PREQUEL 1 - Bab Ekstra 2

767 100 8
                                    

How They End Up Become Husbands

Bab Ekstra 2 - Rival

Ada pepatah mengatakan kalau cinta tumbuh karena terbiasa. Sejak awal saja Alhaitham sudah menunjukkan ketertarikan pada Kaveh. Begitu mereka tinggal serumah dan melalui hari demi hari bersama, jelas Alhaitham menjadi pria yang paling menderita di dunia karena menanggung beban cinta yang semakin besar.

Di pagi hari, begitu keluar kamar, Alhaitham melihat Kaveh dengan rambut berantakannya sedang menyeduh kopi di dapur.

Sangat seksi.

Di malam hari, begitu menyelesaikan kelas sorenya, Alhaitham pulang disambut Kaveh yang tengag memasakkan makan malam untuknya.

Sangat cocok dijadikan istrinya! ... Ah, dalam konteks ini, suaminya.

Alhaitham meletakkan tas dan bukunya di atas meja makan dan memandang satu per satu lauk lezat di hadapannya. Secara refleks ia mengambil satu udang goreng untuk dilahapnya. Tapi begitu Kaveh menoleh ke arahnya dan mengetahui apa yang dilakukannya, tangan Alhaitham segera ditepis.

"Cuci tangan dulu!"

Alhaitham menggerutu. "Mau cuci tangan atau tidak, terdapat 39.000 kuman yang ada di tangan kita. Sabun bahkan tak bisa menghilangkannya."

"Tapi kalau kau tidak cuci tangan, ada jauh lebih banyak kuman lagi yang ada di tangan kotormu itu," debat Kaveh masuk akal.

"Tapi aku hanya menyentuh ekor udangnya yang bahkan tidak kumakan nantinya."

Mata Kaveh terbelalak. "Apa maksudmu tidak memakan ekor udang?"

"Hah?"

"Seluruh bagian udang ini harus dimakan! Mulai dari kepalanya, badannya, sampai ekornya!"

Alhaitham tidak mengerti. "Tapi kepalanya keras. Aku tidak mau melukai mulutku. Lagi pula, siapa kau mengatur-ngaturku atas bagian mana yang bisa kumakan atau tidak?"

"Aku yang memasak makanan ini. Aku berhak menentukannya! Kenapa? Tidak suka?"

"Apa kau menantangku?"

"Aku hanya tidak suka ada yang tidak menghabiskan makanan. Ada banyak anak kelaparan di luar sana. Kita harus bersyukur bisa memiliki sesuatu untuk dimakan."

Alhaitham memicingkan matanya dan ia merasa Kaveh sangat menyebalkan. "Cara makan kita tidak ada hubungannya dengan empati pada orang lain. Jika kita kasihan pada anak kelaparan, tinggal berikan saja sesuatu untuk mereka makan. Kemudian, kita bisa memakan makanan kita sesuka hati kita."

Meski begitu, meski cinta Alhaitham semakin besar pada Kaveh, pertengkaran demi pertengkaran semakin banyak terjadi.

Mereka semakin nyaman dengan satu sama lain dan membuat mereka tidak perlu menahan diri untuk mengutarakan pendapat pada satu sama lain.

Kaveh biasa mengalah dengan teman-teman di kampusnya, tapi pada Alhaitham, ia sangat keras.

Begitu juga dengan Alhaitham. Biasanya ia lebih memilih pergi menyendiri dari pada harus berhubungan dengan manusia yang tidak memiliki pandangan sama. Tapi kepada Kaveh, ia lebih suka berdebat siang dan malam tanpa ada kebosanan di hatinya.

Lagi pula, di akhir hari mereka selalu berbaikan.

Setidaknya itulah yang Alhaitham kira.

Ia tidak menyangka, di antara mereka, hanya ia yang merasa perdebatan itu permainan konyol yang mereka lakukan untuk saling memahami satu sama lain.

Bagi Kaveh, setiap emosi yang dikeluarkannya untuk Alhaitham adalah bentuk ketidaknyamanan.

Kaveh adalah pemuda yang lembut. Ia adalah seniman yang memproyeksikan keindahan dan kedamaian dunia pada maha karyanya. Amarah yang setiap hari dilontarkannya pada Alhaitham membuatnya sakit kepala. Ketulusan hatinya untuk berteman dengan mahasiswa dari Haravatat itu perlahan berubah menjadi kebencian.

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now