masa SMP ( 2 )

151 105 1
                                    

Pagi ini waktu yang ditentukan oleh Pak Nono untuk berkumpul di sekolah guna membahas dan mendaftar sekolah pilihan ke satu dan kedua, SMP ya SMP masa dimana aku dinyatakan sudah gede horeeee aku bebas dengan sebutan anak manja, anak mami dan label - label yang lain nya. Aku berangkat ke sekolah hanya dengan Lili, belum tampak batang hidung si Yudit, Tono dan lain nya. Dalam perjalanan menuju sekolah sambil menelusuri pematang sawah nan hijau permai sangat segar dipandang mata. Lili mengawali percakapan di tengah hening nya perjalanan. " Len, kamu mau lanjut ke mana ? Pilihan kedua nya ? " tanya Lili tak sabar, ku lihat wajah Lili dipenuhi pertanyaan. " Insya Allah kalau diterima aku pengen lanjut ke SMP NEGERI 1 PERTIWI, kalau tidak diterima karena NEM kurang memadai ya terpaksa aku pilih sekolah swasta, aku pilih sekolah SMP KUSUMA BANGSA, kalo Lo sendiri, mau lanjut kemana ? " aku balik tanya kepada Lili. " wahhhh berarti kita satu frekuensi sister. Kita satu hati ya " lanjut Lili. " oh yaaaa ? Wow fantastis ! " teriak ku tak kalah seru. " kalau kita satu kelas, kita duduk ny satu meja lagi ya, kita kan bestie, best friend lah, iya kan ? Kita ini teman tapi rasa dulur ( saudara ) ya Len " teriak Lili antusias. " ya Li, kamu benar, kita tak kan pernah terpisah kan " ucap ku. Tiba lah kami di sekolah, di sana sudah ada syareefah, Wiwiek, Titin, Yati, Iis dan yang lain nya. " hai, Hellen lo mau lanjut ke mana ? " tanya Wiwiek ramah kepadaku. Ku hampiri Wiwiek yang tengah asyik duduk sendiri. " hai juga Wiek, Insya Allah kalau NEM nya cukup untuk masuk ke SMP NEGERI 1 PERTIWI kalau kurang ya ke SMP KUSUMA BANGSA " jawab ku sambil ku berikan senyum terindah ku. " Lo mau lanjut kemana ? " aku balik bertanya kepada nya. " oh, aku rencana mau ikut mamah di Palimanan dan menetap di sana. " wah kalau begitu kita akan berpisah dong, dan aku kehilangan satu sahabat ku " ucap ku lirih sambil menahan air mata yang siap jatuh. " tenang saja Hellen kita masih busa bertemu meski lewat surat, berjanji lah kau akan balas setiap surat yang ku kirim untuk mu " ujar Wiwiek seraya meyakin kan aku. " ya, pasti "  kata ku lirih suara ku hampir tak dengar oleh nya. Ku peluk tubuh sahabat ku setia temani aku selama enam tahun lama nya, memang Wiwiek sejak enam tahun terpisah dari keluarga nya di Palimanan, sedang kan ia memilih menetap bersama nenek nya, yang menjabat sebagai kepala sekolah. Ia sambut pelukan hangat ku, dan kami pun larut dalam kesedihan teramat dalam. Kehilangan seorang sahabat mengerti aku, setia dampingi aku, sungguh berat aku kehilangan nya. Ku usap air mata karena pak Nono masuk ke kelas kami. " anak - anak seperti yang telah bapak informasi kan minggu kemarin tentang kelulusan, dan pendaftaran ke SMP - SMP yang kalian ingin kan, sila kan formulir dan berkas - berkas pendukung lain nya dikumpulkan di meja bapak, nanti bapak pilah sesuai permintaan kalian " jelas pak Nono, beliau sosok wali kelas yang sangat baik, sabar dalam membimbing kami, tegas apabila  kami melakukan kesalahan. Tidak semua murid daftar sekolah melalui pak Nono, ada juga yang daftar sendiri. Kalau yang daftar lewat wali kelas, kami dikenakan biaya Rp.15.000,00 per siswa sebagai uang lelah dan juga sekedar untuk membeli bensin. Bagi mereka yang tidak mau ribet cukup daftar nya lewat pak Nono, termasuk diri ku terima beres hehehe. " nah yang mendaftar di SMPN 1 PERTIWI jangan dulu pulang ada sedikit arahan dari bapak, sedang kan yang lainnya sila kan boleh pulang