Across The Universe : 6. Who Are You

111 30 20
                                    

"Boa Unnie."

Rasa haru Yuri nyatanya tak bertahan lama karena sang kakak yang dirindukannya itu tidak seperti yang ada dalam ingatannya. Sosok yang begitu hangat dan baik padanya, di dunia ini sangat dingin dan seakan membencinya.

Terbukti saat Yuri hendak menghampirinya, wanita itu malah membuang wajahnya dan sekarang mereka berempat duduk bersama di meja makan, namun hanya Jiyong yang penuh perhatian pada Yuri juga Sehun.

"Aku senang kalian berdua mau datang.", ucap Sehun.

"Tentu saja, kalian berdua adalah adik kami.", balas Jiyong.

Setelah selesai makan malam, Sehun dan Jiyong pergi entah kemana, menyisakan Yuri dan Boa di ruang tengah. Keduanya dihadapkan dengan cangkir teh hangat mereka masing-masing.

"Lain kali beritahukan pada suamimu, tidak perlu memaksaku untuk datang.", ucap Boa lalu ia menyesap tehnya sementara Yuri menatap ke arahnya dengan kerutan di dahinya.

"Kenapa?"

"Sekarang kau pura-pura lupa huh? Hubungan kita tidak sebaik itu untuk makan di meja makan yang sama."

"Hidupmu sudah sangat baik, menikah dengan keluarga bangsawan di kerajaan ini, jadi tidak perlu pedulikan kami. Jalani saja hidupmu sendiri."

"Kau membenciku?", tanya Yuri lagi dan kali ini Boa menatap Yuri heran.

"Pertanyaan konyol macam apa yang kau ajukan itu huh?", balas Boa ketus.

Yuri tidak habis pikir dengan apa yang baru saja didengarnya, sekali lagi ia tercengang dengan kehidupan seorang Kwon Yuri di dunia ini.

"Kalian bertengkar? Bahkan setelah sekian tahun tidak bertemu?", tegur Jiyong yang baru kembali dan mendapati sang kakak juga adiknya dalam suasana yang cukup tegang.

Boa berdiri sambil menyampirkan tasnya di bahu, dengan wajahnya yang dingin ia menatap ke arah Sehun dan tidak mempedulikan eksistensi Yuri.

"Sudah selesai kan? Aku harus pulang sebelum suamiku.", Boa melenggang pergi sehingga mau tidak mau Jiyong pun berpamitan lebih awal dari rencananya.

"Dasar tidak sopan.", gumam Yuri namun masih bisa didengar oleh Sehun, karena pria itu kini menatap ke arahnya.

"Sebenarnya aku sangat penasaran, kenapa kalian berdua tidak bisa akur?", balas Sehun.

"Beritahu aku jika kau sudah menemukan alasan yang tepat.", sahut Yuri lalu berjalan ke kamarnya sedangkan Sehun menatap ke arahnya jengkel.

"Yakk! Harusnya kau berusaha dong untuk mengembalikan ingatanmu!", protes Sehun namun Yuri hanya mengangkat sebelah tangannya tanpa menghentikan langkah kakinya.

"Augh, aku ingin mencabik-cabiknya."

~

Sehun baru saja menyelesaikan pekerjaannya saat malam sudah cukup larut. Ia masuk ke dalam kamarnya dan tentu saja Yuri sudah larut dalam bunga tidurnya.

Pria itu pun hendak berbaring di tempat kosong di sebelah Yuri, sebelum itu ia menyelimuti tubuh Yuri dan menaikan suhu pendingin udara.

Barulah ia berbaring dan memejamkan matanya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah karena seharian beraktifitas.

Keheningan itu sebenarnya cukup untuk membuat Sehun tidur lelap dengan lebih cepat namun nyatanya baru saja ia hampir tertidur pulas, tiba-tiba tubuh Yuri memutar ke arahnya sehingga menghapus jarak di antara keduanya.

Sehun sontak membuka kedua matanya dan dengan kaku menoleh ke arah Yuri yang tidur di bahunya.

"Astaga, dia sangat merepotkan.", gerutu Sehun sambil menolehkan kepalanya pada Yuri, namun ia tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena posisinya yang lebih rendah darinya.

Across The UniverseWhere stories live. Discover now