Masa Remaja ( 2 )

43 22 1
                                    

     Kedatangan kami disambut dengan hangat oleh pelatih bulu tangkis, dia biasa disapa dengan sebutan Koko Liu atau kak Gun. Usia nya terpaut 5 tahun dengan usia kami. Postur tubuh nya kira - kira 180 centi meter, rambut nya belah dua, berkulit putih dan bermata sipit. Mata nya tajam bak elang yang siap menerkam mangsa nya. " hai Len, Mell ! Kenapa terlambat ? " tanya Kak Gun dengan ramah dan melempar senyum kepada kami. " oh, maaf kak ! Saya nyupir dulu. Kami siap dihukum karena kami tidak disiplin ! " jawab ku seraya menundukkan kepala karena kami malu telah terlambat dan tidak menaati peraturan yang berlaku. " tidak apa - apa Hellen. Ini pertama kali kalian terlambat, jadi tidak koko hukum. Nah, simpan tas kalian. Mari, kita mulai latihan ! " ajak kak Gun dengan bijak.

    Kami memasuki lapangan bulu tangkis. Tampak di sana sudah ada makhluk manis bernama Dewi dan Hani. Mereka melambaikan tangan mungil nya ke arah kami. Aku berpasangan dengan Dewi, sedangkan Melly berpasangan dengan Hani. Kami biasa bermain double, sedangkan kak Gun sebagai wasit.

     Kak Gun melempar koin sebagai pertandingan dimulai. Team kami lebih dulu mendapatkan kesempatan untuk bermain. Angka demi angka dengan mudah kita kumpulkan. Aku menyukai permainan double dibandingkan bermain single, mungkin lebih seru saja sih dalam permainan. " Hellen awas ! " teriak Dewi namun apa lah daya pukulan ku terlalu melebar sehingga out. Aku menguasai back hand dengan baik sehingga musuh ku, Hani merasa terkecoh dan kewalahan. Dewi lebih suka dengan bola " Lob " lemparan shuttle cock menjulang tinggi ke angkasa.

      Skor sementara 14 - 7, selisih 7 angka untuk pasangan Hanni dan Melly. Tak ku hirau kan keringat membanjiri tubuh ku karena aku terlalu bersemangat untuk mengakhiri permainan. Babak pertama dimenangkan oleh team kita.." yeah " teriak ku. Sementara ku lihat Melly menekukkan wajah nya. Kak Gun menghampiri kami, dan memberikan sedikit pengarahan kepada kami. Waktu istirahat sudah berakhir, saat nya kami memasuki lapangan guna melanjutkan babak kedua dimana babak penentuan apa kah team kita yang menang atau pasangan Melly - Hanni bisa menjegal kita. Babak kedua telah dimulai. Angka berkejaran, karena team lawan melakukan perlawanan dan serangan bertubi - tubi.
   
    Ini yang membuat aku suka dalam pertandingan, bukan hanya tenaga tapi otak pun ikut berpikir mengatur strategi agar dapat mencetak angka dan memenangkan pertandingan. Akhir nya alhamdulillah team kita keluar sebagai juara, meski pun jago kandang hehehe. " plakkk " tangan ku dan tangan Dewi melakukan kompak sedangkan aku dan Dewi menuju Hanni dan Melly untuk bersalaman. " selamat, ya ! Kalian pantas jadi pemenang " ucap Melly dengan menerima kekalahan walau skor kita beda tipis 20 - 19. " makasih ya ! Permainan kalian juga hebat ! " ucap ku seraya mengacungkan dua jempol ke arah mereka. " ogah ah cuma dua jempol, kurang lah " kata Hanni. " nih ku beri kan dua jempol jadi empat ! " seru Dewi tak mau kalah. " ogah ! Masih kurang ! " rajuk si Hanni. " nih ! Empat jempol tangan dan empat jempol kaki ! " lanjut Dewi gemes " ahahahaha " pecah tawa kami di pinggir sudut pinggir lapangan bulu tangkis.

    Kak Gun mendatangi kami yang asyik tertawa. " ok ! Adik - adik latihan kita hari ini cukup ya kalian boleh pulang, oh ya untuk evaluasi pertandingan tadi. Semua nya sudah baik cuma Mell, harus bisa kontrol emosi. Hellen, kamu juga sama ya karena ketika bertanding kalau kalian tidak bisa kontrol emosi nanti bisa kacau pikiran kalian, permainan jadi gegabah, grasa - grusu, yang pasti tidak fokus pada pertandingan " jelas kak Gun bijak. Kak Gun sempat curi pandang kepada ku, secara tidak sengaja aku memergoki nya lantas dia buang pandangan ke arah lain. Ini yang membuat aku salah tingkah dan hanya bisa senyum kecil. Aku gak mau GR alias Gede Rasa, karena tidak mungkin pelatih ku suka pada ku.

  Sebelum kami pulang ke rumah, kami berdoa terlebih dahulu agar selamat sampai di rumah. " nah, sekarang kalian boleh pulang. Jangan lupa Sabtu kita ketemu lagi " ujar kak Gun. " baik kak ! Kita pulang. Terima kasih sudah melatih kami. Sampai ketemu Sabtu ya. Bye Dewi, Hanni, kak ! " pamit ku. Aku berjalan beriringan bersama Melly kemudian kita menaiki motor yang membawa kita ke rumah. Aku meminta Melly turun di depan gang lalu ku langkah kan kaki ku menuju rumah. Sementara Melly masih melanjutkan perjalanan nya.
 
  Kedatangan ku disambut oleh ibu ku yang sedang menyiram tanaman bunga. " bagaimana latihan mu Hellen ? " tanya ibu ku. " alhamdulillah mi, Latihan nya sangat menyenangkan. Hellen menang mi ! " jelas ku. " nak ! Jangan mudah berbangga diri atas keberhadilan yang kita raih. Apa pun itu ada Allah SWT yang menolong kita. Jangan sombong ya ! " ujar ibu ku sambil menatap mata ku dalam - dalam. " ya mi, akan ku ingat nasihat mimi. Matur nuwun mi " kata ku. " lekas lah mandi, sudah sore sebentar lagi adzan maghrib berkumandang, tak baik anak gadis mandi jelang maghrib, pamali " jelas ibu. " ya mi " jawab ku singkat.
   
   Tahun ini aku duduk di kelas 2 pada masa nya kalau sekarang penyebutan untk kelas 8. Kami masuk siang dikarenakan rombel alias rombongan belajar di sekolah kami tidak menampung siswa dan siswi dari kelas 1 - 3 jumlah murid di sekolah kita sangat banyak. Ini yang tidak aku suka, berangkat siang di tengah cuaca panas sambil mandi keringat karena gerah. Maklum sekolah kami hanya ada AC alami, semilir angin hembusan sang bayu.

    ( bersambung )

Ghendak Ongoing Where stories live. Discover now