nanti akan pemberitahuan " jelas pak Nono. " siap pak " seru kami. Dalam satu ruangan di kelas itu masih tersisa aku, Lili, Syareefah, Siti, Yudit, Tono, Chandra, Imam. " Begini,  anak - anak sengaja bapak kumpul kan kalian di sini karena ada sedikit instruksi dari SMPN 1 PERTIWI. Kemudian pak Nono menjelaskan aturan main daftar ke sana. " dua hari yang akan datang kalian kumpul lagi ya untuk daftar ulang, bapak dampingi kalian. Banyak lah berdoa agar kalian diterima sebagai siswa dan siswi SMPN 1 PERTIWI aamiin " lanjut pak Nono. " aamiin " jawab kami serempak. " baik pak, terima kasih informasi nya " kata Chandra mewakili kami. " ohya pak, ada kah persyaratan yang harus kami persiapkan ? " tanya Chandra. " sementara ini belum ada " ujar pak Nono. " sekarang kalian boleh pulang " gumam pak Nono. Tanpa komando, balik kanan bubar jalan kami pun berjalan menuju pintu dan keluar kelas. Aku, Lili, Yudit, dan Tono melangkahkan kaki ke rumah masing - masing. Sampai lah aku pada sebuah rumah yang cukup besar, dengan kapasitas enam kamar, satu ruang keluarga, satu ruang tamu, taman dalam rumah, ruang makan, dapur, dan kamar mandi, rumah itu dipoles dengan cat  biru menambah suasana tenang dan syahdu terutama kakak - kakak ku belum pulang dari sekolah dan beraktivitas. Tampak ku lihat bapak dan ibu tengah asyik berbincang di teras depan rumah. Ku langkah kan kaki ku menghampiri mereka dan ku cium tangan kedua orang tua ku " gimana de hasil nya ? Kapan daftar ulang nya ? Berapa biaya nya ? " tanya ibu tak sabar. " nanti mi akan ada info selanjutnya kata Pak Nono dan untuk daftar ulang insya Allah tiga hari yang akan datang, seperti biasa Pak Nono siap dampingi kami mi, masalah biaya entah itu biaya daftar ulang atau biaya keseluruhan meliputi biaya SPP, Uang Gedung dan sebagainya, belum tau " jelas ku. " yang penting kamu bisa diterima di sekolah itu, masalah biaya tak perlu kau risau kan insya Allah bapak dan mimi masih bisa membiayai sekolah mu tapi dengan satu syarat harus rajin belajar dan tidak boleh punya pacar alias berpacaran, karena bisa mengganggu konsentrasi belajar mu, bisa buat kamu malas belajar, dan pacaran itu dilarang oleh agama kita, kalau kamu ketahuan pacaran, lebih baik kamu gak usah lanjut sekolah dan nikah sama pacar mu kemudian kami tak akui bahwa kamu adalah anak mimi dan bapak, PAHAM !!!! " terang bapak. " ya, pak. Dede mengerti, paham pak. Mi, pak. Dede janji akan rajin belajar dengan sungguh - sungguh. Tak akan pacaran yang pasti dede tidak akan buat mimi dan bapak kecewa " ucap ku. Aku tau, bapak ku sangat tegas, disiplin, didikan di rumah ku didikan semi militer. Semua pusat kekuasaan ada di tangan bapak. Bapak ku tidak mau pandang bulu, tidak pilih kasih terhadap anak - anak nya. Setiap ada yang melakukan kesalahan pasti akan dihukum. Memang benar ajaran bapak seperti itu agar kami terbiasa dengan tanggung jawab, disiplin waktu, dan yang terpenting bapak tidak mengajarkan kami menjadi seorang PENGECUT. Setiap ada masalah yang kami ciptakan maka kami dituntut untuk menghadapi lalu selesaikan masalah tersebut, orang tua kami tidak pernah ikut campur masalah anak - anak nya. Mereka hanya memantau, kalau kami kesulitan menyelesaikan masalah baru lah mereka memberikan solusi. Sosok ibu ku adalah sosok yang lemah lembut, keibuan, bijaksana, sabar, kuat, ceria. Ya, cukup lah untuk mengimbangi watak bapak ku yang sudah ku sebutkan. Kalau bapak marah sama mbak yu ku, maka ibu ku bisa menenangkan beliau, sehingga amarah beliau meredam.

Ghendak Ongoing Where stories live. Discover now