Bab 15 - Kebisingan Tenda

1.6K 215 67
                                    

Gurun di malam hari begitu indah. Hamparan padang pasir tanpa pepohonan maupun permukiman membuat orang yang duduk di atasnya dapat melihat ribuan bintang di angkasa tanpa penghalang. Bahkan, meskipun jaraknya tak dekat, pulau-pulau melayang Celestia yang terletak di utara Liyue juga samar-samar terlihat.

Tim survei Kebangkitan Ay-Khanoum tak henti-hentinya merasa takjub dengan keindahan alam semesta. Mereka berlama-lama duduk di sekeliling api unggun sembari berbaring di atas pasir menatap langit.

Ketika jam menunjukkan pukul 9 malam, barulah satu per satu anggota tim masuk ke dalam tenda mereka. Rana dan Kaeya lebih dulu tidur karena mereka mendapat tugas jaga terakhir hari itu.

Giliran Azariq dan Kaveh jaga mulai tengah malam. Karena Kaveh sudah lebih dulu masuk tenda sejak pertengkaran kecilnya dengan Alhaitham, Azariq pun memutuskan untuk menyusul.

Yang tersisa kini tinggal Alhaitham dan Cyno. Untuk mengisi waktu luang, Cyno mengeluarkan kartu TCG-nya dan mengajak Alhaitham bermain bersamanya. Hanya saja, belum sempat ia mengocok kartu, Alhaitham lebih dulu beranjak dari api unggun dan meninggalkan Cyno.

"Eh, eh. Mau ke mana kau?" tanya Cyno dengan tatapan maut. "Awas kau kalau tidur."

Alhaitham kemudian mengambil sebuah buku dari tasnya dan memberikannya pada Cyno. "Baca ini saja agar tidak bosan. Aku ada urusan."

"A-apa?"

Urusan yang Alhaitham maksud adalah masuk ke tenda Kaveh dan mencuri kesempatan untuk menghibur pujaan hatinya itu.

Dari dalam tenda, Alhaitham mendengar Cyno yang mengutuknya, tapi ia tidak peduli. Diputarnya tubuhnya untuk mengamati Kaveh yang hanyut dalam mimpi. Tanpa menunggu waktu lebih lama, ia bergabung ke dalam selimut dan memeluk pasangannya dari belakang.

Kaveh menggeliat. Tidurnya masih dangkal sehingga dapat dengan mudah dibangunkan. Ia mengerjapkan mata sejenak, terkejut ketika menyadari ia tak lagi sendiri di dalam tenda namun lega begitu mengetahui Alhaitham-lah yang memeluknya.

Mengingat kekesalannya di api unggun tadi, Kaveh mendengus. "Apa yang kau lakukan di sini?"

Alhaitham memejamkan mata dan meletakkan kepalanya ditumpukan baju yang Kaveh tata menjadi bantal sebelum menjawab, "Di luar dingin. Aku butuh kehangatan."

"Hah, kehangatan pantatmu. Bakar saja tubuhmu di atas api unggun. Dengan begitu kau tidak akan kedinginan sampai mati."

"Kejam sekali. Aku sudah merasakannya dua hari yang lalu. Aku tidak ingin mengalaminya lagi."

Kaveh tidak lagi berbicara. Ia mengingat bagaimana kondisi Alhaitham saat pingsan dan itu seperti trauma yang menghantam benaknya. Perlahan, ia memutar tubuhnya untuk melihat sang pujaan hati. Ia sempat ragu untuk beberapa saat, tapi berakhir membelai pipi Alhaitham dan mengecup bibir lembut di hadapannya.

"Apa kau sudah merasa lebih baik?" tanya Kaveh yang khawatir pada akhirnya.

Alhaitham mengangguk. "Semua karena dirimu. Terima kasih."

"Haitham, sebenarnya apa yang terjadi?"

Alhaitham menatap Kaveh dengan serius. Ia menyibakkan poni sang arsitek ke belakang agar tidak menutupi mata rubinya sebelum mencium keningnya dengan saleh.

Merasa tak cukup, Alhaitham memeluk erat Kaveh seolah hidupnya bergantung pada momen itu. Aroma tubuh sang belahan jiwa dihirup dalam-dalam selagi Alhaitham menenggelamkan dirinya dalam kehangatan.

"Hayi, apa kau berniat tidak memberitahuku? Apa kau tidak kasihan padaku jika harus melihatmu seperti itu lagi di masa depan?"

Alhaitham kali ini menggeleng. "Itu tidak akan terjadi lagi. Aku berniat mengontrol kekuatanku mulai sekarang."

Your Professor is Mine [Haikaveh]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon