Bab 47 - Lubang Hitam

860 133 23
                                    

Dori merupakan sesosok makhluk yang terlahir dari kekuatan Nabu Malikata.

Di masa lalu, terjadi sebuah kekacauan yang menimpa bangsa Seelie. Mereka yang bertugas untuk menuntun para pengembara ke tempat tujuan seolah dikutuk untuk mati apabila memberikan sedikit saja hati mereka pada manusia.

Dalam waktu singkat, bangsa Seelie musnah. Yang tersisa hanyalah Nabu Malikata yang melarikan diri ke gurun dalam kondisi penuh darah.

Dalam perjalanan, ia tidak sengaja melangkah di oasis penuh bunga lili air. Dan melalui darahnya yang menetes, ia menghidupkan lili-lili tersebut menjadi makhluk yang disebut Jinni.

Jinni sangat loyal pada pencipta mereka. Seumur hidup mereka didedikasikan untuk melayani Sang Dewi. Karena Nabu Malikata menikah dengan Raja Deshret. Mereka turut menganggap Ahmar sebagai tuan mereka.

Kemudian, suatu hari Nabu Malikata mati dan disusul oleh Raja Deshret. Para Jinni menjadi hilang arah. Mereka hidup bersama manusia, tapi berakhir membuat kekacauan karena selama ini mereka terbiasa dikontrol. Sekalinya hidup bebas, mereka semena-mena dalam menggunakan kekuatan mereka.

Pada akhirnya, seorang penyihir yang muak dengan mereka memutuskan untuk memerangkap mereka di dalam lampu minyak. Para Jinni mungkin masih memiliki kekuatan Nabu Malikata dan mengikuti perkembangan zaman dari dalam lampu, tapi tidak bisa mengintervensi sedikit pun.

Hanya ketika mereka bertemu seseorang yang tidak sengaja menggosok lampu mereka, barulah mereka terbebas walau sesaat. Itu pun mereka malah mengabulkan permintaan tidak bertanggung jawab para penyelamat dan berakhir membuat kekacauan lainnya.

Sekarang, berkat bantuan Kaveh, salah satu Jinni yang bernama Dori terbebas sepenuhnya. Sebagai balas budi pada Sang Dewi, Dori menarik tangan Kaveh dan membawanya terbang di langit.

Jinni membuat bantalan awan dan mereka segera bergegas ke mana Alhaitham berada.

Awalnya Kaveh ingin pergi ke Kota Sumeru, tapi Dori membawanya ke gurun karena Jinni itu tahu Alhaitham di sana. Dan begitu Kaveh melewati Desa Aaru, Khaj Nisut, dan terbang terus ke arah utara, ia terbelalak dengan apa yang dilihatnya di padang pasir.

"Jinni, aku bertanya padamu," ujar Kaveh dengan suara yang tenang sebelum berteriak, "APA YANG SEDANG TERJADI?!!!!"

Di bawah sana, cahaya warna-warni berkilat. Ungu, merah, biru, semuanya berpadu. Petir juga tiba-tiba menyambar dari angkasa. Kobaran api tiba-tiba membakar apapun yang tergeletak di pasir.

"Tu-tunggu sebentar. Apa pasir bisa mengobarkan api?"

Di samping Kaveh, Dori menjawab, "Bukan, Dewi. Itu bukan pasir. Itu adalah mayat manusia jelek yang mati di tangan Tuan."

"APAA?!!!"

"Ahahaha. Tuan memang hebat. Manusia-manusia itu pantas mati."

Kaveh menggeram. "Aku harus menghentikannya sekarang juga." Ia menyuruh Dori merendahkan awan namun sang Jinni menolak.

"Eh, tunggu sebentar. Dewi akan mati jika bergabung di medan perang. Tadi aku melihat Dewi sedang bermeditasi untuk memanggil kembali kekuatan lama Dewi. Bagaimana kalau kita mencari cara untuk mendapatkan kekuatan terlebih dahulu?"

Kaveh melihat kilatan cahaya di bawah sana dan merasa peringatan Jinni ada benarnya juga. Jika ia turun, ia juga tidak tahu bagaimana mengajak bicara Alhaitham. Pria itu terlalu fokus untuk membunuh musuh-musuhnya.

Setelah berpikir panjang, Akhirnya Kaveh setuju. "Baiklah. Tolong bantu aku mendapatkan kembali kekuatanku. Semoga saja tidak lama."

"Oh, tenang saja. Itu tidak akan lama. Sekarang, pegangan tangan saja. Aku akan membawa Dewi ke tempat peristirahatan terakhir-Mu. Di sanalah Dewi bisa bermeditasi dengan tenang."

Your Professor is Mine [Haikaveh]Where stories live. Discover now