11. Mbak Google?

273 39 0
                                    

👸: Sebelum baca, sempatkan diri dulu untuk menekan tombol vote dan komentar.

👤: Buat?

👸: Setidaknya dengan cara itu bisa menghargai sedikit karya seorang penulis amatir sepertiku.

Happy Reading ... 💐

"Aku tau aku indah. And makasih pujiannya," sang anak membalas dengan malu-malu. Kalo dipikir-pikir, kakak ini ga buruk-buruk juga. Cocoklah buat yang jadi ketiga setelah Ica sama Salsa.

"Gausah genit ma cewe orang bisa ga sih cil?" hardik Nathan, sudah siap dengan baju kaos putih, dibalut dengan hoodie berwarna hitam juga dengan celana hitamnya juga. Udah pakey komplit kek orang mau ngelayat pokoknya.

"Sekarang kakak ini punya aku. Berani rebut, berani ribut!" tantang si anak kecil itu. Tangannya bersedekap dada sok berani.

"Udah pinter lap ingus belom? Kalo belum, mending gausah cari gara-gara deh," mereka berdua mengibarkan tatapan permusuhan yang kental.

Tiba-tiba sang anak menarik tangan Cintia. "Ayo kak, kita nikah," sontak Nathan tak terima mendengarnya.

Ditariknya kembali Cintia kedalam dekapannya. "Enak aja, main tarik-tarik pacar orang!" Cintia senang mendengarnya. Baru kali ini Nathan begitu cerewet hanya karena urusan memperebutkan dirinya.

Cup!

Tiba-tiba Nathan mencerocos kembali bibir Cintia. Sebenarnya mereka tidak boleh melakukannya sekarang, mengingat ada bocah dibawah umur sedang bersama mereka.

"Ga bisakan lo?!" ketus Nathan. Enak saja, ingat ya! Apa yang sudah menjadi milik Nathan tidak boleh dimiliki orang lain!.

"Minimal nikahin bang. Tapi kalo ga mampu, biar aku aja yang nikahin. Ayo kak," akhirnya terjadilah adegan tarik-tarikan. Jujur, Cintia sedikit risih saat ini. Andai dia tidak datang menggoda anak kecil ini, mungkin adegan ini tak aka terjadi. Nathan juga sudah kepalang emosi. Cintia akan menjadi calon istrinya! Bukan calon istri bocah ini. Mana lucu kalo cewek 18 tahun nikah sama bocah ... Berapa tahun tadi?

"Punya duit berapa lo? Sok-soan ngerebut jodoh orang!" cerocos Nathan tanpa dosa. Meski kebanyakan orang tahu jika jodoh adalah kematian. Iyah, kematian!

"Lima puluh ... Lima puluh!" pamer bocah sok kaya ini. Kertas uang lima puluh ribu dipamerkannya. Padahal, membelikan seblak Cintia saja belum cukup. Hadehhh!

Seketika saat itu juga Nathan tertawa terbahak-bahak. "Liat nih!" Nathan meraih dompetnya kemudian mengeluarkan beberapa uang merah dan jika Cintia hitung sendiri, sepertinya berjumlah 2-3 jutaan lebih.

PASHH!!

"Dua juta sembilam ratus,"

"Tiga juta. Pas!"

"Nih. Ambil!" Sang anak memberikan satu lembar uang birunya tadi pad Nathan kemudian melenggang pergi.

Tersirat sebuah penyesalan pada diri Nathan. Andai dia tidak mengeluarkan uangnya, pasti tidak akan dirampas oleh anak itu.

Sebenarnya bisa saja Nathan mengejar dan menghajar anak itu. Tetapi melihatnya dari kejauhan merangkul dua wanita sekaligus membuat Nathan berpikir dua kali. Biarin aja lah. Cuma tiga juta doang juga!, batin Nathan pasrah.

"Kamu marah?" tanya Cintia lugu plus polos. Matanya mengerjap lucu guna menghibur Nathan yang muram. Pria itu menggelang tegas. "Ngapain marah sama bibit sugiono?" tanyanya balik.

Cintia kemudian terkekeh. "Ternyata ayangku yang sekarang ikhlas ya," puji Cintia meskipun sedikit merasa jijik. Hal itu malah membuat kepala Nathan semakin membesar bak merica.

"Emang kamu pernah pacaran sebelum aku?" Cintia menggeleng. Terus tadi ayangku yang sekarang maksudnya apa bang messi? Hufft ... Andai Cintia bukan pacarnya, kemungkinan gadis ini sudah digeprek sedari tadi oleh Nathan.

"Au ah, ayo pulang," Nathan menarik tangan Cintia. Cengkramannya begitu keras sehingga membuat sang empuh meringis kesakitan. "Awss ... Bisa ga sih, yang lembut kalo mau pegang tangan cewe?"

Nathan tersenyum kemudian menggeleng kikuk. Ia kurang tau memperlakukan dengan baik seorang wanita sebab baru kali ini ia pacaran. Dan, orang itu adalah si tengil Cintia Amora.

Bahkan tadi saat menembak Cintia. Ia harus berpikir beribu-ribu kali untuk melakukannya. Padahal sudah puluhan kali juga ia berlatih dengan Amora---adiknya dirumah. Tak hanya Amora, boneka teddy bear yang dipakainya tidur pun, Nathan pakai berlatih. Dan, hasilnya hanya seperti tadi. Berjalan 40%. Maklumi saja, namanya juga percobaan pertama.

"Hadeh ..." Cintia mengusap wajahnya gusar. Ia kemudian menyuruh Nathan melonggarkan cekalan tangannya. "Pegang yang lembut, jangan terlalu kenceng lagi ya!"

"Iya sayang," Nathan memperagakan senyum semanis mungkin, guna membuat Cintia tersepona. Nathan kemudian memasangkan helm pengaman pada kepala Cintia dan---melepas hoodienya untuk menutup pahanya yang tak sengaja terkena jipratan air tadinya. Kenapa ga dari tadi coba?

"Sapa yang ngajarin ngomong gitu?" tanya Cintia diatas motor yang melaju pelan.

"Mbak google, by," alibi Nathan. Ia harus bsia menjual nama mbak google agar reputasinya yang ternyata bermain facebook mode janda tidak terbongkar.

"Haha ... Mbak google sesad ternyata," tanpa disadari mereka sudah sampai. Harus Cintia tegaskan kembali, jika dunia ini sempit. Mungkin---hanya sebatas kamar ART-nya saja. Perasaan pas dateng lama banget, eh pulangnya kek video klip capcut aja.

TBC

Hai Prend ... 💐👐

Gimana kabar kalian hari ini? Semoga sehat selalu ya.

Oh iya, boleh absen ga. Yang baca dari daerah mana aja?

Kalo ada pengetikan kata yang kurang enak dibaca silahkan dikritik 💅

ILY 💗

~789 kata~

HANYA GAME!? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang