, lantas menoleh pada Baekhyun yang menduduki sofa di sudut ruang. "Hey, Baekhyun-ah, dia benar-benar mirip denganmu. Sialan."

Tiba-tiba keheningan menyelimuti seluruh penjuru ruang. Tidak muncul satu kata pun dari Baekhyun kecuali helaan berat nafasnya yang terdengar saat membuang muka memperhatikan gedung-gedung besar lewat jendela apartemen. Di konter dapur, Suho sempat berhenti memotong kecil daun bawang, namun kembali mengulum senyum mempersiapkan semangkuk besar tteokbokki dan membawanya ke hadapan Gunwoo untuk dimakan bersama.

Mulut tidak terkontrol. Kalimat tidak tersaring baik. Berulang kali Yoongi membatin tentang kebodohannya sendiri berucap asal mengenai hal sensitif. Kepalanya menunduk tak berani bersuara bahkan ketika Gunwoo memberikannya sebuah garpu kayu, menawarkannya makan bersama tteokbokki lengkap dengan telur rebus dan kue ikan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 23, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Pay Me HighWhere stories live. Discover now