Part 3 : The Bomb

41 7 4
                                    

Pay Me High

×××××

"Kau ingin mengetahui lebih detail identitasku? Aku adalah orang yang datang untuk meminta bayaran besar"

×××××

Langit masih mengirimkan hujan lebat mengguyur kota Seoul. Banyak aktivitas luar ruangan terpaksa ditunda sesaat sampai nanti awan hitam menghilang, tapi beberapa karyawan Hebe Network bukan duduk hanya untuk menunggu hujan mereda. Jarum pendek jam dinding mengarah tepat di angka sepuluh. Ada beberapa tugas yang perlu cepat diselesaikan sehingga mereka harus terpaksa lembur atas pilihan masing-masing maupun perintah pimpinan tim.

Kang Seulgi merenggangkan tubuhnya kembali di bangku tempat dia sejak tadi duduk menuliskan skrip untuk episode perdana konsep baru acara Metanoia. Ekor matanya bergerak menyapu seluruh ruang, berakhir pada si serigala kutub yang sedang memilah rancangan latar ruang pengambilan gambar serta musik pengiring. Pemuda Byun itu benar-benar mencerminkan penggila kerja, batin Seulgi.

Ketukan sepatu mahal pada lantai menjadi perhatian para karyawan lembur. Mereka memberikan salam hormat sederhana dengan menundukkan sedikit kepala ketika direktur operasional datang, melangkah tanpa wajah ramah kegemaran penghuni Hebe Network dan berhenti tepat di samping bangku Byun Baekhyun. Biasanya tipikal raut seperti itu mengawali aksi omelan kasar khas pimpinan meski para karyawan tidak yakin Suho akan melakukannya.

"Kenapa kau melakukannya?" Suho bertanya ketus.

"Melakukan apa?" Baekhyun balik bertanya.

"Kwon Eunbi menceritakan semuanya padaku. Ironis bahwa aku mengingat banyak hal usai mendengarnya. Kita berlima tahu siapa yang membuat Kim Jisoo seperti itu, jadi kenapa kau melakukannya?" Suho sepertinya tidak peduli bahkan jika semua orang di lantai dua mendengarnya membicarakan urusan pribadi pada sang sahabat.

"Kau ingin aku diam dan membiarkannya menjadi mayat di tangan kedua orang tuamu?" balasan Baekhyun sanggup membuat sang direktur operasional Hebe Network membungkam seketika. Dia berdiri mendekat pada Suho dan berucap dingin, "Aku adalah satu-satunya orang yang bisa dijadikan pelaku saat itu untuk melindungimu, juga melindunginya, jadi jangan salah paham."

"Itu adalah bagian yang tidak kupahami. Kenapa aku diam dan membiarkanmu melakukannya?" Suara Suho merendah, mulai merasa bersalah atas apa yang terjadi.

"Bukan diam. Justru kau terlalu berisik sampai mereka menjadikanmu tahanan rumah sebelum membawamu pergi ke Kanada."

"Jadi benar dia yang mengirimkan paket itu?"

"Lee Gahyeon. Anak pemilik kedai tempat Jisoo bekerja paruh waktu. Dia yang mengirimkannya."

"Mungkinkah Jisoo bersamanya?"

Perlahan kepingan memori kembali pada tempat yang seharusnya. Suho ingat pernah begitu mencintai seorang gadis cantik berhati lembut bernama Kim Jisoo. Ada banyak momen manis mengiringi perjalanan kisah mereka. Sebuah pesta perayaan kemenangan yang diadakan secara pribadi oleh Im Jaebum—sahabat sekaligus kapten tim basket Seonghwa—merupakan awal dari kehancuran. Alkohol yang tidak seharusnya ada di antara acara murid sekolah menengah atas mengambil alih kesadaran, melibatkan Suho dan Jisoo pada masalah besar.

**********

"Apa kau bilang? Suho mengingatnya?!"

Seorang gadis berambut pendek pengguna lensa kontak coklat terang yang hari ini memadukan blus satin beraksen pita besar serta rok di atas lutut tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya mendengar informasi dari sang sahabat, Min Yoongi. Dia membuat beberapa pengunjung kafe seberang butik miliknya menoleh berkat suara lantang yang bahkan hampir membuat Yoongi tersedak saat tengah meneguk mojito.

Pay Me HighWhere stories live. Discover now